Bab 6

144 11 5
                                    

-Selamat Membaca-

Sore harinya, Ayhara kembali menikmati waktu santainya, bukan diluar Rumah, melainkan di Halaman Belakang yang seJak dulu sudah disulap menJadi Taman Luas.

Gadis itu menutup matanya saat merasakan hembusan Angin yang cukup kuat menerpa waJahnya. Sementara itu, Rangga duduk diam di kursi kayu yang tepat berada di sebelah Gadis itu, mata taJamnya tampak kesal saat memperhatikan ekspresi Gadis itu.

Menyebalkan sekali.

Terpaan Angin kembali berhembus, membuat Kelopak-kelopak Bunga dari Pohon Tabebuya, berJatuhan diatara mereka. Merasakan ada benda yang Jatuh, membuat Ayhara membuka matanya secara perlahan.

"Ini kenapa?"

Lelaki itu beranJak, karena bosan dan Mendorong kursi roda Ayhara tanpa MenJawab pertanyaan sebelumnya.

"Amaranggana, tadi itu kenapa?"

"Ck, cuma Bunga yang Jatuh dari pohon."

"Bisa kita kembali kesana?"

"Kemana? Rumah?"

"Ditempat Bunga yang tadi Berguguran." Balas Ayhara, Gadis itu tampak tak sabaran.

Lelaki itu berdecak keras, namun tetap Mengiyakan permintaan dari si Gadis lumpuh. Mereka kembali Mengitari Taman dan akhirnya berhenti dibawah Pohon Tabebuya yang Bunganya Tengah bermekaran.

Angin kembali berhembus Kencang dan Ayhara merasakan ada yang Jatuh diantara telapak Tangannya. "Ini apa?" Tanyanya pada Rangga.

"Bunga."

"Warna?"

"Kuning." Lelaki itu kembali mendorong kursi roda, Mengelilingi Taman tersebut. Sementara itu, dari sudut pandang yang berbeda, Ayhara teringat akan sesuatu tentang masa lalunya.

"Ini punya Gue!"

Ayhara merebut paksa uang dari Tangan Rangga, bersama Teman-temannya ia kembali menJahili Lelaki itu.

Dari banyaknya kenakalan yang dilakukan oleh Ayhara, Rangga paling membenci yang satu ini. Mereka yang entah datang darimana, Langsung saJa merebut Uang hasil Dagangannya. Dan tak hanya itu, mereka Juga tega Mengambil Dagangan dan merusak Gerobak Jualan Ayahnya. Hari ini, ia Berdagang Seorang diri, dikarenakan Ayahnya sedang sakit dan harus beristirahat di Rumah.

"Ay, kembaliin Uang saya." Pintanya baik-baik.

Lelaki itu berupaya merebut kembali Uangnya dari Tangan Ayhara, namun Perhatiannya terpecah saat dua dari Teman Ayhara mulai Mengacak-ngacak Dagangannya yang lain.

Rasanya ia ingin menangis, melihat minyak untuk Menggoreng Dagangannya ditumpahkan tanpa rasa bersalah. Harga minyak sedang melonJak naik, dan mereka seenaknya Membuangnya ke dalam parit.

Kerah Rangga kembali tertarik, dan pupil Matanya Langsung bertemu dengan Gadis Jahat itu, "Ini Peringatan terakhir dari Gue, kalau Lo sampai dapatin Peringkat Satu lagi, Gue Nggak akan Segan-segan Ngebakar Gerobak Lo yang Jelek ini." Selepas itu, Ayhara Langsung menghempaskan Rangga, hingga Lelaki itu sedikit mundur ke Belakang.

Lalu, tanpa rasa bersalah sedikitpun, Gadis itu Langsung melemparkan Uang yang tadi ia rampas kedepan waJah Rangga. Uang ribuan tersebut tampak berterbangan disisi Tubuh Rangga. Sementara itu, tawa Mereka kembali meledak, saat memperhatikan raut waJah Rangga yang begitu menyedihkan.

KeJadian itu begitu terasa lambat, Uang-uang itu berterbangan disertai tawa penuh ledekan dari Ayhara dan Teman-temannya. Hari itu harga diri Rangga benar-benar Jatuh dan diinJak-inJak oleh mereka.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Nov 15, 2023 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

LakaraDonde viven las historias. Descúbrelo ahora