A Kiss

276 0 0
                                    

Hal paling indah yang selama ini hanya dapat muncul di dalam mimpi-mimpiku, kini terjadi dalam kehidupan ku. Aku berduaan dengan pria yang sudah sejak lama sangat ku sukai. Ia kini berdiri bersebelahan denganku.

Di dalam lift yang sempit ini, apakah ia dapat mendengar debaran jantung yang kurasakan? Aku sudah menanti-nantikan saat ini, saat aku bisa berduaan dengannya.

Ku peluk dengan kuat buku tebal yang berada dalam dekapanku, kuharap ia tidak merasakan betapa gugupnya aku dihadapannya. Kami sama-sama belum menekan tombol lantai berapa yang akan kami tuju. Aku harap ia menekan tombol yang sama dengan lantai yang aku tuju. Aku sungguh ingin merasakan kehangatan jari-jemarinya.

Ku tekan tombol lantai dua belas itu, bersamaan dengan ia menekan tombol lantai sepuluh. Ternyata lantai yang kami tuju berbeda. Sesaat tadi, dapat ku lihat raut wajah kecewanya dari pantulan dinding lift yang berada di hadapanku.

Pantulan wajah itu kini menghadap perempuan yang berada di sebelahnya. "Apa kau, Stella dari sekolah khusus perempuan?"

Aku terkejut, ia mengajakku bicara. Aku tidak pernah mengobrol sekalipun dengan nya, ini sungguh hari keberuntunganku. Tapi entah kenapa suara ku tidak bisa keluar, jadi aku hanya bisa menganggukan kepalaku.

"Kau sungguh cantik."

Pintu lift lalu terbuka setelah ia mengatakan bahwa aku cantik. Aku sudah terbiasa di puji oleh berbagai macam pria di dunia virtual ini, tapi pujian dari orang yang ku sukai sungguh sangat berbeda. Sayang pintu lift sudah terbuka ketika ia mengucapkan itu.

Aku ingin sekali memeluk nya. Sungguh gejolak cinta ini tidak dapat di tahan. Aku bukan saja ingin memeluknya, tapi ingin menciumnya. Iya, aku akan menciumnya, aku akan menunggu sampai pintu lift ini terbuka lagi di lantai sepuluh, lalu aku akan mengejarnya.

Akan ku abaikan rasa malu yang akan ku tanggung setelah aku menciumnya. Tapi cuma ini satu-satu nya kesempatanku. Lift ini, lift penghubung antara sekolah khusus perempuan dan sekolah khusus laki-laki lah tempat yang harus ku manfaatkan.

Pintu lift kembali terbuka di lantai sepuluh, aku menunduk, malu jika ia melihat wajahku yang sudah sangat merah ini.

Seseorang memasuki lift tempat aku berada, ia mengenakan sepatu yang sama dengan yang di kenakan laki-laki yang ku suka, begitu pula dengan celana dan cara berjalan nya. Aku sungguh yakin ia juga sama dengan ku yang ingin saling lebih dekat, sehingga ia kembali memasuki lift ini.

Tanpa pikir panjang, langsung ku tarik dirinya mendekati bibir ku. Ku tempelkan bibir mungilku kepada bibirnya. Buku yang berada di tanganku jatuh begitu saja ke lantai. Dapat kurasakan sebelah tangan nya memegang tengkuk ku dan sebelah lainnya menarikku dalam pelukannya, sehingga kini aku berada dalam dekapannya dan menikmati ciuman ini, tentu dengan mata kami yang saling tertutup sehingga dapat menikmati ciuman ini lebih dalam.

Awalnya memang aku yang menciumnya terlebih dahulu, tapi kini ia yang begitu mendominasi. Bukan hanya bibir hangat nya yang dapat ku rasakan, tapi lidah nya kini bertaut dengan lidahku. Ia melumat habis bibir ku, aku pun melakukan hal yang sama pada bibirnya. Kami sungguh menikmati ciuman ini, ciuman pertamaku yang nekat namun ternyata sungguh nikmat, apalagi dilakukan dengan orang yang kusukai.

Ia semakin membuat ku mabuk dalam kehangatan ciuman dan pelukannya. Ia lalu mendorong ku secara perlahan sehingga menempel dengan dinding lift tanpa melepaskan ciuman hangat kami. Aku melingkarkan kedua tanganku pada pundaknya, sedangkan ia dengan kedua tangan kekarnya memelukku pada bagian pinggang. Aku berharap tidak ada satu orang pun yang memasuki lift ini hingga kami kehabisan napas, dan secara otomatis melepaskan ciuman ini.

Namun itu semua hanya harapan ku semata. Pintu lift itu kembali terbuka. Tanpa melepaskan ciuman kami, aku yang menempel pada dinding lift membuka mataku, melihat siapa yang memasuki lift tempat kami sedang meluapkan perasaan kami masing-masing.

A Life In Virtual WorldDonde viven las historias. Descúbrelo ahora