bab 9 : bumi kenyataan

5 2 0
                                    


bulan menggigit ujung jemarinya. bolak-balik ruangannya selama beberapa puluh menit tidak membuat hatinya tenang. gelisah gundah gulana, dirinya memikirkan dengan jelas percakapannya dengan bintang yang terputus. sampai kini dirinya tidak jua berani membuka tab miliknya itu.

apa yang dimaksud? kenapa kata-katanya begitu aneh? sempat bulan berpikir bahwa itu semua hanyalah program kecerdasan buatan semata, tapi bulan tahu jelas bahwa gaya percakapan bintang selama ini sama sekali bukan berasal dari mesin yang berpikir.

meski kecerdasan buatan sudah maju sedemikian rupa, ada satu hal yang sampai saat ini masih belum bisa diduplikasi oleh mesin dan program lunak.

perasaan.

ada hati yang berbisik dalam tiap-tiap percakapannya dengan bintang. mesin tidak membuat bercandaan semenyenangkan itu, pun kalimat-kalimat emosional yang diketik bintang hari kemarin. bila itu kecerdasan buatan, seharusnya bintang tidak bicara sengawur itu. melarang orang berjualan di tugu matahari? sebuah susunan kalimat yang aneh.

tugu matahari sudah bertahun-tahun berdiri, sebagai ikon pusat kota jakaruda. melarang berbisnis sama saja dengan menutup seluruh kompleks plaza. tak mungkin terjadi.

tidak bisa dibiarkan.

bulan membuka buku catatan kertasnya. iya, buku catatan kertas peninggalan ibunya yang disimpannya dalam lemari. buku yang hampir tidak ada yang punya karna manusia sudah meninggalkan metode pencatatan menggunakan kertas. hanya ini satu-satunya cara untuk menulis karna pekerja ayahnya sudah tahu pasti bagaimana cara menyusup dalam perangkat gawai miliknya. menyebalkan.

juga membuka tabnya, bulan bersiap menulis satu persatu poin yang dirasanya janggal dari pernyataan bintang.

langit99: bulan?

langit99: kamu disana?

langit99: saya rasa kamu kesal, saya minta maaf. tapi saya tidak berbohong, saya benar-benar datang. kita bisa menjadwalkan pertemuan itu lagi lain kali. maaf kalau saya membuatmu menunggu.

bulan terdiam melihatnya. rupanya bintang masih melanjutkan percakapan mereka kala itu, meski sudah sekitar beberapa hari tab tersebut tidak dibuka, bahkan tidak diisikan daya. betapa kalimat itu menyayat hati bulan sedih.

tidak bisa. ia harus fokus. dituliskannya beberapa poin penting yang kiranya dapat menguraikan benang kusut di pikirannya.

-tidak melihat kios pak feri

-tugu hanya hamparan lapangan luas

-hujan deras pukul enam

-tidak ada salju (negeri yang kering?)

-pemerintah melarang berjualan di taman tugu.

hmm.

bulan mengetukkan penanya ke dahi. hujan deras pukul enam? membuka informasi cuaca negeri di pergelangan tangannya, terlihat bahwa musim hujan seharusnya diadakan sekitar empat bulan lagi. apa dirinya berbicara dengan orang di masa depan? tidak mungkin. semaju apapun teknologi di muka bumi ini, belum ada penemuan sama sekali tentang bagaimana memperdaya waktu. Apalagi berbincang dengan orang di masa depan.

negeri yang kering, pemerintah yang melarang penjualan? rasa-rasanya bulan pernah mendengar ini di suatu tempat. negeri tempat bulan lahir memang kering, sih. karna itulah pemerintah sangat gencar dengan program cuaca buatan ini. sangat gencar sampai bulan rasa mereka terlalu serakah atas hal ini.

tuk. tuk. diketukannya lagi pena ke ujung buku milliknya.

tugu hanya hamparan lapangan luas, mungkin plaza setinggi langit itu belum dibangun?

jatuh (cinta) di angkasaWhere stories live. Discover now