3. A. M.

78 8 0
                                    

Budayakan memberikan vote ya 😄 Thanks 👍

RISHA duduk mengantri di kursi tunggu, ternyata yang membuat SIM sore ini cukup banyak. Bahkan ada juga warga umum yang ikut membuat nya, tak hanya dari PT. SCAR saja.

Risha berulang kali mengecek jam yang melingkar di pergelangan tangannya, pemberian dari Naqi, pamannya yang sebetulnya diberikan untuk Riki karena itu jam tangan untuk laki-laki dengan bulatan jam yang lebih besar. Namun, Riki tak menyukainya. Jadi, daripada mubazir jam tangan itu dipakai oleh Risha.

Risha memikirkan orang tuanya, pasti mereka khawatir dengannya karena belum pulang padahal waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima. Padahal biasanya ia pulang pukul setengah empat.

Meskipun begitu, Risha cukup tenang karena para petugas kepolisian melayani mereka dengan baik, langsung memanggil lima orang ke dalam satu ruangan agar tidak terlalu lama mengantri.

Saat tiba giliran Risha, dia bersama keempat temannya dari Tim C2. Yaitu Cantik, Nina, Febby, dan Anya masuk ke dalam ruangan. Mereka berlima masih mengantri di dalam ruangan karena Febby yang pertama kali dipanggil untuk di foto oleh petugas.

Risha sesekali mengobrol dengan Cantik dan Nina. Anya ikut menanggapi obrolan mereka. Namun, Risha dan Anya tak saling melihat. Mereka seperti terlibat perang dingin.

Selang beberapa menit, Risha dipanggil, saatnya dia difoto oleh petugas dan dia tersenyum tipis dengan kerudung kuningnya.

Setelah dari ruang ia difoto, ia beranjak menuju ruangan lain. Dia ditanya oleh petugas mengenai biodata lengkapnya. Termasuk golongan darahnya.

"Kenapa harus diperiksa golongan darahnya, pak?"

"Biar lebih mudah ditangani jika terjadi kecelakaan di jalan dan membutuhkan banyak darah, tentu golongan darahnya hanya bisa dilihat melalui SIM nya saja." Jelas petugas.

Beberapa orang lainnya yang belum memeriksa golongan darahnya segera diperiksa di ruangan lain, bagi yang sudah mengerti golongan darahnya seperti Risha hanya melanjutkannya dan bertandatangan. Prosesnya lebih singkat. Dia pun segera pulang ke rumah.

*****

RISHA sampai di rumah nya saat adzan maghrib masih berkumandang.

"Assalamu'alaikum." Ucap Risha langsung masuk ke rumah nya sambil menuntun motor miliknya.

"Wa'alaikumussalam." Jawab mama dan papa hampir bersamaan.

"Kok, sampai jam segini, Ris?" Tanya Mama.

"Lembur atau kamu mampir main dulu?" Tambah Papa.

"Aku habis buat SIM di kantor polisi Ma, Pa... Tadi, dadakan gitu informasinya. HP ku juga mati, habis baterainya." Ucap Risha sambil mencium tangan kedua orang tuanya.

"Ooh, bayar berapa?" Tanya Papa.

"650 ribu, katanya." Risha melepas tasnya dan menaruhnya di meja, dia juga melepaskan jaket dari tubuhnya.

"Ya kebetulan itu, Ris. PT. SCAR ngadain buat SIM masal." Ujar Mama.

"Iya kebetulan banget, Ma. Katanya dua atau tiga harian lagi SIM nya baru jadi." Ucap Risha. "Tadi nggak cuma warga dari PT. SCAR yang buat SIM, warga umum juga buat di sana. Jadinya antri lama, untung petugas nya cepat." Jelas Risha lagi.

"Ya udah, sana mandi bersih-bersih, habis itu sholat baru makan bareng." Ucap Papa sambil melangkah keluar.

"Tuh, Papa udah beliin kita bakso." Tambah Mama.

"Wah... Tumben beli bakso, Ma?"

"Iya buat ngerayain ulang tahun mu."

Risha tersenyum haru, segera ia mendekat pada Mamanya. "Aaaah, Mama... Aku malu. Jadi seneng, dehh." Risha memeluk Mamanya dari samping.

SCAR (NEW) Where stories live. Discover now