XXIII.

608 60 12
                                    

"hah? Sejak kapan?" matanya melebar, dadanya terasa berdegup kencang. Atau bahkan mungkin semua orang di sekitarnya bisa mendengar bagaimana cepatnya jantung Jeongwoo berdetak sekarang. Keringat mulai berkumpul di pelipisnya, otaknya mendadak mati rasa. Kaget juga perasaan marah mulai menggerogoti otaknya. Kaget pada apa yang baru saja Doyoung ucapkan padanya, dan marah pada dirinya sendiri yang tidak mempunyai kepekaan yang cukup. Sesal, mungkin itu yang bisa ia rasakan kini.

"seminggu yang lalu, dia yang deketin gua duluan. Karena gua ngerasa cocok, akhirnya gua terima dia. Kita pacaran sekarang, gua sama Yedam" lanjut Doyoung, seperti mengerti jika lawan bicaranya kini seperti membutuhkan penjelasan dari ucapan yang baru saja ia lontarkan. Doyoung mengaku jika kini ia telah mempunyai kekasih, Yedam namanya.

Telinganya seperti berdenging, entah mengapa kepalanya seperti tengah di hantamkan pada sebuah batu besar. Sakit luar biasa, namun mungkin hatinya justru terasa lebih sakit. Matanya terpejam kuat, ia atur nafasnya yang memburu. Park Jeongwoo lo bodoh banget! Bodoh banget lo bangsat! Seperti belum cukup jika hanya satu kali ia sumpah serapahi dirinya sendiri. Jeongwoo rasanya ingin menghantam wajahnya sendiri agar ia tahu betapa bodoh dirinya itu karena telah bersikap acuh pada seseorang yang telah lama begitu ia puja. Kim Doyoung sudah memiliki kekasih, sementara dirinya kini seperti orang tolol yang di sadarkan oleh kenyataan.

"jadinya lo mau ngomong apa Woo?"

Semilir angin malam hari itu, entah mengapa seribu kali lebih dingin dapat Doyoung rasakan saat tiba-tiba saja Jeongwoo berdiri dari duduknya yang semula berada tepat di sampingnya. Tanpa satu kata yang terucap dari mulut pemuda tan tersebut, ia tinggalkan lagi Doyoung dengan perasaan kacau, sendiri.

 Tanpa satu kata yang terucap dari mulut pemuda tan tersebut, ia tinggalkan lagi Doyoung dengan perasaan kacau, sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Liz, aku ke toilet dulu ya" Junkyu mendekat, berbisik tepat di deoan telinga Liz. Ia masih cukup kaget dengan kejadian yang baru saja matanya saksikan. Haruto tiba-tiba saja berlaku manis kepada kekasihnya. Sesuatu yang wajar pasti bagi banyak orang, tapi tidak bagi Junkyu yang telah mengenal Haruto 3 tahun lamanya.

"iya kak, aku tunggu disini ya" keduanya saling melempar senyuman indah kepada satu sama lain, Junkyu usak puncuk kepala Liz sebelum kakinya melangkah menjauh menuju toilet karena ingin menuntaskan hajatnya, atau hanya sekedar untuk menjauh dari seseorang yang masih lamat menatapnya.

"hah" hembusan nafas berat yang terasa menekan dadanya itu akhirnya lolos, ia tatap cermin dihadapannya. Menatap wajahnya sendiri yang seperti ikut mengolok, mencaci bagaimana hatinya masih begitu lemah hanya karena seorang Haruto. Sangat ia kenal pemuda tinggi itu, lebih dari siapapun, dan tindakannya tadi sangat ia pahami jika itu semua seperti Haruto tujukan untuk membalas semua perlakuannya kepada Haruto beberapa waktu terakhir.

Kesal, entahlah apa yang kini tengah ia rasakan. Rasanya tidak lagi bisa ia berlama-lama disini dengan keadaan hubungannya yang tidak baik dengan Haruto. Kalau bisa ingin ia segera pergi atau mungkin pulang dan memilih tidur agar tidak lagi perlu ia urai benang kusut yang ada pada pikirannya.

Friends with Benefitsㅡ harukyuWhere stories live. Discover now