Bagian 13. Tidur dengan Tenang

277 20 19
                                    

"Ayo Om, cepet! Papa itu orangnya nekat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ayo Om, cepet! Papa itu orangnya nekat. Aku takut Dega kenapa-kenapa," tutur Zaffa di belakang sana.

"Iya, Kal! Ayo, cepat!"

Di posisinya, Soraya mencoba menekan kekhawatiran di benaknya. Ia senang, akhirnya anak buah Kala memberikan kabar baik mengenai putranya.

Tetapi, seperti ada sesuatu yang mengganjal jauh di lubuk hatinya. Ini kabar gembira tentunya. Namun entah kenapa, perasaan gelisah itu terus berangsur-angsur datang dan menghimpit dadanya.

Di kursi belakang, ada Zaffa. Anak itu terus meremas dadanya. Kemeja bergaris yang remaja itu kenakan juga sudah lecak sebagian. Soraya meringis di tempatnya. Sesakit apa sesak yang tengah Zaffa rasakan? Anak itu, meski dia bukan putranya, tapi Zaffa punya darah yang sama dengan Radega. Apa sesak yang Zaffa rasa, ada hubungannya dengan Radega? Soraya tak ingin percaya, tapi pengakuan Zaffa tiga hari lalu tentang ia yang selalu merasa kesakitan tiap kali Radega kesusahan benar-benar mengunci pikirannya. Apa ... putranya tidak baik-baik saja sekarang?

Sentuhan dan genggaman Kala pada tangannya sedikit mengalihkan perhatian Soraya.

"Kamu tenang aja. Aku janji, kita akan dapatkan Dega malam ini juga. Apapun keadaan dia sekarang. Aku yakin, kamu bisa bareng lagi sama anak kamu, Ray."

Entah bisikan darimana, kini keadaan berganti. Tangan putih Soraya menggenggam erat tangan kiri Kala. Sedikit menarik napas panjang, Soraya mulai mengucapakan kalimatnya. "Aku gak akan membiarkan diriku kehilangan dia sekali lagi, Kal. Karena kalau itu terjadi, maka aku akan benar-benar kehilangan hidupku. Dega ... Dia satu-satunya harapanku untuk bertahan."

"Argh!"

Geraman kesakitan dari kursi penumpang menyadarkan kedua orang dewasa di depan.

"Zaffa, Om antar kamu ke rumah sakit dulu, ya?"

Dengan ribut, anak itu menggeleng.

"Yang harus Om lakukan sekarang bukan antar aku ke rumah sakit. Tapi gimana caranya kita harus sampai ke tempat Dega dengan cepat!"

"Tapi kamu kesakitan." Pelan, namun Zaffa masih mampu mendengar. Lirih suara Soraya sedikit menyenggol ulu hatinya.

"Kalau kita telat karena Om dan Tante antar aku ke rumah sakit dulu, maka kita bisa aja kehilangan Dega. Aku gak mau menyesal, Om, Tante. Aku ... juga gak bisa hidup tanpa Radega."

Kalimat terakhir yang Zaffa keluarkan entah kenapa berhasil mencubit hati Kala. Entah dorongan dari mana, Kala menaikkan kecepatan mobilnya. Ini, sudah di luar batas pengemudi. Mobil yang Kala kendarai sudah seperti melayang di atas awan. Saking cepatnya laju kendaraan, Soraya dan Zaffa sama-sama berpegangan pada sisi mobil. Tapi dalam hati, mereka terus berharap agar ketiganya tidak lagi terlambat.

.

><><><><><><

GEMA MEMBIRUWhere stories live. Discover now