Prolog

247 41 19
                                    


Setiap puzzle yang sudah selesai akan berpendar. Cahaya putih menyilaukan mata keluar dari bingkai kayu besar yang mengambang di ruang kenangan. Dan, setelahnya, aku akan terdistorsi dari ingatan orang yang baru saja aku lengkapi puzzlenya. Begitulah yang yang selalu terjadi padaku setelah misi melengkapi puzzle ini. 

Namun, nahasnya, puzzle di depanku kali ini, milik ibu. Aku harus melengkapinya agar ibu bisa bangun dari tidur panjangnya. Dia benar-benar terjaga seperti kata Tuan Wiskar. Dan, seperti yang lain, ibu melupakanku setelahnya. 

Wanita cantik  itu terjaga dari tidur panjannya. Pandangan matanya tertuju pada ayah yang setia menanti di sisinya. Dan, saat itu ibu menatap ke arahku, lalu kembali menandang ke arah suaminya. 

"Itu siapa, Mas? Muridmu?"

Sinar matanya, saat menatap ke arahku sedikit berbeda. Dia terlihat bingung, berbeda ketika menatap tambatan hatinya, ayah. Dia langsung mengenali kekasihnya itu, begitu membuka mata. 

Aku berbalik arah, berniat keluar dari ruang perawatan ibu. Namun, tanganku ditahan seseorang. "Tunggulah di sini, jangan pergi dulu."

Tangannya yang hangat, seakan mengalirkan secuil harapan.  Aku berpaling, mencoba menyembunyikan air mata yang kadung mengalir di pipiku. 

"Inii ...?" Suara ibu pelan sekali. Dia terlihat bingung menatap ke arahku.

"Kami penggemar berat Mbak Laras." Laki-laki di sampingku mematut senyumnya. "Juga, murid teladan Mas Alfian.  Aku Pram, ini murid kesayangan saya, Hana."

"Sok ngaku-ngaku," gumamku kesal.

"Stststs diem, ah!"

Dia kembali tersenyum ke arah ibu. Wajahnya yang ceria membuat ibu juga ikut tersenyum manis ke arahnya.

"Kalau semua orang yang kamu bantu melupakanmu, tak apa, saya akan bantu mereka mengingatmu kembali."

"Percuma, Pak. Di akhir perjalanan ibu menjadi pembuat kenangan, dia menyelesaikan puzzlenya sendiri, lalu dia pun melupakan dirinya sendiri. Dan ibu yang dahulu, semasa muda, bukan ibu yang sekarang. Andai kemalangan demi kemalangan tidak membuat kenangan copot dari tempatnya, dia tak akan menjadi seperti ini sekarang, Pak."

"Memang, apa salahnya menjadi orang yang berbeda? Apa salahnya menjadi pribadi dengan versi upgrade? Kamu di masa lampau dan kamu di masa sekarang, pasti berbeda. Biarlah sekarang, kamu adalah versi terbaru yang up to date softwarenya."

Walau sedikit tak mengerti dengan ucapannya kali ini, aku hanya mengangguk.


.
.
.
Hay!! Aku balik lagi ke sini, udah lama banget ya, nggak update cerita di sini. Aku kangen banget, loh, sama kamu. Kamu kangen aku juga gak?

.
Untuk event kali ini, aku akan bawakan cerita Hana dan Pram yang mungkin, udah bosen banget ya, ceritanya gitu-gitu doang. Tapi, tenang, kali ini, akan ada kejutan berbeda dari cerita biasanya.
.
Kamu mau ikutan perjalanan kisah cinta guru dan murid yang menggemaskan? Yang kata orang-orang, ini kisah hidupku sendiri, loh. Ha-ha-ha.

Kalau kamu, percaya gak?
.
.
Ikuti kisah manis dan legit serta hangat Cafe Jasuke ya! Komen sebanyak-banyaknya yuk!!
.
Bakalan ada kejutan seru apa ni? Yuk ikutin!!!

Untuk kisah kali ini, aku akan bocorin ne, visualisasi dari tokoh utama di Cafe Jasuke.

Dimas Prambudi, bapak guru paling budiman di sekolah Hana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Dimas Prambudi, bapak guru paling budiman di sekolah Hana.

Hana, murid teladan kebanggaan Pak Pram

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hana, murid teladan kebanggaan Pak Pram.

.
.
Segitu aja dari aku, sampai jumpa!

Cafe Jasuke Just Okay (Complete Story)Where stories live. Discover now