Day 26

270 42 7
                                    

Suara pantulan bola basket memenuhi area lapangan SMP yang cukup elit di daerah Cirebon. Pelakunya tentu saja seorang Ankara yang siang hari ini sedang bertanding basket melawan Resi.

Sebetulnya hukuman skorsing yang Ankara terima masih tersisa dua hari lagi, namun setelah Resi dengan jabatannya sebagai ketua OSIS itu berupaya menjelaskan perkara kemarin pada guru BK dengan sejelas-jelasnya disusul dengan penjelasan dari Senja dan seorang saksi mata yang melihat langsung kejadian tersebut di kantin atau sebut saja salah satu siswa yang saat itu bertengkar dengan Ankara, akhirnya guru BK menghubungi orangtua dari Fajar dan Ankara untuk memberitahukan kepada mereka bahwa hukuman skorsing untuk anak-anak mereka dikurangi menjadi cukup satu hari saja.

Entahlah apa yang Resi lakukan sampai-sampai salah satu orang yang berkelahi dengan Ankara akhirnya membeberkan semua kebenaran yang ada.

Yah, Resi memang konyol, bahkan di wajahnya tidak ada sedikitpun raut serius yang terpancar di sana, tapi siapapun tahu bahwa ada alasan kuat mengapa sosok sekonyol Resi pada akhirnya menjabat sebagai ketua OSIS di SMP se-elit ini.

Baiklah mari kita kembali pada keadaan dua anak yang usianya hanya terpaut satu tahun tersebut, tepatnya keadaan mereka ketika mendapatkan kabar bahwa hukuman skorsing mereka diringankan. Lain halnya dengan Fajar yang sempat merengek tidak terima karena waktu liburnya harus berkurang meskipun ujungnya Mama Lucy menjewer telinganya karena kelewat kesal, Ankara justru ada dititik di mana dia merasa bersyukur atas keputusan guru BK tersebut.

Yah, seandainya Ayahnya tidak mengamuk padanya tentu saja Ankara akan memberikan respon yang serupa seperti Fajar. Namun karena tragedi di mana Ankara dibuat kelimpungan karena Ayahnya yang marah padanya alhasil Ankara terus berdoa pada Tuhan agar dia bisa segera masuk sekolah kembali. Mungkin dengan begitu Ankara baru benar-benar membuat kekesalan Ayahnya menghilang.

Memang, Ayahnya memang mengaku sudah memaafkan dirinya, tapi bagaimana Ayahnya yang menatap Ankara dengan sedikit kesal saat mereka sekeluarga sarapan dengan Ankara yang hanya memakai baju santainya tanpa seragam sekolahnya sudah menjadi penegas bahwa Ayah Mada agak menyayangkan skorsing yang Ankara terima. Bagaimanapun juga sekolah sepenting itu di mata Ayah Mada. Utamanya untuk anak bungsunya yang kelewat aktif. Kalau hanya sekedar di didik di rumah, Ankara mungkin hanya bisa sebatas terdidik di dalam rumah, ketika di luar rumah tidak ada yang menjamin kelakuan Ankara akan terkontrol seperti Ankara di rumah. Makannya Ayah Mada percaya bahwa sekolah itu memang sangat diperlukan sebagai wadah lain untuk mendidik Ankara agar dia bisa bersikap baik di lingkungan sekitar, bukan hanya di dalam lingkup keluarga.

Itu adalah salah satu pengajaran yang diberikan oleh Eyang Saka. Makannya Eyang Saka tidak segan menyekolahkan Bunda Riana yang sempat putus kuliah dulu, meskipun saat itu status Bunda Riana hanya sebatas teman yang berhasil diselamatkan oleh Ayah Mada.

Yah, meskipun pada akhirnya ijazah sarjana Bunda Riana tidak benar-benar Bunda Riana gunakan untuk mencari pekerjaan. Tentu saja seorang Ayah Mada yang sangat menyayangi istrinya itu tidak akan pernah membiarkan Bunda Riana bekerja kemudian berakhir kelelahan.

"A Eci kalau jadi ketua OSIS itu enak nggak sih?"

Resi tampak melemparkan bola basketnya ke udara dan hap! Masuk ke dalam ring basket dengan tepat sasaran.

"Wuhh... 1-7" ujar Resi sembari menunjuk ke arah ring basket dengan bangga. Akhirnya setelah dikalahkan tujuh kali oleh Ankara, Resi bisa juga memasukkan bola ke dalam ring basket. Meskipun hanya mencetak satu poin dan sepertinya dia dapatkan karena fokus Ankara yang mulai berkurang, Resi sih tetap bangga.

Ankara pun langsung mengambil bola basketnya yang menggelinding di lapangan kemudian melemparkannya pada Resi. Bola tersebut kemudian dioper kembali kepada Ankara sebagai permulaan untuk permainan mereka selanjutnya.

[3] Day by Day || Keluarga Mada (✓)Where stories live. Discover now