Tenggara Maheswara

20 3 0
                                    

"Ada orang baru yang datang, mengajariku banyak hal. Tentang baiknya dia yang mengjariku iklas dan memaafkan,tentang ramahnya dia yang berhasil menyembuhkanku dari trauma, serta tulusnya yang membuatku nyaman bersamanya."

-Gistara Alkhalisa-

Setelah telfonan semalam Tenggara mengechat pribadi dan mengajak bertemu sepulangnya sekolah. Lalu entah angin dari mana Gista mengiyakannya. Mereka bertemu di taman yang jaraknya tidak jauh dari sekolah mereka masing-masing.

"Apa yang mau diomongin, ndak bisa dichat aja ya?" Gista bertanya pada Tenggara yang duduk disampingnya. Sejujurnya Gista tidak terlalu mengenal Tenggara, ia hanya sekedar tahu saja saat SMP dulu, cowok itu satu kelas dengan Ragan dan merupakan teman akrabnya.

"Soal Ragan Gis." sudah ia duga Tenggara akan membiacarakan soal ini. Gista hanya terdiam dengan raut wajah tak senang. "boleh aku tanya Gis?" lanjutnya sedikit ragu.

"Aku tulus sama Ragan Gar, aku sendiri ndak pernah memandang dia dari kekurangan atau kelebihan. Aku cuma minta dihargai tapi Ragan ndak pernah kasih itu. Dan sampai pada akhirnya dia punya orang baru." Gista menjelaskan dengan rinci apa yang membuatnya begitu tak ingin membahas ini. "aku akan bertahan dalam keadaan apapun tapi kalau ada orang lain aku ndak akan pernah bisa."

Tenggara melihat begitu tulusnya perkataan Gista, tidak ada raut kebohongan dimatanya.

"Aku gak maksa kalau kamu gak bisa bahas ini sih Gis"

"Ndakpapa, Ragan bilang apa?"

"Ndak banyak, dia itu gengsinya besar Gis, Tapi aku melihat dia punya penyesalan dan harapan untuk kembali sama kamu."

"Aku takut semuanya terulang kalau kembali sama dia Gar."

"Kalau ada sesuatu kamu boleh chat atau telfon aku, aku pengen bantu kamu dan Ragan untuk bagaimana baiknya. Dan soal itu aku rasa kamu cuma perlu waktu untuk belajar iklas dan memafkan semuanya, aku juga ndak akan maksa untuk kamu kembali sama Ragan."

"Thanks ya!"

"Mau makan?" tanya Tenggara membuat Gista menggeleng tanda menolak.

"Aku puasa," jawab Gista dengan senyumnya.

"Puasa senin kamis?"

"Iya, lagi pengen coba lebih dekat sama Allah. Deket sama tuhan itu indah dan damai banget."

"Ouh ya?, kamu tau Ta aku juga coba berhijrah ditengah lingkungan teman-temanku yang ngerokok dan sebagainya"

"Kok bisa sama ya?" tanya Gista dengan heran, namun gadis itu begitu riang sekarang.

"Pasti ngerasain dikatain alim kan?"

"Bener banget."

Tenggara tersenyum, ia melihat notif ponsel Gista, notif pertandingan tim sepakbola kebanggan gadis itu.

"Gis suka bola juga?. Suka Arema?" Gista terkejut dengan pertanyaan Tenggara namun gadis itu mengangngguk.

"Kok bisa samaan lagi?"

"Kamu juga suka?"

"Iya Gis, bisa berarti kita nobar."

"Haha, iya bisa aja."

Obrolan mereka terus berlanjut, begitu seru dan tampak Gista dan Tenggara begitu enjoy disana.

Entah karena apa, namun hari demi hari ia menjadi akrab dengan seorang Tenggara, perlahan lukanya pulih, dendam itu kini terasa begitu ringan bahkan hamper tak ada. Gista begitu nyaman dan tenang saat berasama Tenggara.

"Nanti aku kesekolahmu Gis." Suara dari sebrang telfon dari Tenggara.

"Loh ngapain?"

"Bantuin Ragan bawa barang-barang untuk kemah, kalian besok kemah kan?"jawabnya dari sebramg telfonn.

"Wih oke,ketemu disana ya!"

"Seneng banget mau ketemu aku."

"Ih ke PD an."

Dan benar saja mereka bertemu disana mesti tak mengobrol banyak. Terakhir Tenggara bilang padanya hati-hati untuk besok.\

♧♧

Pada saat dua hari diperkemahan malamnya ia membaca pesan dadi Tenggara tentang Ragan.

Tenggara
Gis besok pulang kan?

Gista
Iya, maaf ya baru bisa bales.

Tenggara
Ndakpapa Gis, mau cerita
besok aja kalau kamu udah pulang.

Gista

Cerita apa?, kayaknya
serius banget.

Tenggara
Besok aja. Ouh iya, Ragan
udah bilang sama kamu?

Gista
Bilang apa?, dia gak bilang
apa-apa.

Tenggara
Ada acara kumpul biasa,
sama teman-teman satu tongkrongan.
Aku suruh dia ajak kamu.

Gista
Kamu yang suruh?

Tenggara
Iya, aku rasa supaya memperbaiki
hubungan kalian.

Gista
Entalah Gar, tapi aku udah
maafin Ragan. Kadang kita komunikasi
baik meski hanya membahas tugas sekolah.

Tenggara
Kalian butuh ngobrol Gis.

Gista
Iya, nanti aku pikir

Gista menghela nafas berat, ia sudah iklas tentang Ragan, ia sudah memaafkan semua kesalahan cowok itu. Tapi untuk bertemu dan mengobrol apakah bisa?, bahkan rasanya masih begitu besar dengan cowok itu.

People Come and GoWhere stories live. Discover now