"Sehancur apapun hubungan Mas dengan Ayah, Abang, Adek kalau ada Ibu di samping Mas. Mas El tetap kuat, Bu.
Rumah nya mungkin rusak, namun pondasi nya masih tetap kokoh berdiri.
Terimakasih, Ibu sudah menjadi pondasi yang tetap kokoh untuk melindung...
Hallo semuanya, selamat datang di cerita aku. Terimakasii yaa sudah berkunjung kesini, Happy Reading <3
Cerita ini mengandung unsur nama penyakit, jika ada kesalahan dalam menyampaikan tolong koreksi via DM yaa, soalnya takut ada info yang salah :) Terimakasih!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
BAGIAN IV
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Raden kembali menghampiri Cyla yang sudah memasuki kamarnya, sarapannya pagi ini ia tinggalkan demi sepucuk maaf dari sang istri.
Tok..Tok..Tok..
"Sayang, boleh ngga kita ngobrol dulu sebentar?"
Raden mengetuk beberapa kali pintu yang ada di hadapannya itu, namun nihil. Yang Raden dapatkan hanya keheningan.
"Sayang, ngga mau ngobrol sebentar sama aku?"
Lagi-lagi Raden mengetuk pintu kamar, namun jawabannya tetap sama, hening.
"Sayang, kalau kamu sekarang ngga mau ngobrol dan ketemu sama aku gapapa. Aku kerja dulu ya, nanti sepulang aku kerja mau kan kita ngobrol?"
Hening.
Raden menghela napasnya, "Aku minta maaf, Cyla. Aku kerja dulu ya, kamu ngga perlu anter aku ke depan kaya biasanya, aku izinin kamu tetep di kamar aja. Aku berangkat ya, sayang." pamitnya.
Tanpa Raden tahu, di balik pintu itu ada sosok perempuan yang hatinya sudah hancur lebur akibat ulahnya. Menangis dalam diam, diam karena takut terdengar oleh orang yang membuat luka.
"Aku sayang kamu, Mas Raden. Aku mau kita bertahan, aku, kamu dan anak-anak kita terus sama-sama. Tapi hati aku ngga kuat, aku ngga ikhlas berbagi kamu sama orang lain." Cyla menangis, hatinya terasa nyeri bak dihujam ribuan belati.
***
Selama pembelajaran di kelas, kedua laki-laki yang memiliki status anak kembar ini tidak saling menyapa, mereka berdua terlihat seperti orang asing.
Membuat seluruh temannya bertanya-tanya 'Ada apa dengan Joel dan Jazel?'
"Joel, lo lagi marahan ya sama kembaran lo? Gue liat kalian diem-dieman hari ini." Tanya Bagus -Rekan satu bangku Joel.
