Part 1

1.1K 46 0
                                    

5:30 pagi. Alarm jam digital di meja berbunyi nyaring. Sebuah tangan segera menekan tombol untuk mematikannya. Matanya sudah terbuka dari tiga puluh menit yang lalu sebelum alarm berbunyi. Disibaknya selimut yang menutupi tubuhnya, lalu berjalan menuju kamar mandi.

Dengan handuk yang masih melingkar di pinggang, ia memilah-milah isi lemari pakaiannya. Sebuah kemeja berwarna putih dipilihnya. Dipadukannya kemeja itu dengan celana bahan yang sudah disiapkannya. Selesai berpakaian ia berkaca di depan kaca besar. Menyisir rambut sampingnya ke belakang, dan membetulkan letak jas biru dongker di bahunya.

Ia turun menuruni anak tangga. Dapur tujuan selanjutnya. Ia mengambil sebuah cangkir putih di rak, mengambil satu teh celup dari dalam toples persegi dan meletakkannya ke dalam cangkir. Ia menuangkan air panas ke dalamnya hingga satu senti di bawah bibir cangkir. Kemudian dibawanya cangkir tersebut ke meja makan.

Ia tarik satu kursi lalu mendudukkan dirinya. Saat akan menikmati tehnya, matanya menangkap sesuatu yang langsung membuat dadanya panas. Ia bangkit berdiri dari tempat duduknya. Berlari ke arah pintu.

"Jadi kau pelakunya selama ini?!"

Tangannya memegang satu pamflet yang tadi diambilnya dari tanah. Seorang anak lelaki yang sedang mengayuh sepedanya sontak berhenti dan menoleh.

"Maaf?"

"Itu yang kau lakukan dengan sepedamu? mengotori halaman orang dengan sampah seperti ini?!"

"Ya. Karena itu pekerjaanku"

"Menjadi kasir, pelayan restoran, itu baru pekerjaan"

"Ya. Aku bekerja di restoran cepat saji mulai siang hingga malam dan menjadi pelayan di klub saat akhir pekan. Dan saat pagi aku bekerja membagikan pamflet untuk mendapat tambahan uang"

Pria itu terdiam. Ditatapnya anak laki-laki di depannya ini.

"Kau Taehyung kan? Kau dulu suka sekali membeli éclair di toko roti tempat aku bekerja"

"Bagaimana kau tahu?"

"Jimin sangat suka éclair itu. Kau sering membeli untuknya"

"Kau kenal Jimin?"

"Jimin dulu adalah guruku. Dia satu-satunya orang yang tak menganggapku aneh karena aku tak pandai berbaur dan kutu buku. Dia banyak membantuku di sekolah"

"Maafkan aku. Aku tak akan meninggalkan ini lagi di halamanmu"

Anak laki-laki itu mengambil pamflet dari tangan Taehyung, memasukkannya ke dalam tas miliknya, lalu kembali mengayuh sepedanya meninggalkan Taehyung. Salju tipis terlihat turun pagi itu.

Saat akan berbalik badan untuk kembali masuk ke dalam rumah, hidungnya mengendus bau yang mengganggu penciumannya. Tubuhnya berjongkok menghirup-hirup mencari asal bau tersebut.

"Sialan. Berani sekali kencing di halamanku"

Dari jauh dilihatnya seorang perempuan muda yang sedang mengajak anjingnya jalan pagi. Ia bangkit berdiri, menunjuk-nunjuk ke arah wanita tersebut.

"Awas saja jika anjingmu itu kembali kencing di halamanku. Aku tahu dia pelakunya", ucapnya dengan suara nyaring yang mengintimidasi.

"Jangan dengarkan dia, Scraffy. Dia orang aneh. Lagi pula dia tidak tahu siapa pelaku sebenarnya", ujar wanita itu pada anjingnya.

"Itu pasti salah satu dari kalian!"

Teriakan Taehyung tak diindahkan. Wanita itu tetap berjalan santai melewatinya.

Taehyung kembali masuk ke dalam rumah dengan perasaan dongkol. Ia menuju meja makan dan kembali menikmati teh dan kukisnya untuk sarapan.

Selesai sarapan, ia meninggalkan rumah menuju kantor mengendari mobilnya. Empat puluh menit perjalanan adalah waktu yang ia tempuh untuk sampai di tempatnya bekerja. Ia mempunyai sebuah perusahaan distributor dan grup retail yang menawarkan berbagai baju, tas , jam tangan, hingga kosmetik kelas atas.

