Bungsu

159 30 12
                                    

Keterkejutan di ruang rawat mewah itu tidak berlangsung lama, karena Mami langsung menyambut anak sulungnya tersebut dengan penuh suka cita. Wanita itu pasti memendam banyak rindu, memanggil Juna untuk mendekat memeluknya. Arjuna sendiri masih mati kutu di ujung pintu.

"Anak mamiiiii" Senja memilih menyingkir mendekati Saka dan Kasih, Saka juga tampak bersemangat melihat Kakaknya pulang, Senja melirik Kasih yang juga menatap kepulangan Juna dengan wajah berseri-seri. Mungkin hanya dirinya yang tidak nampak bahagia di sini.

Setelah memeluk dan mencium Mami, Juna menoleh ke Saka dan bungsu itu langsung memeluknya hangat mengatakan bahwa ia sangat merindukan sang kakak. Kasih juga ikut nimbrung dengan kakak beradik tersebut untuk melepas rindu.

Tatapan keduanya akhirnya bertemu, Juna yang menatap Senja dengan ekspresi canggung luar biasa, sementara Senja memberikan tatapan layaknya orang asing yang baru pertama kali bertemu. Senja juga enggan memasang wajah ramah, lagi pula kalau kalian jadi Senja juga mungkin akan melakukan hal yang sama, bisa jadi menatap saja sudah malas.

"Oh ya Mas, kenalin ini Kak Senja. Kenalan gue" Senja penasaran dengan reaksi Juna saat Saka memperkenalkannya. Juna hanya mengangguk gugup sembari menjulurkan tangannya untuk Senja

Oh... "Senja"

"Juna" Senja tersenyum seadanya, dirinya paham bahwa mungkin ini yang diinginkan Juna, bersikap seperti orang tak saling kenal, bersikap seperti tidak pernah terjadi apa apa diantara keduanya. Senja juga mau berharap apa lagi?

Setelah itu Senja mengambil ponsel di tasnya hanya untuk mengarang cerita bahwa ia akan bertemu dosen secepatnya sehingga harus pamit pergi. Saka menatapnya kecewa.

Senja tersenyum, menepuk bahu Saka "Kapan-kapan kita main" dengan bujukan seperti itu saja Saka sudah bisa tersenyum senang, mood Saka seperti bayi yang mudah berubah.

"Yuk, gue anter ke depan" tawar Saka, lagipula remaja SMA itu memang senang berlama lama dengan Senja.

"Ga usah lah"

"Usah lah!" Saka memaksa, Senja kemudian tersenyum menahan tawa dan pada akhirnya mengangguk menyetujui. Ia berpamitan pada seluruh penghuni ruang rawat tersebut termasuk Kasih dan Juna.

Senja sih sudah move on, masih sisa kesalnya sedikit kok. Kalau tidak tau tempat sudah pasti ia akan menjambak rambut Juna meskipun rambut lelaki itu lumayan pendek ya standar TNI lah. Pokoknya ia pasti sudah menganiaya Juna. Tapi untunglah Senja masih mampu menahan diri.

"Adek kamu tuh" Mami memandang kepergian Saka dan Senja sambil tersenyum, senang sekali melihat putra bungsunya menjadi begitu excited saat bersama Senja. Juna juga ikut memperhatikan bagaimana keduanya bercanda dan tertawa tawa berdua.

Kenapa Juna merasa kesal ya?

Juna memikirkan bahwa bagaimana bisa Saka dan Senja saling mengenal dan fakta bahwa Saka naksir Senja adalah yang paling Juna belum bisa terima sepertinya. Saka tidak benar-benar menyukai mantannya tersebut kan? Dan kalau Juna perhatikan Kasih seperti memiliki perasaan yang lebih pada adiknya lalu bagaimana bisa Saka lebih memilih Senja, orang yang baru ia kenal beberapa hari?

.

Saka dan Senja sudah sampai di halaman depan rumah sakit, mereka mengobrol sebentar sebelum Senja kembali ke kampus.

"Beneran ga mau gue anter? Gue bawa motor kok" Senja menggeleng, membenarkan letak tas bahunya

"Ga perlu lah, kasian abang lo belum temu kangen"

"Ah dia mah bisa nanti. Gue anter aja ya?"

"Gak gak. Gue balik ya... daaaah" Senja berlari keluar area rumah sakit. Saka menatap kepergian Senja, dalam hatinya bertanya-tanya apakah Juna dan Senja saling mengenal? Karena untuk ukuran orang asing yang baru bertemu kecanggungan mereka berdua terlihat terlalu berbeda. Saka menghela nafas, sejujurnya ia sudah lelah dengan drama hidupnya yang selalu berkaitan dengan Juna.

Tuan Muda:OSHWhere stories live. Discover now