Chapter 6 - MORGAN

567 35 4
                                    

WARNING : Typo bertebaran dimana-mana:v

Enjoy reading :)

Entah kenapa, semenjak kejadian kemarin, aku ingin bertemu dengannya lagi.

Damn! Justin, i really miss you!

Hey, wake up!

Itu mustahil, dia adalah rival ku. Oh ya, apa aku lupa? Dia juga cinta pertama ku.

Tidak-tidak, aku tak boleh jatuh ke dalam pesonanya, lagi. Tidak, tidak akan pernah.

Aku berjalan ke arah dapur, hendak membuat daging bacon dan segelas susu vanilla untuk sarapan ku kali ini.

"Huh."

Dan nanti malam juga aku masih harus bekerja di restoran Mom Patt, sebagai asisten dapur tentu saja.

***

Selesai sarapan, aku memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar. Suntuk sekali, dari kemarin aku hanya diam di apartemen. Ingin mencari kesibukkan, berhubung ini adalah Weekend.

Aku melangkah keluar dan pergi menuju ke arah lift lalu ku tekan tombol yang menunjukkan arah bawah.

Tidak sampai tiga menit, pintu lift terbuka. Menampilkan sosok Grandma Sara, tetangga sebelah.

Aku mengucapkan salam untuk menjaga kesopanan, begitu juga dengan beliau. Setelah berada di dalam, aku kembali memencet tombol yang menunjukkan lokasi lobby.

Setelah tiga menit menunggu, lift kembali berhenti di lobby. Aku berjalan keluar apartemen dengan wajah gembira, ku hirup udara segar di pagi hari ini. Wajar sekali, ini kan musim semi.

Karena kebutuhan rumah yang kian menipis, lebih baik aku pergi berbelanja saja ke Walmart. Aku menaiki bus kota untuk berangkat kesana.

Sepuluh menit kemudian aku sampai di supermarket terbesar di US. Aku mengambil keranjang lalu mulai membeli beberapa snack, bahan makanan, minuman kaleng, dan satu botol juice.

Pandangan ku teralihkan pada sosok pemuda berambut cokelat dengan mata hazel nya yang indah itu. Kulihat ia sedang menggendong anak perempuan yang memiliki rambut sewarna dengan rambutnya.

Oh really? Bahkan kami bertemu disini? Dunia sempit sekali.

Mereka terlihat bahagia. Kulihat ada satu anak lagi, kali ini laki-laki. Anak itu menghampiri Justin. Warna rambut mereka semua sama. Apa mungkin itu anaknya Justin? Bejat sekali pria itu, ternyata dia sudah tidak perjaka.

Entah kenapa melihat senyumannya, aku merasa damai. Seolah-olah semua beban pikiran ku terangkat semua. Hell, jangan berpikiran yang macam-macam Morgan!

Oh tidak, dia menoleh ke arah sini. Senyumannya pudar seketika. Tunggu, apa ia tidak suka dengan kehadiranku?

Aku pun membalikkan badan dan langsung berjalan menuju kasir.

"Semuanya tiga puluh dolar," Ucap tukang kasir itu.

Aku mengeluarkan uangku dari dompet dan langsung menyerahkannya. Pemuda itu memberi kantong belanja ku dan mengucapkan terimakasih yang langsung ku balas dengan senyuman tipis.

Baru saja aku mau melangkahkan kaki keluar dari Walmart, ada tangan kekar yang memegang lengan ku erat, mencegah ku untuk keluar.

Aku mengalihkan pandanganku ke belakang untuk melihat siapa orang itu.

Pandangan kami bertemu. Oh ya ampun! Dia punya mata yang indah sekali.

"Mau kemana?" Tanyanya seperti biasa, cuek dan dingin.

When I'm Gone - Justin Bieber (Editing)Where stories live. Discover now