bab 5 : rasa ingin tahu

3 2 0
                                    




bintang mengetukkan penanya ke meja kelas. sudah berhari-hari komunikasi dua arah antara dia dan si cahaya bulan berlangsung, namun masih ada hal yang mengganjal di hatinya.

bintang belum tahu sebenarnya bulan ada dimana. kota sajakala, jakaruda, bagiras? atau mungkin garaksi, kota tempatnya tinggal? atau mungkin negara lain, mengingat mereka berada dalam lingkaran waktu yang berbeda? new ochire? gieveland? bintang belum sampai hati untuk menanyakan. takut terkesan menyeramkan, mengingat mereka berdua benar-benar tidak saling tahu menahu satu sama lain sebelumnya.

tapi bintang benar-benar ingin tahu. sudah kepalang di rambut rasa penasarannya.

selain potongan-potongan percakapan yang menyiratkan bulan tidak terlalu ingin menjelaskan akan dirinya dan keluarganya, yang sepertinya tidak harmonis, membuat bintang tidak ingin campur tangan lebih lanjut. rasanya cukup saja untuk mengenalnya seperti ini. tapi bagaimana lagi, rasa penasaran tidak bisa dipanen, hanya bisa tersiram untuk tumbuh memanjang tak terkendali.

"akademi astronomi,"

suara hendra di kepalanya mengagetkan bintang. "kaget!" bintang berseru lantas menyimpan telepon pintarnya di saku. "cari apaan tuh?" hendra menatap bintang mencurigakan. seperti sedang mencari yang tidak-tidak, padahal kan tidak.

"gak, gak cari apa-apa." ujar bintang. menceritakannya pada hendra, salah satu teman sekelasnya pun sepertinya percuma. ada hanya beberapa akademi astronomi di negara ini, yang menemukan cahaya bulan di salah satunya sepertinya tidak mungkin. sudah tiga kali dia berputar di daftar murid, bahkan dosen pengajar. tidak kunjung juga dia menemukan.

"akademi astronomi, kan? adikku sekolah disitu," ujar hendra. "cari orang? mungkin dia bisa temukan siapanya kau itu," ujarnya dengan logat daerah kental. ala hendra. yang berpindah dari daerah lain ke kampusnya, yang, meski kampus di kota kecil namun dengan kurikulum dirgantara yang termasuk baik di seluruh negri.

bintang mengerutkan dahinya. "kok bisa tahu aku cari orang?" padahal ia hanya mengetikkan nama sekolah tadi, bukan nama orang. "akademi astronomi itukan akademi khusus putri. dua kota dari sini. aku pun tahu kau ini satu-satunya putra di keluarga, punya adik pun tidak. jadi, apalagi kalau bukan cari orang?" lanjut hendra panjang lebar.

bintang melebarkan matanya. bintang baru tahu fakta ini. dari tadi ia hanya berusaha mencari presensi cahaya bulan di dunia maya. yang ditemukannya ada beribu nama cahaya bulan dengan sejuta akun media sosial. yang tidak mungkin bisa dia temukan satupun yang membicarakan obrolan-malam-jam-tujuh-dengan-orang-asing.

"serius bisa?" hendra menganggukkan kepalanya. "katakan saja namanya. tidak akan aku kasih tahu siapa-siapa. aku kan bukan gilang," lanjutnya dengan kalimat terakhir yang dipelankan. bintang tertawa. "cahaya bulan namanya," bintang menyahut pelan, takut-takut terdengar orang lain. "oke," hendra membereskan tasnya, hendak beranjak ke mata kuliah di kelas lain. "nanti kusampaikan ketika waktunya berkunjung, eh? akademi putri itu sangat sulit dihubungi, hanya bisa pulang satu tahun sekali. nanti ku kabari lagi, yo!" lantas hilang di tikungan bingkai pintu.

kalimat demi kalimat dari hendra semakin membingungkan bintang saja. akademi putri itu sedang masuk? kalau tidak salah ingat, bulan mengatakan dirinya sedang berlibur selama beberapa minggu, jadi tidak ada kelas maupun pembelajaran lain. apa dirinya yang salah ingat?

iya, mungkin, mungkin dirinya salah ingat.

sudahlah, bintang hanya bisa berdoa dirinya memiliki titik terang tentang bulan. bintang menatap telepon genggam yang tadi dimasukkannya terburu kedalam kantong yang menampakkan pencarian beruntun akademi astronomi.

jatuh (cinta) di angkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang