Prolog

2.2K 143 5
                                    

Happy reading‼️

.

.

"Sayang, aku izin keluar dulu ya" Izin anne—Roseanne Adeline pada suaminya yang sedang duduk di atas ranjang dengan laptop yang berada di atas pangkuan nya.

"Iya sayang, hati-hati ya, jangan pulang kemalaman, aku bentar lagi juga mau ke kantor, ada meeting." Sahut jevan-Jevandra Arsenio suami dari anne.

"Siap paksu..!" Anne membuat gestur hormat dengan cengiran khas nya, membuat jevan terkekeh gemas.

"Yaudah, aku berangkat dulu yaa.." Anne melambaikan tangan nya, setelah itu anne langsung menghilang dari balik pintu.

Jevan hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah laku istrinya yang begitu menggemaskan, ia tersenyum tipis lalu kembali fokus pada laptop nya.

Ting!

Notifikasi dari ponsel miliknya berhasil  mengalihkan perhatian jevan, jevan meraih ponsel nya, ia mengernyit melihat nomor yang tidak dikenal mengirimi nya sebuah foto.

Karena penasaran, jevan membuka room chat dengan nomor tak dikenal itu, tanganya mengepal menahan amarah saat melihat foto apa yang di kirimkan oleh nomor tak dikenal itu.

"Sialan." Desis jevan.


••••

Sekitar pukul 8 malam, anne baru saja pulang, wajahnya sumringah sekali dengan senyum yang mengembang di bibirnya.

Ia berjalan memasuki rumah mencari keberadaan suaminya, dan saat ia melewati ruang tamu, ternyata jevan sedang berada disana. Anne pun dengan semangat menghampiri suaminya itu.

"Sayang, aku ada kabar gembira buat kamu!" Ucap anne antusias, ia duduk di samping jevan.

Jevan menaikkan satu alisnya, menunjukkan ekspresi bertanya nya. Anne yang mengerti pun segera mengeluarkan sesuatu dari tas nya, ia menyerahkan sebuah kotak berwarna pink pastel pada jevan.

"Apa ini?" Tanya jevan.

"Buka aja" Balas anne.

Jevan membuka kotak itu, ia dapat melihat sebuah testpack dengan dua garis merah dan sebuah note kecil berisi tulisan 'Congrats dear, you are going to be a father♡.'

"Kamu seneng nggak?" Tanya anne, ia sebenarnya sudah merasa aneh karena jevan hanya menatap isi kotak itu dengan wajah datarnya.

"Buat apa aku seneng? Lagipula ini bukan anak aku." Anne tersentak mendengar jawaban yang keluar dari mulut jevan barusan, "What do you mean?" Tanya anne dengan suara bergetar.

"Kamu tuli? Ini. Bukan. Anak. aku." Ujar jevan penuh penekanan.

"Kenapa kamu ngomong kayak gitu van? Ini anak kamu.., tolong percaya sama aku.." Lirih anne.

Jevan berdecih remeh, ia meraih ponsel nya yang berada di atas meja lalu menunjukkan sebuah foto pada anne.

"Masih mau bilang kalau anak yang ada di perut kamu itu anak aku?"

"Kamu salah paham van! Yang di foto itu emang bener aku sama jordan, tapi kita nggak ada hubungan apa-apa! Dia cuma nganterin aku beli testpack.."

"Bulshit. Kalau emang dasar nya jalang yaudah jalang aja, nggak usah pake ngaku-ngaku kalau anak yang ada di perut lo itu anak gue, lo berharap gue nerima anak itu? I'm sorry, gurl. Gue nggak sebodoh itu buat percaya sama jalang kayak lo."

Mendengar perkataan yang baru saja terlontar dari mulut jevan membuat air mata yang sudah berusaha untuk anne tahan daritadi akhirnya turun juga, rasanya begitu sakit saat mendengar kata-kata hinaan itu keluar dari mulut suaminya, orang yang paling ia cintai. Terlebih lagi saat jevan melontarkan kata 'jalang' yang sudah pasti tertuju padanya.

"Van.., tolong dengerin penjelasan aku. Kamu cuma salah paham.." Bujuk anne yang sedang menangis sesenggukan.

"Lo mau ngejelasin apa lagi jalang? Semuanya udah jelas, nggak ada lagi yang harus lo jelasin." Cerca jevan dengan nada meremehkan.

"Tolong dengerin aku aja seben—" Sebelum anne menyelesaikan kalimatnya, jevan sudah memotong terlebih dahulu, " Surat cerai gue yang ngurus, tugas lo sekarang cuma pergi dari sini, dan jangan pernah muncul lagi di hadapan gue."







To be continue..

Mungkin segini aja dulu prolog dari aku, maaf kalau prolog nya kurang bagus atau kurang nge feel, karena aku juga penulis pemula.

Jevan & Anne | JaeròseDonde viven las historias. Descúbrelo ahora