22 - 22.1

4 1 1
                                    

Main Story
Bab: 22
[Bersama Enjiwei, Budaya & Opera]
Si Duo pergi ke ibukota Negara Zhongguo, Beijing. Dengan cara menggunakan transportasi umum, seperti becak atau angkong.

Perjalanan itu memakan waktu, setidaknya beberapa hari, sebelumnya. Si Duo berniat menukarkan mata uang rupinggit ke mata uang renminbi.

Si Duo memasuki sebuah Bank Zhongguo, bank itu tampan sederhana, namun berkesan mewah.

Si Duo mendekat ke resepsionis dan mulai menukarkan mata uang mereka.

Sesudahnya, Si Duo keluar dari bank itu dan mulai mencari angkong.

Sedapatnya Si Duo angkong, mereka pun pergi kesana dan menyaksikan pemandangan atau lingkungan sekitar.

Beberapa menit berlalu, sesekali ada anak kecil dan para penduduk yang melambaikan tangannya ke arah Si Duo.

"Ni hao!"

"Wei de dong tian."

"Da jia xue dao hao."

Si Duo hanya senyum dan membalas lambaiannya saja, mereka tidak tau cara membalas sapaan dari mereka.

Si pengemudi tau jika kedua orang ini adalah orang asing yang datang berkunjung ke Negara Zhongguo untuk menikmati suasananya saja.

Setelah beberapa puluhan menit kemudian, angkong itu berhenti karena angkong itu tidak bisa dipakai untuk perjalanan jauh, tidak seperti delman.

Terpaksa, Si Duo harus mencari angkong lain dan hasilnya sama saja, jalan- berhenti- jalan- berhenti.

Si Duo mendengus kesal, karena uang yang mereka bayar itu lumayan mahal.

Saat Si Duo mencari angkong, tiba-tiba saja mereka dihadang oleh segerombolan orang, mereka seperti bandit atau pembegal, "Serahkan uangmu!" Ucap salah satu orang itu.

Si Duo menolak dengan keras, jelas siapa yang rela memberikan harta mereka kepada orang yang jahat.

Tanpa berlama-lama, para bandit itu menyerang Si Duo dan Si Duo menahan serangan dari para bandit itu.

Para penduduk hanya melihat dari jauh saja, mereka tidak bisa ikut campur karena takut akan ancaman lain.

Satu persatu, para bandit mulai tumbang, si pemimpin bandit itu pun geram dan mengeluarkan kekuatan intinya, 'Xianrun chouchen! (Terkaman kebencian!)'

Langsung muncul sebuah aura kepala singa yang siap melahap tubuh Si Duo.

Esther tidak sempat mengelak, ia yakin pasti diterkam, ia menutup matanya, namun ia tidak merasakan sakit dan masih bisa bernafas.

Segera Esther membuka matanya dan melihat ada seorang pemuda yang menghalangi serangan singa itu dengan kedua tangan kosongnya, "Tabea, apa kau baik-baik saja?" Tanya pemuda itu.

Pemuda itu memiliki warna mata dan rambut yang sama, yakni ungu kecoklatan. Rambutnya pendek dan ada 2 poni pendek yang menyasar di depan disamping wajahnya, memakai pakaian bermodel hanfu berwarna ungu kecoklatan juga dan kelopak mata yang berwarna ungu kecoklatan dan menggunakan topi tradisional.

"Tsk! Menyingkir lah! Kau tidak usah sok-sokan menjadi pahlawan dan ikut campur!" Geram pemimpin bandit itu.

"Hee~ itu tidak baik, mencuri itu adalah tindakan tidak baik." Ucap pemuda itu sambil menahan serangan.

"Sialan! Tunggu apalagi kalian ini! Serang mereka bertiga!" Ia menyuruh para bawahannya untuk segera menangani ketiga pemuda itu.

"Ini tidak baik, aku harus menyelesaikannya dengan cepat." Serangan singa itu hilang dan pemuda itu langsung mengarahkan atensinya kepada 9 orang yang menghampirinya dengan beberapa senjata, seperti golok dao dan pedang jian serta beberapa belati yang masih sedikit menyisakan darah segar.

The Tales Of Journey EsthersWhere stories live. Discover now