Hidden Truth

2.3K 149 93
                                    

Tolong jawab pertanyaan di akhir bab ini, yaaa.

***

Dengan napas terengah, Angkasa menepi dari lapangan basket. Keringat membasahi hampir seluruh tubuhnya. Wajahnya yang mengkilap, sama sekali tidak mengurangi kadar ketampanan yang dimiliki remaja itu. Yang ada, para siswi hampir kehilangan kewarasan dibuatnya. Apalagi rambut hitam lelaki itu berantakan, membuat hati para penonton ikut porak-poranda.

Setelah membalas sapaan beberapa siswi hanya dengan anggukan kecil, akhirnya lelaki itu tiba di kursi yang ditujunya. Ia langsung duduk di samping gadis yang mengisi relung hatinya, Agnes.

“Minum aku mana?” tanya Angkasa, masih dengan napas yang tidak teratur.

Dengan sigap, Agnes memberikan botol minuman di pangkuannya. “Nih.”

“Makasih.” Angkasa meraih botol itu dengan cepat. Jangan lupakan senyum manisnya yang disertai lesung pipi memesona.

Agnes membalas senyuman itu tak kalah lebarnya. Ia juga menyempatkan diri untuk mengedarkan pandangan sekilas, menatap para siswa yang menatapnya penuh iri. Siapa pun pasti berharap ada di posisi Agnes saat ini. Meskipun bukan anak orang terpandang, tetapi ia berhasil menyandang gelar pacar Angkasa. Sebuah keberuntungan besar Agnes bisa mendapatkan lelaki yang baik, tampan, memiliki tubuh atletis, setia, dan yang terpenting adalah sifat loyal Angkasa.

Selain dirinya, tidak ada satu pun siswa SMA Cendrawasih yang tahu bahwa Angkasa dijodohkan dengan adik kelas bernama Rindu Zevallia Atmaja. Jika sampai berita itu bocor, sudah pasti mereka semua ramai-ramai mengeluarkan opini bahwa Angkasa lebih cocok dengan Rindu. Kasta mereka sama, berbeda dengan Agnes yang bukan siapa-siapa.

Meski begitu, Agnes tidak akan pernah melepaskan Angkasa. Selain karena cinta, ia juga membutuhkan Angkasa untuk memenuhi sejumlah keinginan yang di luar batas kemampuannya. Ya, Agnes juga mencintai dompet Angkasa.

“Haus banget, ya?” tanya Agnes ketika melihat Angkasa mengabiskan semua sisa air mineral di tangannya.

Pemuda itu mengangguk. “Dari tadi aku gak minum-minum. Udah untung bisa duduk di sini juga, gak pingsan di tengah lapang.”

“Jangan terlalu keras sama diri kamu sendiri, Sa. Ini cuma latihan.”

“Ini bukan latihan biasa, Nes. Kan, bulan depan kita ada turnamen. Latihannya harus serius, aku mau sekolah kita mempertahankan juara tahun kemarin. Mau bikin bunda bangga juga, anaknya berbakat di bidang basket.”

“Beneran bunda kamu yang mau dibikin bangga, bukan cewek itu?”

Senyum Angkasa luntur seketika. Tanpa perlu diperjelas, dia sudah paham siapa yang dimaksud pacarnya itu. “Beneran bunda, lah. Buat apa aku bikin Rindu bangga?”

“Siapa tahu kamu mulai sama dia. Kan, akhir-akhir ini kamu lebih sering jalan sama dia, dibandingkan aku.”

“Apa, sih, Nes? Kok, jadi nyerempet ke sana?”

Bukannya menjawab, Agnes malah berdiri. Wajahnya mendadak kecut. “Aku beli minum dulu,” ucapnya dengan nada ketus. Padahal, dia sendiri yang mulai membawa Rindu dalam obrolan dengan Angkasa

Sementara lelaki itu hanya bisa mengembuskan napas panjang melihat tingkah Agnes. Ia mengalihkan pandangan ke lapangan, pada teman-temannya yang melanjutkan latihan dengan penuh semangat. Hari libur tidak mengurangi bara api di dada mereka untuk menjadi tim juara turnamen nanti.

Terkadang, Angkasa bisa memaklumi sikap Agnes yang begini. Gadis mana yang tidak cemburu mengetahui pacarnya pergi dengan gadis lain? Namun, tidak bisa dipungkiri, semakin lama Angkasa mulai merasa muak. Kecemburuan Agnes ini mulai berubah menjadi tuduhan yang menjengkelkan. Entah harus berapa kali Angkasa tegaskan bahwa perginya ia dengan Rindu untuk sekadar memenuhi keinginan orang tua, bukan atas keinginan sendiri.

Forever Only [Tamat]Where stories live. Discover now