하나-01

1.3K 153 4
                                    

Happy reading!

.

.

"Bundaaaa" Seorang anak kecil berlari keluar dari kelasnya dan langsung berhambur ke dalam pelukan seorang wanita cantik yang di panggil bunda olehnya.

Anne jongkok menyamankan tingginya dengan sang putra yang bernama 'Nathaniel putra arsenio' yang akrab dipanggil niel. anne mengecup kedua pipi gembil putranya, "Did you have a nice day today?" Tanya anne pada niel.

Niel mengangguk antusias. "I had a nice day today, because I made so many new friends!" Jawab niel.

Anne bertepuk tangan bangga mendengar nya, kemampuan bersosialisasi niat tidak dapat diragukan lagi, niel sangat pandai untuk bersosialisasi bahkan di umurnya yang baru memasuki 5 tahun. Karena niel memiliki daya tarik dan caranya tersendiri untuk memikat seseorang.

"Oww, i'ts cool!! I'm so proud of you" Niel memekik senang mendengar pujian dari anne, ia memberikan beberapa kecupan di wajah anne karena terlalu senang.

"Let's go home, niel pasti laper kan?"

"Iya, niel laper! Perut niel daritadi udah marah-marah gara-gara kelaparan!"

Anne tertawa mendengar jawaban niel, sedangkan niel yang melihat anne tertawa pun jadi ikut tertawa.

Sekitar 10 menit kemudian mereka sudah sampai di rumah, karena sekolah niel yang memang tidak terlalu jauh dari rumah mereka.

Setelah sampai di rumah, anne menyuruh niel untuk berganti baju terlebih dahulu sebelum makan siang, agar nyaman.

Dan sekarang ibu dan anak itu sudah duduk manis di kursi meja makan sambil melahap makanan nya masing-masing, sesekali mengobrol atau bercanda sampai makanan mereka habis.

Setelah selesai mencuci piring, anne berjalan ke arah ruang tamu menghampiri niel yang sedang tengkurap di atas lantai yang di lapisi karpet.

"Niel lagi ngapain?" Tanya anne, duduk di samping niel dan menyandarkan punggungnya ke sofa.

"Niel lagi gambar bunda" Jawab niel tanpa menoleh ke arah anne.

"Gambar apa?"

"Secrettt" Lagi-lagi niel menjawab pertanyaan dari anne tanpa perlu repot-repot untuk menoleh ke arahnya.

"Yaudah deh" Anne mengalah, ia lebih memilih untuk fokus pada televisi yang menyala sembari menemani putranya yang sedang menggambar itu.

Selang beberapa menit kemudian, anne yang hampir saja tertidur harus di buat terkejut karena pekikan nyaring dari niel. Suara niel itu benar-benar melengking asal kalian tahu.

"Akhirnya selesai!" Seru niel lalu mengubah posisinya menjadi terlentang.

"Bunda" Panggil nya yang hanya dibalas deheman oleh anne.

"Ayah kerjanya dimana sih? Jauh banget ya pasti sampai nggak pulang-pulang. Padahal kan niel pengen banget ketemu sama ayah."

Manik indah anne yang awalnya terpejam, perlahan-lahan terbuka, ia menatap niel yang sedang terlentang seraya menatap kosong ke arah langit-langit rumah.

Anne tersenyum sendu, lalu ia ikut membaringkan tubuhnya di samping niel.

"Ayah kerjanya jauhhh banget, jadi ayah belum bisa pulang sekarang. Tapi kalau niel mau ketemu sama ayah, niel banyak berdoa aja ya, biar bisa ketemu ayah, terus kalau mau tidur juga selalu berdoa supaya niel dan ayah bisa ketemu walaupun cuma di dalam mimpi."

Niel bergumam tidak jelas lalu memiringkan tubuhnya menatap sang bunda.

"Berarti kalau niel berdoa terus, niel nanti bisa ketemu ayah ya bunda?" Tanya niel, anne mengangguk membenarkan.

"Iya. Makanya kita itu nggak boleh yang namanya berhenti berdoa kepada Tuhan, karena Tuhan itu baik. Sangat baik. Tapi nggak semua doa kita bakalan selalu di kabulkan oleh Tuhan, maka dari itu kita juga nggak bisa marah ke Tuhan kalau misalnya doa dan permintaan kita nggak di kabulin, karena semua itu butuh waktu, usaha, dan proses."

Niel mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, ia memeluk anne dan menenggelamkan wajahnya di perut anne.

"Kalau gitu niel bakalan selalu berdoa dan berusaha biar bisa ketemu sama ayah." Ucap niel yang suaranya terdengar sedikit tidak jelas karena wajahnya yang tenggelam di perut anne, namun anne dapat mendengar dengan jelas apa yang di ucapkan oleh niel barusan.

"Good boy.." Anne mengusap-usap kepala niel sampai akhirnya mereka berdua ketiduran dengan posisi saling memeluk satu sama lain memberi kehangatan dan menyalurkan kasih sayang.

••••

Tok Tok Tok

Bunyi pintu ruangannya yang di ketuk berhasil membuat jevan mengalihkan pandangannya dari laptop.

"Masuk." Titah jevan lalu kembali fokus pada laptop nya.

"Permisi pak, 15 menit lagi kita ada meeting dengan klien dari singapura." Ucap marcell-sekertaris jevan.

"Dan untuk jas bapak sudah saya siapkan di dalam kamar pribadi bapak." Imbuhnya lagi.

"Baik. Hanya itu?" Marcell menjawab pertanyaan itu dengan anggukan kepala.

"Kalau begitu, kamu bisa kembali ke ruangan mu."

"Baik pak, saya permisi." Sebelum pergi, Marvell tidak lupa untuk membungkuk sopan pada atasannya, lalu pergi dari sana.

Jevan beranjak dari duduk nya, lalu berjalan menuju ke sebuah ruangan dengan pintu yang berwarna putih, itu adalah kamar pribadi nya yang sengaja ia buat dengan alasan jika ia terlalu lelah karena lembur ia tidak perlu repot-repot untuk pulang ke rumah.

Setelah mengganti jas nya, jevan duduk di atas ranjang, menggapai sebuah bingkai foto yang terpanjang apik di atas nakas, lalu memandangi wanita yang berada di dalam foto itu dengan tatapan sendu nya.

"Maafin aku...."

Setelah mengatakan itu, jevan mencium foto itu sedikit lama kemudian meletakkan nya di posisi semula.






To be continue....

Gimana chapter ini? Bagus ngga menurut kalian?

Oh ya, kalian jangan lupa vote! Terus komen nya juga jangan lupa biar aku tambah semangat buat up!

Karena rata-rata yang bikin penulis ngga semangat itu, karena ngga ada vote, atau komen yang ngebuat penulis ngerasa kalau karya yang dibuatnya kurang menarik dan jelek.

Jadi tolong ya, vote dan komen nya juga, jangan cuma baca terus pergi gitu aja, kayak buaya darat! Habis ngebaperin anak gadis orang langsung pergi gitu aja.

Jevan & Anne | JaeròseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang