iii

16 2 0
                                    

Happy reading!































Sepeda motor mereka berpisah ketika melewati bundaran, karena memang rumah mereka berbeda arah.

Benar saja tebakan mereka tadi ketika langit sangat gelap, hujan turun sangat deras tanpa aba-aba.


"Ck, pake hujan segala." Gerutu Haechan.













Haechan lalu menepikan sepeda motornya ke halte diseberang jalan, saat dia akan menepi dia melihat orang lain yang kelihatannya tengah berteduh juga.
Pandangan Haechan kurang fokus karena kaca helm full face miliknya yang terkena aliran air hujan dari atas, sesekali dia mengelap kaca helmnya dengan tangan.

Ketika tiba di halte, dia melihat seorang remaja yang kelihatannya seumuran dengannya.
Memakai jaket hoodie hitam, dan kelihatannya sama-sama satu sekolah dengan Haechan dilihat dari warna seragamnya yang terlihat dari balik hoodie.





Haechan mencoba mengajaknya bicara, tapi urung karena remaja di sampingnya itu terus menundukkan kepalanya.

"Eh, lu anak SMA 1 juga ya?" Tanya Haechan memberanikan diri.

Remaja itupun mengangguk namun masih dengan kepalanya yang tertunduk tanpa menatap Haechan.

"Ohh, kelas berapa? Pantesan gue ngga asing." Tanya Haechan lagi, namun tidak dibalas jawaban apapun.










Hening, Haechan merasa tidak enak karena bisa saja remaja itu menganggap Haechan hanya basa basi sok kenal.

Suasana hening menemani mereka berdua, hanya terdengar suara hujan dan juga suara kendaraan yang beberapa kali lalu lalang.
Haechan memandang remaja itu, yang masih saja menunduk.



"Ga capek apa, nunduk terus kayak lagi mengheningkan cipta." Batin Haechan.

"Tadi lu jalan kaki?" Tanya Haechan.
Remaja itu mengangguk sebagai jawaban, Haechan lalu bertanya lagi.

"Rumah lu arahnya kemana?" Remaja itu menunjuk ke arah dimana rumah Haechan berada.

"Oh, kita satu arah. Lu mau nebeng ngga? Nanti kalau hujannya udah reda." Remaja itu mengangguk.














Beberapa menit berlalu, suasana masih hening karena tidak ada satupun yang mencoba mengajak bicara.
Tak lama hujan pun mulai reda, Haechan pun mengajak remaja di sampingnya untuk pulang bersamanya.



"Ayo naik." Ucap Haechan sambil menyalakan sepeda motornya.























Remaja itu kemudian naik di jok belakang. Perjalanan mereka pun masih hening, namun saat Haechan melewati rumah Renjun remaja itu menepuk pundak Haechan.

Seketika bulu kuduk Haechan berdiri, tangan yang menepuknya terasa sangat dingin sedingin es, Haechan bisa merasakan nafasnya yang dingin mendekat ke arah telinga Haechan dan berkata...

"Makasih ya Chan."












































































Lalu remaja di belakangnya menghilang.


































































You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 16, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Silent Night Where stories live. Discover now