PROLOG

139 9 3
                                    

DISCLAIMER : Milik Masashi Kishimoto


Tegang dan gemetar, itulah yang dialami oleh gadis yang tengah memperjuangkan harga dirinya di depan belasan pasang mata. Lima belas penonton yang menyaksikan peliknya perselisihan dalam ruangan tersebut menyimpan emosi rapat-rapat. Entah mana yang mereka percayai, selagi hakim belum membunyikan palu. Wartawan yang hadir tidak berhenti untuk mencatat setiap lontaran baik dari pembela terdakwa dan jaksa.

"Insiden penusukan Tuan Hotaru diduga sebagai pembunuhan berencana. Nona Hazuki mendapat nilai yang cukup rendah dibanding mahasiswa lain. Bukti tersebut menjadi indikasi bahwa Nona Hazuki bermaksud untuk mencelakai," ucap Yuhi Kurenai sebagai jaksa yang Kembali menekan terdakwa sebagai pelaku kekerasan. Hampir satu jam berlalu, sidang tidak terlepas dari adu argumen dengan Hatake Kakashi selaku pengacara korban.

Di depan layar proyektor sidang terpampang pecahan gelas dengan bercak darah. Pecahan gelas digunakan oleh Hazuki Sara sebagai tersangka untuk menusuk perut Yamada Hotaru.

"Keberatan, Yang mulia. Penyerangan yang dilakukan oleh Hazuki Sara dilatar belakangi atas pembelaan diri. Tuan Hotaru berniat untuk memperkosanya saat bimbingan skripsi berlangsung," Hatake Kakashi bersikukuh bahwa Mahasiswinya adalah korban atas kasus ini.

Kasus kekerasan seksual menjadi problematika krusial di lingkup pendidikan. Khususnya pada jenjang universitas. Hiruzen Sarutobi adalah hakim utama yang memutuskan kelanjutan sidang pada hari ini. "Kesimpulannya, kasus ini berkembang menjadi dua hipotesa. Apakah nona Hazuki berniat untuk membunuh Tuan Hotaru, atau justru didalangi oleh kasus asusila yang menyebabkan insiden penusukan ini. Maka dari itu, Sidang akhir akan diselenggarakan Hari Senin, 13 Januari 20xx"

TOK! TOK! TOK!

Keputusan hakim untuk melanjutkan sidang pada minggu depan. Seketika para wartawan bangkit dan langsung mengerumuni Jaksa Kurenai. "Bagaimana tentang sidang selanjutnya, apakah memang Nona sara dinyatakan bersalah pada kasus kali ini?," Belum selesai dengan pertanyaan tersebut, sosok Reporter dengan rambut merah jambu menyerobot pertanyaan baru. "Bukankah seharusnya bukti melalui pesan seharusnya kuat, mengapa anda sangkal?," lontaran pertanyaan gadis dengan name tag Haruno Sakura sontak membuat reporter lain terbungkam. Pertanyaan tersebut seolah menyudutkan Yuuhi Kurenai sebagai jaksa. "Masih ada kelanjutan sidang untuk di minggu depan. Saya harap, kalian tidak memberikan asumsi untuk menggiring opini publik," Tegas Kurenai yang langsung meninggalkan kerumunan Wartawan.

*****

FLASHBACK

"Kau mahasiswa semester tiga, apa alasanmu untuk mengikuti magang di semester muda?," Wanita cantik bersurai ungu bertanya kepada gadis berambut merah muda.

"Saya rasa akan lebih awal untuk mendalami ilmu kejurnalistikan di lapangan lebih baik. Sebelumnya, saya sudah mengikuti pelatihan jurnalistik dasar yang pernah diselenggarakan oleh Lembaga Pers. Untuk itu, saya bermaksud mengimplementasikan ilmu yang saya dapat di lapangan, " Ucap Haruno Sakura Mahasiswa Ilmu Hukum Semester tiga.

Yugao Uzuki selaku pemimpin redaksi dari media Negeri Api tertarik dengan tujuan dari Haruno Sakura. Untuk meyakinkan bahwa Haruno layak diterima sebagai Reporter magang, Yugao menanyakan wawasan isu yang dikuasai oleh gadis itu.

"Ketertarikan saya pada isu perempuan menjadi landasan saya untuk melamar sebagai reporter. Di lingkup pendidikan, korban pelecehan kerap kali mendapat ketidakadilan di mata hukum maupun masyarakat," Yugao menarik sudut bibirnya. Anak ini sangat menarik, di balik badannya yang mungil tersimpan keberanian untuk menyintas kejahatan yang biasanya ditangani oleh Jurnalis senior. Isu pelecehan seksual dan kriminalitas sering membuat reporter kewalahan. Kasus ini kerap mangkrak tiada ujungnya. Mendadak saja hilang diterpa isu lainnya.

The LawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang