PJR-12

14 3 0
                                    

Mereka yang berani menghadapi embun sejuk sore ini, berjalan-jalan di taman yang terhampar luas, menikmati pemandangan yang indah dan menikmati suasana yang tenang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mereka yang berani menghadapi embun sejuk sore ini, berjalan-jalan di taman yang terhampar luas, menikmati pemandangan yang indah dan menikmati suasana yang tenang. Namun, bagi mereka yang lebih memilih untuk berleha-leha di atas kasur yang empuk, mereka dapat menikmati kenyamanan dan ketenangan yang ditawarkan oleh kasur tersebut, sehingga mereka dapat melepas lelah setelah hujan deras tadi siang.

Tidak lupa pasjamran yang selalu menyetel lagu galau dengan volume full, Minggu lalu mereka kedatangan tamu tidak di undang yaitu Pak Imron. Pak Imron menceramahi mereka dengan keras sebab musik yang terlalu nyaring membuat pak Imron yang sedang berkontraksi dengan Yoganya merasa sangat terganggu dan ia pun menyuruh mereka untuk menurunkan volume musiknya.

"Sore sore gini enaknya makan mie." Kata Dodi masuk ke dalam rumah, menuju dapur

"Tante ada mie gak? Dodi laper."

"Ada itu di lemari ambil aja." Teriak tante Yuli dari arah belakang

"Dod masakin gue juga dong, sekalian." Dodi menatap dongkol Ikhsan yang tiba-tiba sudah ada di dapur

"Buat sendiri lah, enak aja lo."

"Cailah Dot sekalian itu, lo satu gue satu."

"Siapa yang bilang gue cuman masak satu?"

"Dua?" Tebak Ikshan

"Iyalah satu mana kenyang." Tutur Dodi memasukan dua mie ke dalam panci yang sudah berisi air.

"Masakin punya gue juga pokoknya, kalo gak gue kasih tau mama gue kalo lo jahat sama anaknya." Setelah itu ikhsan menghilang

"Kalo bukan anak Tante Yuli gue sih ogah masakin dia." Kesal Dodi meyiapkan satu mangkok dan satu mie untuk Ikshan

•••

"Nih San mie lo." Dodi dengan ogah-ogahan menaruh semangkuk mie

"Wah para Mas Dodi gak buatin aing juga." Celetuk Egik memelas

"Iya tega kamu Mas cuman Ikhsan doang yang di masakin." Ikut Apip

"Gue mau masak juga, siapa mau?" Tawar Fahrul

"Penyelamat banget emang babang Arul, nitip ya Rul dua bungkus." Kata Egik

"Gue satu aja, yang enak ya bang nanti saya bayar." Gurau Apip

"Pip sini dulu Pip bantuin gue ambil gergaji." Teriakkan Roni dari teras depan dekat gerbang mengalihkan pandangan Fahrul

"Lu mau mie juga gak?" Tanyanya

"Waduh pas banget gue laper, dua bungkus ya Rul. Makasih."

"Buat apa gergaji?" Roni menatap Apip yang baru datang memberi Gergaji, "typo gue Pip sorry sorry, maksudnya obeng." Cengir Roni

"Yeee nih bocah, gue gergaji juga ntar leher lo." Walau mulutnya komat-kamit, Apip tetep mengambil Obeng di gudang sebelah rumah Roni

"Nih."

Roni menarik celana Apip ketika Apip akan kembali pergi, "Lah mau kemana lo? Bantuin gue Napa Pip tega banget."

"Iya biasa aja tapi nariknya, celana gue melorot." Apip membenarkan celananya yang hampir melorot.

"Lagian kenapa gak masuk bengkel mang kokong sih?"

"Sayang duitnya, mending beli somay."

"Halah biasanya juga lo gak bayar kalo servis ke mang kokong."

"Sembarangan nih kalo ngomong." Elak Roni

Meskipun demikian, Roni tetap berusaha untuk memperbaiki motornya sendiri. Dia mencoba berbagai cara, mulai dari memeriksa komponen-komponen motor, hingga mencoba menyetel karburator.

"Pip panggilin Diva dong, mau main kami."

Keduanya menoleh ke arah gerbang di mana, kepala Adisya yang menyembul melihat ke arah mereka.

"Gak cape apa main mulu?"

"Enggak lah, kek lo gak cape aja main ke rumah Kak ikhsan mulu." Jawab Adisya

"Dih suka-suka gue."

"Sama."

"Bentar gue panggilin dulu si Diva, Pip jagain Opy takutnya dia ngelirik duda sebelah."

"Opy siapa Pip?"

"Ini depan gue," tunjuk Apip pada motor Scoopy merah Roni

"Buset udah gila kali ah, btw bukain lah nih pager-nya gue mau masuk." Pinta Adisya

"Wih ada Adisya, langganan ya main sini." Ikhsan menyapa Adisya yang baru saja datang bersama Apip, dan Adisya hanya memberi senyuman canggung

"Pip? Opy gue woi malah lu tinggal, gak becus lo mah. Saya pecat kamu sekarang juga."

"Belagu lo setan." Geram Apip menarik rambut belakang Roni.

"Jangan bilang si Diva lagi nge-pup." Tebak Adisya

"Seratus buat lo kak, kuy masuk gue abis nyetor tadi." Sahut Divanka keluar rumah, lalu mengajak Adisya masuk ke dalam rumah menuju kamarnya

"Kak, Mama mana ya?" Divanka bertanya pada Fahrul yang nampak sedang sibuk di dapur

"Di belakang, angkat jemuran." Jawabnya melirik sekilas

Mereka berdua melewati Dapur dan keluar dari arah pintu belakang rumah, sebelum masuk ke kamar, Divanka ingin memperkenalkan Adisya terlebih dahulu pada Mamanya, "Ma ada temen aku nih." Seru Divanka menarik tangan Adisya

"Ouh temen kamu, Adisya bukan?" Tanya Tante Yuli antusias

"Iya Tante, Adisya nama aku." Canggung Adisya menyalimi tangan Mama Divanka

"Kamu anaknya Eni rumah depan bukan?"

"Iya Te anaknya saya."

"Oalah pantes mirip,"

"Iya lah Ma orang anaknya juga," ujar Divanka

"Mau mie juga gak kalian?" Tawar Fahrul, Tiba-tiba sudah ada di belakang rumah berdiri memegang dua mie di tangannya

"Eh mau deh Kak, aku sama Kak Sya ya. Makasih ya Kak." Tanpa berkata apapun Fahrul kembali ke dapur setelah memberi anggukan sebagai respon ucapan Divanka

"Gue gak usah deh Div, ngerepotin aja jadinya." Tolak Adisya

"Gapapa loh nanti Divanka yang bantu masak bareng Fahrul, ya kan Dek?" Kata Tante Yuli mengusap punggung anaknya

"Gak usah Ma aku aja."

Entah angin dari mana tiba-tiba juga Ikhsan sudah ada di sini, menawarkan bantuan untuk membantu Fahrul

"Gue curiga orang-orang di sini bisa telepati." Gumam Adisya

PasJamRan ✓Where stories live. Discover now