A New Journey [Tahap Revisi]

HS: Kanaya's Diary

Perth, musim panas, dan kamera merupakan perpaduan yang indah.

Sebuah buku berukuran A5 tergeletak diatas tote bag yang berada di atas rumput taman dengan keadaan terbuka. Buku yang cukup tebal itu sudah terisi nyaris penuh menyisakan beberapa halaman kosong saja.

I know you are a good person, but we are not good enough.

Thank you :)

Tulisan tangan yang rapih itu terukir indah pada halaman terakhir bagian buku yang terbuka, tepat di tengah halaman.

Sedangkan sang pemilik buku tengah memeriksa hasil jepretan yang ia ambil beberapa detik yang lalu.

Ting! Suara notifikasi dari ponsel menyatu dengan suara daun yang dibelai lembut oleh angin, juga suara air sungai yang merdu menginterupsi kegiatanku. Segera kuraih ponsel yang terletak di dekat buku.

Memang benar jika dibandingkan dengan laki-laki perempuan itu lebih dominan perasaannya daripada logika.

Perempuan yang logikanya kuat, seperti siswi yang juara olimpiade sains atau perempuan yang sukses jadi menjadi sosok pemimpin yang cerdas dalam mengambil keputusan, itu semua merupakan hasil dari logika yang diasah.

Semua manusia pasti punya logika. Logika dikembangkan jadi ilmu, ilmu terus diasah menjadi profesi. Tidak peduli laki-laki atau perempuan, semuanya bisa menjadi profesional pada bidang masing-masing menggunakan logikanya.

Namun, wanita akan selalu mendengarkan isi hatinya jika ada pertentangan dengan logika.

Contoh Kasus:

Banyak perempuan yang bertahan setelah merasakan sakit yang tak tergambarkan.

Kenapa perempuan masih mau melahirkan (terutama normal) bahkan ada yang lebih dari satu kali, padahal melahirkan itu sakitnya luar biasa? Kalo laki-laki bisa hamil pasti mereka nggak akan pernah mau melahirkan. Dijamin.

Logika lelaki itu sederhana, iya atau tidak. Yang ribet dibuat simple. That's it.

Sedangkan di dunia ini, Tuhan membutuhkan makhluk yang mampu menjalankan peran yang amat sulit, namun tetap mau menjalankannya sepenuh hati. Menunjukkan kekuatan sekaligus kasih sayang. Mau menahan walaupun lebih mudah jika melepaskan. Mengulangi lagi walaupun penuh rasa sakit. Mau bertarung walaupun sambil menangis. Ini jelas bukan pekerjaan untuk laki-laki.

Kamu sendiri bagaimana, bukankah begitu?

Alis kiriku terangkat dengan sendirinya ketika membaca balasan email dari username jav.abizar@outlook.com mengenai pertanyaan 'Mengapa perempuan cenderung memiliki masalah mendalam berkaitan dengan perasaan? Apakah karena perempuan lebih berpikir bedasarkan perasaanya dan bukan secara logika?' yang kukirim padanya beberapa hari yang lalu.

Sudut bibir kananku seketika terangkat, menipis bersamaan dengan kedua alisku yang kembali sejajar ketika aku selesai membaca isi pesannya.

Kuletakkan kembali ponsel ke tempat sebelumnya sembari memfokuskan pandanganku pada air yang bergerak ringan di hadapanku.