( 12 ) Moment

165 88 26
                                    

Karena jam di tangan Rayyan menujukan pukul 15.40, Rayyan ingin mengajak adiknya untuk pergi ke suatu tempat. Sejujurnya, Rayyan sangat merindukan moment seperti ini. Jujur, ia jarang sekali mengajak adiknya pergi, ia lebih sering pergi bersama Lia.

Alesha terdengar sangat senang sekali, Rayyan bisa melihat dari ekspresi yang gadis itu tunjukan. Ia memilih untuk bermain di mall.

Akhirnya mereka berdua menuju mall.

Perjalanan tak berlangsung lama, karena mall tidak jauh dari kantor Edwin. Maka dari itu, selang beberapa menit saja mereka sudah ada di basement.

Alesha membuka pintu mobil, di susul oleh Rayyan. Alesha tersenyum tipis, ia berjalan di samping Rayyan, mengikuti kemana pria itu akan membawanya.

"Mau belanja? Atau ke lantai atas buat mainan?" tanya Rayyan kepada Alesha, gadis itu sejenak terdiam, ia bingung untuk memilih dari kedua pilihan yang di berikan oleh Rayyan.

Gadis itu mendongakkan kepalanya. "Mau dua-duanya, boleh?" tanyanya polos, Rayyan terkekeh pelan kemudian pria itu menganggukkan kepalanya.

Mereka berjalan menuju lift.

Dan kini mereka telah sampai di lantai paling atas, Alesha memilih ke lantai atas terlebih dahulu, selanjutnya ia akan belanja.

Pria itu merogoh saku celananya dan mengeluarkan dompet, ia mengambil kartu untuk memainkan permainan yang ada di hadapannya. Lalu, Alesha meraihnya, sedangkan Rayyan ia hanya duduk dan memperhatikan adiknya yang mondar-mandir bingung ingin memainkan apa.

Alesha menghentikan langkahnya, ia menoleh ke samping karena ia melihat ada senjata pistol di sana, sepertinya ini akan seru. Sehingga, Alesha memainkan game tersebut, sudah lama sekali ia tak memegang pistol.

Ia meraih pistol hitam tersebut, ia memegang mengunakan tangan kirinya. Sementara matanya ia tutup sebelah dan mulai menarik pistol tersebut.

Rayyan menaikkan satu alisnya, ketika pose Alesha seperti orang yang ingin menembak seseorang di depannya. Rayyan mengeluarkan ponselnya, ia lalu membuka kamera untuk mengambil foto Alesha.

Beberapa menit berlalu, diam-diam Rayyan memantau pergerakan adiknya. Ia melihat Alesha selalu bermain dengan pistol tersebut, hingga akhirnya Rayyan bangkit dari duduknya, ia menghampiri Alesha. "Sha, abang ke toilet dulu ya," ujarnya, Alesha menoleh lalu mengangguk pelan.

Gadis itu mulai bosan, entah kenapa Rayyan belum kembali juga menemui dirinya. Padahal sudah lima belas menit berlalu, akhirnya Alesha memutuskan untuk turun, ia melihat-lihat berbagai macam pakaian yang di pamerkan disana.

Hingga akhirnya netranya menangkap sebuah sepatu tali dengan hak tinggi, itu sepatu yang suka Alesha pakai waktu itu, ia mendekati sepatu itu.

Tapi, ia malah memundurkan langkahnya, ketika melihat seorang perempuan yang tak asing baginya. Terlihat ia sedang bertanya-tanya dengan penjaga yang ada disana. "Nadetta?" tanyanya lirih.

Cepat-cepat ia berbalik, hendak pergi dari sana, tapi sayang ia menyenggol patung yang berdiri di sana. Membuat dia menengok, melihat ke arah Alesha.

Dengan cepat ia membenarkan patung itu, ia lalu meminta maaf dan pergi.

"Wait, Is that Queen?"

Nadetta mengejar Alesha, hingga Alesha bingung harus mengumpat dimana, akhirnya ia memilih untuk mengumpat di toilet. "Shit! Kenapa gue harus ketemu Nadetta di sini!" umpat Alesha.

"you are Queen Alexa, right? i saw you!" teriaknya, Nadetta melihat ke arah pintu toilet tersebut.

"apparently you're not dead." Nadetta melangkahkan kakinya pelan menuju toilet itu, Alesha berusaha untuk tak bersuara, ia tak siap jika harus bertemu Nadetta sekarang.

QUEEN'S LIFE [COMPLETED]Where stories live. Discover now