37. Coda

9 2 0
                                    

Lamson berlari sejauh mungkin. Sembari beberapa kali berhenti berusaha membuka kabel tis yang membelenggu tangannya dengan cara menggesek-gesekkan ke benda yang menurutnya cukup tajam. Namun ia segera pergi ketika mendengar suara langkah orang datang.

Andrew berhasil mendapatkan mobil dan mengejar Lamson. Tetapi polisi itu terus berlari. Hingga habis kesabarannya, ia menambah kecepatan dan menabrak Lamson.

Tubuh Lamson tidak bergerak. Kepala botaknya menghantam aspal dan berdarah. Darah juga keluar dari mulutnya. "Tolong aku," pintanya. "Kau gila. Kurasa punggungku patah."

"Tidak harus jadi seperti ini," kata Andrew. "Kau hanya harus berhenti."

"Aku tidak bisa," kata Lamson. "Aku tidak kenal kau, tapi kurasa aku mulai tahu."

"Kau hanya harus berhenti," kata Andrew lagi. 

"Bawa aku kembali ke rumah sakit," pinta Lamson. "Aku lakukan ini untuk temanmu."

Entah rencana licik apa lagi yang dimiliki Lamson, Andrew tidak akan percaya. "Tidak setelah ini," katanya. "Tidak, kau tidak bisa kembali, Bob." Ia melihat beberapa zombi datang. 

"Aku akan memuluskan masalah," kata Lamson, masih bernegosiasi, meski sadar, mungkin tidak akan selamat. Ia tetap berusaha. "Dia dikuasai." Apalagi melihat Andrew menodongkan pistol kepadanya. "Kalian akan mati. Kalian..."

Duar!!

Andrew tidak mau mendengarkan sampai akhir. Ia meledakkan kepala Lamson. "Diam!"

*

Gabriel melangkah lebih jauh meninggalkan gereja. Menuju ke gedung sekolah dasar dan melihat tempat itu sesak dipenuhi zombi yang tidak bisa keluar.

Di sana Gabriel menemukan sisa-sisa barang milik Gareth. Sisa kaki Bob yang dipanggang juga masih ada di sana dan membusuk. Di dalam sebuah tas ransel, ia menemukan sebuah Alkitab dengan nama Mary B di balik sampulnya. Ia membuka Alkitab itu, tepat pada 2Tawarikh 11:21, yang ditandai. 

"Rehabeam mencintai Maakha, anak Absalom itu, lebih daripada semua istri dan gundiknya--ia mengambil delapan belas istri dan enam puluh gundik dan memperanakkan dua puluh delapan anak laki-laki dan enam puluh anak perempuan."

Itulah isinya, membuat Gabriel semakin marah. Ia membantingkan Alkitab itu, bersamaan dengan kaki manusia panggang di hadapannya. Ia marah dan merutuki nasib.

Tiba-tiba, zombi di dalam gedung sekolah itu berhasil memecahkan kaca, dan Gabriel harus lari dari sana. Ia sudah sampai di dekat gereja. Ia hendak masuk ke dalam gereja melalui lubang yang tadi. Namun kawanan zombi yang datang semakin banyak. Ia pun berteriak pada orang yang di dalam. "Tolong! Biarkan aku masuk! Mereka dekat!"

Tentu saja yang didalam terkejut. Mereka mendengar suara Gabriel meminta tolong di luar gereja. Padahal semua akses keluar dan masuk gereja ini sudah mereka tutup. 

"Bagaimana dia bisa di luar?" tanya Melissa.

Tidak ada yang menjawabnya.

"Kumohon, jangan biarkan aku di luar sini!" teriak Gabriel.

Danai menyerahkan Judith pada Michelle. Lalu ia dan Melissa menyusul Chad yang hendak membukakan pintu untuk Gabriel.

"Jangan biarkan aku di luar sini!" teriak Gabriel sambil menggedor-gedor pintu utama gereja. "Chad, Michelle, Danai, Melissa!" Ia memanggil semua nama orang di dalam. "Aku harus melihatnya! Kini aku tahu! Biarkan aku mengalaminya!" Untung ada tombak-tombak itu yang memperlambat langkah zombi.

Danai mengejar Chad. "Tunggu!" serunya. 

Chad ingin membukakan pintu untuk Gabriel. Tapi palang kayu di pintu utama terlalu kuat. Tubuh Chad yang mungil dan kurus itu tidak sanggup membukanya sendirian.  

Live vs DeathWhere stories live. Discover now