16 - 18

3 1 0
                                    


(Nusantara Ost: The Archipelago Democracy)

Main Story
Bab: 16
[Penyertaan Sang Pahlawan Demokratis]

Esther Pov:


"Telah diceritakan dan dikisahkan, walau itu semua hanyalah dongeng
Terdapat sebuah batu yang berpendar dalam tenangnya dongeng

Tujuh warna cahaya dikumpulkan, demi mengabulkan permintaan
Tangan manusia yang menginginkan mimpi, mengulang kembali sejarah.

Teriakan yang berasal dari ingatan yang berhamburan,
Sebuah kerajaan yang telah lenyap menyisakan air mata.
Setiap orang berdoa demi lari dari sesuatu.
Ksatria itu mundur dan melupakan keinginannya.

Batu yang berpendar digenggamnya erat di kedua tangannya,
yang dilihatnya adalah (situasi) jatuh dalam api peperangan dan langit tanpa warna.

Jauh jauh dahulu kala telah terdengar sebuah dongeng.
Terdapat sebuah batu yang berpendar yang dapat mengabulkan permintaan.

Rumah dan langit pun terbakar dan berkobar, tak ada yang bisa menghentikan,
Dia tertawa dalam kesedihan, (melihat) darah terciprat oleh pedang yang berkarat

Dia teringat ada orang yang haus akan kehormatan, kemenangan,
keinginan untuk hidup, bahkan tak bisa lepas dari koin emas.
Orang itu menebas dan membunuh siapa saja, cahaya yang terkumpul ini,
yang kurang adalah merah ke biru, kemudian untuk melengkapi yang ke tujuh masih jauh.

~Dia bahkan telah lupa untuk mundur~

Batu yang berpendar itu jatuh tergelincir dari kedua tangannya
Suara yang terdengar pun sekarang menggema tanpa henti di dalam kepala.

Ah, Orang-orang mengharapkan alasan, melihat mimpi, hidup,
oleh karena itu (keinginannya) takkan terkabul.
Cahaya yang terakhir dilihatnya adalah kilau kelima, keenam, lalu dia menggunakan seluruh kekuatannya,
Dia sedih karena tahu tangannya tak bisa menyelamatkan siapapun....."

Aku seperti mendengar sebuah kisah dongeng yang mungkin saja menceritakan seorang Ksatria yang mengorbankan hidupnya....ataukah mencari ketujuh batu pengabul keinginan dengan cara sadis.

Entahlah, aku tidak tau.

Lagipula juga, apakah saya telah mati?! Ataukah koma?! Yang kulihat hanyalah kegelapan sejauh mata memandang!

Mungkin jiwa atau rohku tersesat dan tidak tenang- Tentu saja tidak tenang!! Karena aku harus menemui adikku sebelum ajalku tiba!

Dasar nasib sialan! Begitu menyedihkan dan malangnya!

"PEDAR RATNA CEMPAKA

Terang cahaya Kirana
Dalam genggamnya

Perang BATARAYUDA
Cipta api Angkara
Di langit tanpa warna"

Ah, aku mendengar suara itu sekali lagi, seperti terdengar suara lagu.

"Bumi Bumantara dan semua insan
Tinggal di dalam api penyiksa
Cibir dan tawa hina pada dhukha
Darah tumpah hias Candrasa"

Saya mulai memahami apa yang kudengar, Candrasa adalah kapak yang diberikan oleh para keris-kerisku, lalu perang baratayuda yang dimaksud ialah, pasti pertarungan saya antara Gracia Garuda.

The Tales Of Journey EsthersWhere stories live. Discover now