Selesai memarkir mobilnya di deretan parkir khusus petinggi perusahaan, ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung. Seorang petugas keamanan menyapanya dan hanya dibalas dehaman darinya. Ia masuk ke dalam satu lift khusus yang akan mengantarnya ke kantornya.

"Selamat pagi, tuan Taehyung", sapa sekretarisnya di luar ruangannya.

"Hm"

Hanya itu jawaban yang ia berikan.

Saat hendak menutup pintu ruangan kerja miliknya, matanya tertarik untuk melihat tempat sampah di samping pintu.

"Hyewon! Sudah berapa kali ku bilang kalau kau harus mengosongkan sampah di dalam sini sebelum kau pulang!"

Perempuan bernama Hyewon yang merupakan sekretaris Taehyung tersebut terlonjak kaget saat suara menggelegar bosnya memanggilnya. Ia segera beranjak dari kursinya dengan tergesa.

"Ma—maafkan saya, tuan. Saya lupa membuangnya kemarin"

"Ambil kantong sampah yang baru dulu baru kau ambil itu, Hyewon! Kau bodoh!"

Taehyung kembali emosi saat sang sekretaris hendak mengangkat kantong sampah di tong tanpa membawa kantong sampah yang baru terlebih dahulu.

"Taehyung, ada apa? Kenapa meneriakinya?". Sebuah suara lembut terdengar. Seorang laki-laki bertubuh tinggi menghampirinya.

"Aku tidak meneriakinya. Memang nada bicaraku seperti ini, Seokjin"

"Jelas-jelas kau meneriakinya, Taehyung"

"Dia idiot. Dia tak mengganti kantong sampah ini kemarin sebelum pulang!"

"Tapi kan itu bukan tugasnya, Taehyung. Itu tugas petugas kebersihan"

"Lalu kenapa petugas kebersihan itu tak mengosongkannya?! Siapa yang bertugas semalam? Pecat dia!"

"Maafkan aku, tuan". Wanita itu kembali dengan membawa kantong sampah baru dan segera mengganti kantong sampah yang lama. Ia membawa keluar kantong sampah yang tak penuh isinya tersebut.

"Terima kasih, Hyewon"

"Sama-sama, tuan Seokjin"

Pintu kemudian ditutup. Kini tinggal dua orang pria yang sama-sama punya jabatan tinggi di perusahaan yang mereka dirikan bersama di dalam ruangan itu.

"Taehyung, apa tak sebaiknya kau mengambil cuti? Sepertinya kau semakin..."

"Kau ingin memecatku?"

"Aku tak mengatakan aku ingin memecatmu, Taehyung. Aku hanya bermaksud menyarankan untuk mengambil cuti. Kau menjadi pemarah dua tahun ini sejak..."

"Cukup!"

Suaranya menggelegar memenuhi ruangan. Sorot matanya memperlihatkan kemarahan yang sudah lama ia pendam. Hening sejenak di antara mereka.

"Aku hanya ingin membantumu, Taehyung. Kau akan menghancurkan dirimu sendiri jika kau terus-menerus seperti ini"

"Aku baik-baik saja. Dan aku tidak butuh bantuanmu! Sekarang pergi kau dari sini!"

Deruan nafas terdengar dari pria bernama Taehyung. Tangannya menunjuk ke arah pintu sebagai perintah untuk pria bernama Seokjin itu pergi meninggalkan ruangannya.

"Aku peduli padamu, Taehyung. Aku bersungguh-sungguh. Aku sangat menyayangimu. Aku merindukanmu"

Pria itu melenggang pergi dari hadapan Taehyung. Meninggalkannya termenung di tempatnya berdiri sekarang.

Ada hati yang terluka sangat dalam serta kekosongan yang pekat setelah mengalami sebuah kehilangan. Hal itu yang dialami seorang Kim Taehyung, pria dengan luka hati yang masih basah. Kehilangan yang ia alami merubahnya menjadi sosok yang suka menggerutu dan pemarah.

Wajahnya tak pernah terlihat ramah. Suaranya mudah sekali meninggi jika menghadapi orang-orang yang dianggapnya bodoh. Senyum seakan enggan terukir di bibirnya dua tahun ini.

Hanya kemarahan dan kesedihan yang hampir setiap hari menemani hari-harinya. Maka dari itu dia sering sekali dipanggil tuan pemarah, tuan penggerutu oleh orang-orang di balik punggungnya. 

Mister Grumpy [TAEGI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang