Part: 6

3K 365 44
                                    

☆☆☆☆

Sebenarnya Cakra sudah berusaha keras agar tidak ikut ke rumah sang Nenek. Karena demi apapun, Cakra selalu ketakutan saat bertemu dengan Ibu dari Ayahnya itu. Namun kali ini Cakra tidak berhasil, apapun alasan yang dia buat hanya dianggap angin lalu saja.

Malam ini adalah perayaan hari lahir wanita tua itu, jadi mau tak mau Cakra dipaksa ikut sebagai rasa hormatnya sebagai seorang cucu. Tapi mereka tidak ada yang tahu bagaimana perlakukan sang Nenek di belakang, Cakra pun tidak berani menceritakannya. Karena mau bagaimanapun, Nenek tua itu adalah Ibu dari Ayah hebatnya.

Di rumah sang Nenek sudah banyak orang yang hadir. Cakra juga tidak menyangka, mengapa ulang tahun orang tua saja bisa seramai ini. Cakra menggenggam erat jemarinya, dia berusaha tenang meski jantungnya tiba-tiba saja berdegup begitu kencang.

"Peluk Neneknya, Dek." Perintah dari sang Bunda sontak membuat Cakra mengangguk.

Di depan sana sang Nenek nampak tersenyum ke arahnya setelah barusan memeluk Marvin, Cakra mulai berjalan sembari membawa bingkisan kado yang sudah dia siapkan. Semua orang tengah menatapnya begitu intens dan penuh senyuman, tak heran sebab interaksi sang Nenek dengan cucunya itu adalah sesuatu yang menggemaskan.

"S-selamat ulang tahun, Nek." Sembari mengucapkan itu, Cakra mengulurkan tangannya untuk menyerahkan kado buatannya.

Lain di mata orang lain, maka lain pula di Cakra. Cakra tahu senyum manis yang tengah Neneknya perlihatkan adalah palsu. Sebut saja Neneknya itu bermuka dua, karena wanita itu bisa menjadi baik dan buruk bila hanya berhadapan dengan Cakra seorang.

"Makasih, cucu Nenek yang paling ganteng."

Wanita itu memeluk cucunya, meski beliau tau Anak yang tengah dia dekap saat ini pasti tengah ketakutan. Seringai di wajahnya perlahan muncul, kalo tidak ada orang mana mau dirinya memeluk sang cucu seperti ini.

"Harusnya kamu ngga usah datang, penganggu! Badan saya habis ini pasti langsung gatal-gatal." Bisiknya sangat lirih tepat di telinga sang cucu, kemudian langsung beliau lepas pelukannya sembari kembali tersenyum manis menatap yang lainnya.

Cakra sempat terpaku mendengarnya, mendadak air matanya ingin keluar. Cakra sungguh tidak tahu mengapa Neneknya itu begitu membencinya. Padahal ke Abang-abangnya, Neneknya selalu baik bahkan terlihat sangat sayang. Namun kenapa cuma dia yang dibenci, apa alasannya?

Cakra langsung pergi meninggalkan sesi potong kue yang terdengar riuh. Bahkan sampai acara itu selesai, Cakra memilih menunggu di dapur sembari memakan jajanan yang ada di sana. Tidak ada yang mencarinya, tentu saja karena Nenek tua itu adalah kesayangan semuanya maka Cakra tidaklah penting saat ini.

"Aku salah apa ya? Kenapa Nenek ngga bisa sayang ke aku?" Gumannya sembari memakan kue lapis.

Cakra tadi melihat bagaimana sang Ayah tersenyum sangat lebar saat di samping sang Nenek. Cakra pernah dengar kalo Neneknya itu benar-benar sangat di sayang oleh Anak-anaknya bahkan cucu-cucunya. Karena sang Nenek memang dikenal sebagai wanita yang sangat baik. Apalagi sang Nenek berhasil membesarkan Anak-anaknya tanpa sosok suami.

"Kenapa ngga gabung?"

Cakra terlonjak kaget saat ada orang yang menepuk pundaknya. Dia segera menoleh ke belakang, ternyata Omnya atau bisa dibilang Adik dari Ayahnya. Panggil saja Agler, tapi Cakra tidak dekat sama sekali dengan Omnya itu. Jadi Cakra belum tahu bagaimana sifat pria itu.

"Jangan manja jadi Anak. Lagian ngapain pura-pura ngambek kaya gini? Mau ngerusak acara Nenek kamu?" Ujarnya lagi sembari mengambil puding yang ada di dalam kulkas.

All About Today | Nct 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang