8. Some Business

63 4 0
                                    

"Na, kenapa kita ke sini? Bukan kah seharusnya kita kembali ke rumah?" Tanyanya, yang saat ini tengah menatap heran ruangan yang ada di sekitarnya yang sangat asing untuk dirinya.

Sedangkan ia yang mendengar pertanyaan istrinya pun tidak langsung menjawab. Ia lebih memilih untuk melepaskan jaketnya lebih dulu. "Kita tidak bisa kembali, sayang. Terlalu beresiko. Jadi, kita akan tinggal di sini." Jawabnya.

"Sebenarnya, kau ini siapa? Kenapa kau mempunyai musuh yang ingin sekali mendapatkan kematian untuk dirimu?" Pertanyaan yang langsung ia berikan, yang saat ini tengah menatap suaminya dengan tatapan penuh selidik.

Ia terus menatap gerak-gerik yang suaminya berikan. Kali aja dia bisa menemukan sesuatu dari gerak-gerik suaminya. Atau membaca sesuatu dari gerak gerik suaminya. Namun sayangnya suaminya ini tidak menunjukkan gerak-gerik apapun.

"Apakah ibu dan ayahmu tau mengenai pekerjaan kamu yang sebenarnya? Apakah mereka tau kalau nyawa kamu tengah terancam?" Sambungnya, yang terus memancing suaminya agar dirinya bisa melihat suatu yang mencurigakan dari suaminya ini.

Sementara dirinya yang baru saja selesai memakai baju gantinya pun langsung bergegas menghampiri istrinya. Ia langsung memegang pipi kanan istrinya dengan salah satu tangannya. "Kau tidak perlu tau apa pekerjaan aku yang sebenarnya, sayang. Yang perlu kau tau hanyalah aku seorang pekerja kantoran biasa, yang mempunyai banyak musuh yang ingin menghancurkan diriku." Serunya.

"Dan mengenai orang tuaku? Dia tidak tau mengenai pekerjaan asliku. Dan aku sangat berterima kasih kalau kau tidak mengatakan hal ini kepada orang tuaku." Sambungnya.

"Bagaimana kalau misalkan aku mengatakan hal ini kepada orang tua kamu? Apa yang akan kau lakukan terhadap diriku?" Tanyanya. Ia sangat ingin tau apa jawaban yang akan suaminya berikan.

Dan dirinya langsung berfikir sejenak mengenai pertanyaan istrinya. Seolah mencari jawaban akan pertanyaan yang diberikan oleh sang istri. "Entah lah. Mungkin aku akan menyetubuhi dirimu sampai kau mengandung anakku." Sahutnya, seraya mengedihkan bahunya acuh.

"Hanya itu?" Tanyanya yang sukses membuat suaminya mengerutkan dahinya heran. "Lalu, apa yang kau harapkan? Kau mengharapkan hal lebih dari itu?" Tanya balik yang suaminya berikan.

Ia langsung menggelengkan kepalanya kikuk. "Tidak. Aku kira kau akan membunuh diriku, kalau hal itu sampai terjadi." Jawabnya acuh.

Berbeda dengan suaminya yang saat ini sudah terkekeh. "Kau lucu. Mana mungkin aku membunuh istriku sendiri. Lagipula aku percaya kepada dirimu, kalau kau tidak akan pernah memberitahu hal itu kepada orang tuaku." Serunya.

"Kenapa kau percaya kepada diriku?" Tanyanya yang heran akan ucapan suaminya yang percaya kepada dirinya. Padahal suaminya ini belum kenal sepenuhnya mengenai dirinya, dan ia belum lama bertemu.

"Karena kau istriku. Bukan kah hal itu wajar dalam hubungan suami-istri? Kita harus saling percaya satu sama lain bukan?" Serunya, yang saat ini sudah menampilkan senyuman manis dan menawan miliknya.

"Jangan." Seruan yang ia berikanz yang sukses membuat senyuman suaminya pudar dan berganti dengan tatapan bingung. Seakan tau mengenai tatapan yang diberikan oleh suaminya. Ia pun langsung berkata, "jangan terlalu percaya kepada diriku. Kau akan merasakan sakit kalau kau terlalu percaya dengan diriku." Peringatnya.

"Kalau kesakitan itu berasal dari dirimu. Aku akan menerimanya." Sahutnya, yang langsung mengecup bibir istrinya sekilas, lalu bergegas pergi dari hadapan sang istri.

"Kau mau ke mana?" Pertanyaan yang langsung ia berikan kepada suaminya yang hendak pergi dari hadapannya.

"Ada hal lain yang harus aku urus. Kau jangan pergi ke mana-mana, sampai aku kembali." Ucap mutlak yang ia berikan untuk istrinya. Seakan ucapannya ini sebuah perintah yang tidak ingin dibantah.

Belum sempat ia bertanya lagi, suaminya sudah lebih dulu pergi dari hadapannya. Sukses membuat dirinya merengut kesal. Mau tak mau ia duduk di tepi ranjangnya. Memeriksa apakah ada luka di tubuhnya, dan ternyata tidak ada.

Setelah memeriksa luka, ia langsung memutuskan untuk mandi guna membersihkan dan merilekskan tubuhnya.
---

Beberapa jam kemudian, ia sudah ada di pusat perbelanjaan. Tentu saja bersama bodyguard yang suaminya perintahkan untuk menjaga dirinya. Padahalkan dia ini bukan anak kecil yang harus dijaga? Kenapa juga harus di jaga. Kalau kayak gini kan dia menjadi pusat perhatian, dan dia gak suka akan hal ini.

Setelah selesai menghabiskan waktu di mall, ia memutuskan untuk makan di salah satu restaurant hotpot terenak. "Duduk-lah. Kita makan bersama." Perintahnya kepada dua bodyguard milik suaminya.

Dikit ya? Oh tidak! Tadi suaminya ini ingin mengerahkan 10 bodyguard untuk menemani dirinya. Namun ia langsung menolaknya dan berkata bahwa ia cukup membawa 2 bodyguard saja.

"Nyonya Na, kami tidak usah makan. Anda saja--"

"Kau membantah perintahku? Aku tidak suka makan sendiri. Jadi, makanlah bersama diriku." Ujarnya lagi. Mau tidak mau bodyguard itu makan bersama dengannya. Mereka tidak mau di marahi suaminya karena telah membiarkan dirinya tidak makan. Mereka bertiga pun makan dengan hikmat, sampai seluruh makanan habis.
--

Beberapa menit kemudian, ia langsung saja bergegas pergi dari mall ini setelah berhasil membuat dua bpdyguard itu tertidur lelap. Menyetopkan taksi begitu sampai di depan lobby mall lalu pergi dari mall, menuju tempat yang ingin ia kunjungi.

Sampai di salah satu restaurant sederhana, ia langsung masuk menuju dapur yang menghubungkan ke area luar. Namun sebelum pergi, ia  meminjam ponsel seseorang untuk menghubungi kenalannya. Merubah tampilan serta wajahnya, agar dirinya tidak di kenali seseorang. Kecuali orang yang ingin menjemputnya.
---

Sampai di tempat tujuan, ia langsung masuk. Melewati beberapa keamanan yang ada di sini, sampai akhirnya ia tiba di salah satu ruangan besar. "Luke! Kau gila?!" Teriakan penuh amarah yang langsung ia berikan kepada orang yang ada di hadapannya, begitu ia sampai.

"Kenapa kau mendatangkan anak buah-mu untuk menembaki mobil yang tengah suamiku kendarai! Apakah kau gila?! Bagaimana kalau aku sampai ketahuan?! Kau membuat misiku gagal!" Teriakan marah lagi kepada pria yang ada dihadapannya ini.

"Wow, eassy babe. Aku sedang melakukan test saja. Aku kira kau melupakan misi kamu." Serunya dengan santai. Tidak mengidahkan amarah perempuan yang ada dihadapannya ini.

"Kau gila? Bagaimana bisa aku lupa, ketika diriku sudah menikah dengan seseorang yang kau ingin selidiki?!" Serunya, yang saat ini sudah memutarkan kedua bola matanya jengah begitu mendengar ucapan ptia ini.

"Jangan pernah melibatkan orang lain lagi dalam misi yang sedang aku jalani. Biarkan aku melakukan apa yang aku inginkan. Kau bisa mengacaukan semua rencana yang telah aku buat!" Serunya, memberikan peringatan kepada pria bertubuh besar seperti gapura ini.

"Oke-oke. Aku tidak akan melakukan hal itu lagi." Pasrahnya. Bagi dirinya, percuma kalau berdebat dengan perempuan yang ada di hadapannya ini. Perempuan ini sangat keras kepala dan tidak mau ngalah.

"Jadi, bagaimana? Kau sudah mendapatkan informasi mengenai suamimu, Harley Marshall? Apakah dia salah satu Mikaelson atau tidak?" Tanyanya yang saat ini tengah menatap wanita yang ada dihadapannya dengan tatapan penuh selidik.

"Panggil aku Renjun saja. Di sini hanya ada kita berdua." Ujarnya, memberikan peringatan kepada pria yang ada dihadapannya ini.

"Tidak ada sesuatu yang mencurigakan dari dia. Aku belum menemukan hal itu." Dustanya kepada pria yang ada dihadapannya ini.

Sedangkan ia langsung memicingkan netranya penuh curiga akan jawaban yang diberikan. "Kau tau sendiri bukan mengenai konsekuensi kalau kau berbohong atau mengkhianati diriku? Kematian yang akan menjadi akhir dari hidup-mu." Ujarnya, memperingati kesepakatan diantara mereka berdua.

"Dan kau tau sendiri bukan kalau kau memberikan aku misi tidak jelas ini. Dan aku tidak menemukan hal yang mencurigakan mengenai dia? Perusahaan yang tengah kamu kuasai  ini akan menjadi milikku, Luke."

WHO AM I? - JAEMRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang