32. Mencoba terbuka

4.6K 253 2
                                    

Senin ini tidak seperti Senin-senin sebelumnya karena hari ini seluruh karyawan divisi editing harus memulai melakukan seleksi naskah setelah tiga hari dibukanya event kepenulisan tahunan. Semua orang yang berada dalam ruangan sibuk dengan urusannya masing-masing.

"Mbak Oci ada titipan." Seorang Office Boy masuk ke dalam ruangan dan menuju cubicle Oci.

"Dari siapa, bang?" Bukan Oci yang bertanya melainkan Jessica yang berada di sebelahnya.

"Kata bapak ojol dari suaminya Mbak Oci," ujar Yoni, office boy yang mengantar bingkisan. "Saya baru tahu kalau Mbak Oci udah punya suami," lanjutnya.

Oci tampak sedikit terkejut, tetapi ia kembali tersenyum tipis setelah mengingat suatu hal.

"Makasih, bang." Oci mengintip ke dalam paper bag yang ia bawa. Radhit benar-benar melakukan apa yang mereka sepakati kemarin.

Flashback

"Mbak Cantika sama Mbak Kirana hamil, mas," ujar Oci sambil menatap Radhit yang sibuk dengan bukunya.

Radhit menoleh ke arah Oci, "Iya, tadi Mahesa sama Galang cerita. Tadi kan dia telepon kamu."

"Mas pengen punya anak nggak?"

Radhit menatap bingung ke arah Oci, "Kenapa tiba-tiba tanya?"

"Nggak papa cuma mau tanya aja," balas Oci. "Maaf, kamu pasti pengen punya anak," lanjutnya.

"Kita udah sering bahas ini kan? Aku selalu nunggu kamu untuk siap," ujar Radhit yang terlihat serius. "Punya anak itu seumur hidup, jadi kita berdua harus bener-bener siap," lanjutnya.

"Kamu nggak iri sama temen-temen kamu?"

"Buat apa? Punya anak itu bukan sebuah pencapaian yang harus ada targetnya."

Oci menghela napas, "Tapi kalau nggak dipaksa kapan siapnya?"

"Ci, dengerin aku! Kalau dipaksa kasihan juga anak kita, lahir dengan orang tua yang belum siap. Aku nggak mau kita jadi orang tua yang kayak gitu," ujar Radhit. "Semua itu bisa dijalanin secara bertahap. Buat mengumumkan pernikahan kita aja kamu belum siap, jangan dipaksa buru-buru punya anak," lanjutnya sedikit kesal.

Oci terdiam sejenak, "Kita harus mulai berproses dari ngumumin pernikahan dulu, ya?"

"Mungkin iya," ujar Radhit. "Kamu mau emang?"

"Tipis-tipis dulu aja gimana?" tanya Oci antara yakin dan tidak.

"Gimana caranya?"

Oci menggeleng, "Nggak tau."

Radhit menghela napas, "Ya udah, aku pikirin dulu caranya."

"Oceana!" panggilan itu menyadarkan lamunan Oci.

"Iya, mbak?" tanya Oci sambil tersenyum menatap Jessica.

"Mbak Oci beneran udah nikah?" tanya Namira yang sudah memindahkan kursinya di samping Oci. Entah kapan gadis itu datang, Oci juga tidak menyadarinya.

"Wow, bakal jadi berita, nih." Narendra yang tidak pernah bergabung untuk bergosip, tiba-tiba saja sudah berdiri di samping Jessica.

"Kapan nikahnya? Kenapa nggak undang kita, mbak?" tanya Pandu. Lengkap sudah, semua karyawan divisi editor sudah hadir untuk mendengarkan penjelasan Oci.

Oci hanya tersenyum lalu menyerahkan empat gelas kopi yang dibeli oleh Radhit khusus untuk mereka.

"Ngopi dulu habis itu lanjut kerjaan," ujar Oci sambil tersenyum.

Our Traumas [End]Where stories live. Discover now