Maaf

332 42 6
                                    

              Happy Reading

Haikal kini di rumahnya, yang berada di Bandung, perasaan bersalah masih ada di benaknya, ketika memikirkan Wilona, seharusnya dia tak berbicara begitu.

"Haikal, Mamah liatin dari tadi kamu ngelamun terus, lagi banyak pikiran ya?"

"Nggak kok mah, Haikal cuma lagi banyak tugas aja."

"Mamah gak percaya, lagi pula sejak kapan kamu rajin, kamu bisa cerita ke Mamah kalau ada sesuatu yang menjanggal di pikiran kamu."

Rencana Haikal untuk berbohong kepada Mamahnya ternyata sia-sia. Lagi pula sejak kapan sih Haikal peduli sama tugas sekolah.

"Nah, sekarang ayo cerita. Mamah dengerin kok."

"Adek ke mana mah." Haikal mengalihkan pembicaraan.

"Gak usah mengalihkan pembicaraan, ayo cerita. mungkin Mamah bisa bantu."

"Jadi gini mah, Haikal tuh kesel banget sama satu Cewek, namanya Wilona, dia nih nyebelin banget, pokoknya apa-apa itu harus selalu bersih, perfect, dan sesuai aturan. Beda banget deh sama Haikal." Haikal kemudian mengehela nafas, tidak tahu apakah dia harus menceritakan semuanya.

Mamahnya mengangguk, ketika mendengarkan perkataan Haikal. "Oke lanjutin cerita kamu."

"Dari situ Haikal sering adu cek-cok sama dia mah, pokoknya kalau ketemu tuh pasti selalu berantem. Tapi puncaknya waktu hari Kamis mah, Haikal ngomong kasar banget sama dia, terus ngerendahin orang tua dia. Haikal bikin dia tersinggung mah, dia nahan nangis mah." Haikal menunduk kepalanya, tidak berani menatap sang Mamah, pasti dia akan memarahi Haikal.

"Haikal angkat kepala kamu jangan nunduk begitu."

Suara tegas Mamahnya membuat Haikal gemetaran, dia tidak berani mengangkat wajahnya.

"Mamah bilang sekali lagi, jangan nunduk, gimana kamu mau bersikap dewasa Haikal, kalau begini aja kamu masih susah buat mengakui kesalahan kamu."

"Maafin Haikal mah," balas Haikal, dengan masih tertunduk.

"Mamah gak butuh permintaan maaf kamu, harusnya kamu minta maaf ke Wilona bukan ke Mamah."

"Iya mah, Haikal bakal minta maaf." Haikal perlahan mulai mengangkat wajahnya.

"Inget, kamu minta maaf itu harus ikhlas, jangan karena di suruh Mamah atau pun karena paksaan orang lain, kamu harus mengakui kesalahan kamu, atas apa yang kamu ucapkan dan perbuat, Paham kan."

Haikal mengangguk, sebenarnya Mamahnya ini jarang marah, tapi lebih ke tegas. Jika Haikal berbuat salah dia tidak segan-segan menceramahi Haikal.

"Haikal ikhlas kok mah, lagian Haikal ngaku salah kok, kalau gitu Haikal mau minta maaf ke Wilona. Haikal pamit pulang ya." Haikal bersalim dengan Mamahnya.

                        •••

"Hallo, apaan lo nelpon gue ganggu aja lagi fokus push rank ini," ujar Jenan.

"Nan, bantuin gue, cari info tentang rumahnya Wilona."

"Heh, kupret lo pikir gue ini Google maps apa! Lagi pula nih gue aja kaga kenal deket Wilona." Jenan berteriak dengan jengkel.

"Tanya ke siapa kek, gue butuh alamat rumah dia."

"Woi, Jan sini bentar lo."

"Apaan sih, gue mau ke dapur juga."

"Eh, sini dulu bentar, lo tau rumahnya Wilona kaga?" tanya Jenan.

"Emang buat apaan sih." Januar penasaran.

Kosan Abi | 04L [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang