13.

1.3K 155 11
                                    



..


"Ku pikir ada yang tidak beres dengan pelayan barumu." Kata Oakley, tubuhnta bersandar di tembok kamar Gilbert.

Gilbert terfokus pada pekerjaannya, di beri status tinggi saat umurmu baru saja menginjak umur dewasa adalah tantangan sekaligus ujian untuknya. Sejujurnya, Gilbert ingin menolaknya, menolak menjadi apapun yang melibatkannya menjadi pemimpin.

"Ya ... ini tidak masuk akal, temannya mati secara bersamaan." Tambahnya.

Gilbert menaruh pena di atas meja. "Kau bermaksud menuduk Ave melakukan apa?" Oakley menaruh kedua tangannya di depan.

"Aku tidak bermaksud menuduhnya, hanya saja ... pikirkan baik-baik. Jika Dia memang teman dari si pelayan yang berusaha meracuni kita." Oakley diam sebentar.

"Dia tak mengenali suara temannya?"

Gilbert mengerutkan keningnya, "apa maksudmu?"

Oakley mendekat, "Dia menandai temannya sendiri." Bisiknya.

"Bukankah itu bagus, berarti Dia tak pandang bulu." Oakley mendesah keras.

"Mereka bertiga berteman! Gadis yang bernama Lilian mengadu pada teman lainnya bahwa, Ave merasa bersalah, jika Dia tahu itu Bernie, maka Dia akan memastikannya dahulu secara pelan-pelan!"

Gilbert terdiam. "Lalu Pria itu mengatakan pada kita, bahwa Dia mendengar percakapan dua perempuan. Lalu setelahnya, yang mati 3 orang."

Oakley menyilangkan kedua tangannya. "2 gadis yang menggigit racun, dan 1 gadis yang di tandai."

Mendengar penjelasan tersebut, Gilbert mau tak mau memakai logikanya.

Namun Gilbert menolak percaya, Dia ingin mempercayai Ave sepenuh hati.

Sedangkan di luar ruangan, Ave berdiam diri. Nampan yang berada di atas kedua telapak tangannya bergetar. Bahunya bahkan ikuy bergetar.

Ave menunduk, menghilangkan rasa bersalahnya. Lalu satu tangannya terangkat, dan mengetuk pintu kamar Kaisar.

Dan masuk ketika di persilahkan. Tubuhnya membungkuk memberi salam kepada Kaisar bersama Permaisurinya.

Kepalanya menunduk mengamati jalan hingga sampai di meja kerja Kaisar.

"Oakley, Aku ingin sendiri." Mendengar ucapan tersebut Oakley tentu saja hanya bisa pasrah.

Berjalan sembari memberikan tatapan menyelidiknya pada Ave. Avery mundur dan hendak berbalik untuk keluar dari kamar. Namun panggilan dari Gilbert membuatnya berhenti.

"Yang mulia." Jawab Ave.

"Kemari." Ave mendekat, berjalan dengan perlahan menuju sebelah kursi Kaisar.

"Duduklah." Pinta Gilbert, tangannya meraih jemari lentik Ave, dan menatapnya penuh harap. Ave menggelengkan kepalanya. Wajahnya murung.

"Kenapa?"

"Maaf?" Ave mengulang, wajah Gilbert menunjukkan segala yang ingin di ketahui dari Ave.

"Kamu selalu menolak perintahku, Aku Tuanmu." Ave mengerjapkan matanya, 'benar, Aku memang pelayannya.'

Ave kini maju, dan pasrah saat Gilbert meraih pinggangnya, dan menaruh Ave di atas pahanya. Ave gelisah tentu saja, bagaimana jika ada yang mendapati keduanya dengan posisi seperti ini?

"Lihat Aku." Perintah Gilbert.

Mata keduanya bertemu, Gilbert menatapnya penuh minat. Mendekat hingga lembabnya permukaan bibir Ave bertemu dengan bibir Gilbert yang kasar.

Villain EmpireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang