15. pingsan

10.3K 211 6
                                    

Netta tidur pulas sambil memeluk guling, mengabaikan suaminya yang sibuk dengan pekerjaannya, ia sama sekali enggan memperdulikan suaminya mengabaikannya seakan tidak ada albert. Semenjak kejadian itu ia lebih banyak diam.

Albert mengacak-acak rambutnya kesal, laptopnya hancur ditangan istrinya, file penting ada di laptop itu ia lupa mencadangkannya. menarik nafas berat, kali ini ia akan rugi besar.

Menutup laptopnya ia berjalan menghampiri istrinya yang tidur pulas, mencium singkat bibir netta yang untungnya tidak bangun, sudut bibirnya terangkat membentuk senyum tipis, melihat netta yang ngiler.

Mengusap menggunakan tangannya tanpa rasa jijik sama sekali, ia langsung keluar kamar menghampiri danu yang cuti dua hari karena ibunya sakit. "Bagaimana ibu kamu apa dia baik-baik saja?" Tanya albert tiba-tiba.

Danu yang sedang duduk menghadap laptop menoleh ia mengangguk kecil. "Baik. maaf tuan saya jadi cuti, tuan bisa potong gaji saya saja" ucap danu tidak enak.

Albert mengangguk kecil, Ia mengotak-atik ponselnya. "Saya sudah transfer untuk biaya rumah sakit, dan gaji kamu saya naikan tiga kali lipat sebagai tanda terimakasih saya, karena kamu sudah menjaga istri saya selama ini" ucap albert tersenyum tipis.

Danu melotot kaget, bukan karena ia dinaikan gajinya menjadi lebih besar, melainkan albert senyum kepadanya, selama bertahun-tahun ia bekerja belum pernah albert senyum kepadanya, paling senyum miring yang ditunjukkan. "T-terimakasih tuan" ucap danu bahagia.

"Kalau ada apa-apa bilang jangan di pendam sendiri, nanti saya bantu cari jalan keluarnya" ucap albert tulus.

Danu mengangguk pelan. "Malaikat apa yang merasuki tuan al, kenapa dia begitu baik hari ini?" Batin danu.

Ia langsung menghampiri bibi ajeng yang sedang menyetrika seragam sekolah netta. "Bibi, sibuk tidak?" Tanya albert duduk di samping bi ajeng.

Bi ajeng menggeleng pelan "tidak. den al butuh sesuatu? nanti bibi buatkan" ucap bi ajeng menyudahi menggosoknya.

Albert menggeleng pelan. "Mamah, sama papah kapan pulang?" Tanya albert.

Bi ajeng merapihkan rambut albert yang berantakan, ia sudah menganggap albert sebagai anaknya sendiri. "Nanti sore, tadi tuan besar telpon, katanya den al, sama non netta suruh jemput di bandara"

Albert mendengus kesal. "Kenapa tidak anak buah saja sih yang menjemputnya" kesal albert.

Bi ajeng teruseyum kecil. "Mungkin mereka rindu kalian pengen cepat-cepat ketemu kalian" ucap bi ajeng.

"Menyusahkan sekali" degus albert

***

Netta fokus dengan jalanan yang ramai ia enggan menatap wajah albert, sedangkan albert sesekali melirik netta. danu yang menyetir mobil ia geleng-geleng kepala kenapa dua orang ini sangat aneh.

"Sayang, nanti kamu mau beli apa?" Tanya albert tersenyum tipis.

"Beli nyawa om kalau bisa" jawab netta asal.

Albert menatap datar istrinya. "Nyebelin banget sih kamu" kesal albert.

Netta tidak menjawab, ia lebih memilih tidur daripada harus meladeni suaminya yang tidak ada ujungnya. albert menatap netta yang malah tidur meninggalkan dirinya yang kesal, ia ingin sekali dibujuk dan di manja istrinya tapi itu semua hanyalah halusinasinya.

Albert menarik netta menyenderkan ke bahunya. "Pelan kan laju mobilnya" suruh albert yang langsung danu patuhi.

Albert mengusap rambut neeta menciumnya lama. "Janji saya.sama diri saya sendiri, saya akan membunuh siapapun yang berusaha merebut kamu dari saya" lirih albert.

obsession devil [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang