12. Mengabadikan

449 88 17
                                    

2016

Amar hanya mempunyai satu hobi selama 15 tahun ia hidup yaitu naik motor di malam hari.

Amar tidak terlalu suka main game, tidak suka bukan berarti ia tidak tahu, ia bakalan main kalau di ajak mabar, tapi bukan yang setiap waktu, karena menurutnya bermain game hanya membuang-buang waktu saja.

Amar juga tidak punya hobi melukis, menggambar atau hobi umum lainnya. Ia benar-benar benci melakukan sesuatu yang membosankan, kecuali menguntit Facebook Wanda, eh, bukan menguntit tapi memantau. Tangannya selalu gatal ingin menambahkan Wanda ke dalam pertemanannya di Facebook, tapi belum sekarang, nanti Wanda hanya menganggapnya lalu lalang dan tidak memperhatikannya.

Tidak sekarang, tapi nanti. Amar yakin, nanti Wanda bisa sedekat itu padanya.

Tentang hobi lagi, satu hal yang pasti dari Amar adalah Amar paling membenci hobi olahraga yang lari-larian, contoh seperti sepak bola, bukannya ia tidak tau bermain bola, ia tau, tapi ia tidak suka panas-panasan, berlari mengejar bola yang setiap di tendang akan menjauh, baginya itu membuang-buang waktu.

Kecuali mengejar Wanda, tapi nanti, bukan sekarang. Ia tidak ingin terburu-buru.

Untuk sekarang, Amar harus menahan semua itu, karena untuk pertama kali dalam seumur hidupnya, ia mengajukan diri untuk masuk tim kesebelasan mewakili kampungnya untuk pertandingan sepak bola sekecematan. Perlombaan ini akan selalu ada 2 minggu sebelum perkemahan.

Biasanya ia hanya akan jadi tim penonton, tapi kali ini ia akan berpartisipasi, ambisinya kali ini adalah ia harus melakukan sesuatu agar tetap bisa ada di lapangan sebagai pengalihan, bukan menguntit, sekali lagi bukan untuk menguntit Wanda, ia hanya ingin menonton Wanda latihan tapi ia tidak ingin jadi orang cengo yang memelototi anak paskibranya setiap hari, nanti orang-orang akan berpikir dirinya aneh.

Jadi ia memutuskan untuk masuk tim sepak bola perwakilan kampungnya, setidaknya, orang-orang akan melihatnya jika ia ada di lapangan itu untuk latihan, walaupun aslinya ia hanya ingin menonton Wanda yang latihan Paskibra.

"Woy Amar! Kejar bolanyaaa!!!" teriak Ari, kapten timnya.

Amar berlari mengejar bola tersebut, tapi saat akan menendang kakinya terpeleset membuatnya terjatuh di rumput. Amar mengumpat mendengar semua penonton menertawainya, Amar melirik pasukan pengibar bendera yang sedang latihan di jalan raya dan bernafas lega saat Wanda dan anak paskibnya fokus latihan.

Syukurlah.

"WOY AMAR! FOKUS!!!" Teriak Fatur.

Amar menampar dirinya, mereka akan mengangkat piala jika menang, karena ini adalah babak final. Amar tidak menyangka bisa membawa nama kampungnya sejauh ini, padahal niat awalnya masuk, karena ingin menonton Wanda— secara natural.

Tapi, karena mereka sudah sejauh ini, jiwa kompetitif nya muncul, skor saat ini masih 0-0. Dan ini sudah menit ke 80an, artinya kalau salah satu dari timnya tidak bisa memasukkan bola ke tim lawan, akan ada adu pinalti.

Amar menjadi bek. Posisi ini juga dikenal sebagai stoper. Tugas utamanya adalah menghentikan pemain lawan untuk mendekati gawang dan mencetak gol di posisi tengah lapangan dan membuang bola dari area penalti. Ia memilih posisi itu karena ia malas berlari ke arah lawan, ia hanya bertugas menjaga dan memberi bola ke temannya.

Amar melirik ke arah anak paskibra sejenak, dan tertegun melihat mereka sudah bubar. Ia menegakkan bahunya, melihat anak-anak paskibra berjalan untuk menonton bola— seperti yang lalu-lalu, jika mereka sedang tidak ada urusan, mereka—anak paskib— kadang singgah, untuk menonton bola setelah latihan.

Secret Admirer Where stories live. Discover now