Autumn

29 5 0
                                    

Musim gugur tiba.

Keinginan itu muncul lagi. Rasa ingin untuk segera beranjak dan menyapa alam. Dorongan untuk keluar dan menikmati udara musim yang hangat menyejukkan.

Bahkan sejak kali pertama teruna itu membuka mata di pagi hari, sadar bahwa pepohonan telah merubah warna daunnya kecoklatan seolah merubah semesta menjadi dunia oranye yang indah. Perasaan itu muncul lagi.

Perasaan sesak, yang menantikan sesuatu, yang menyesali sesuatu.

Di sinilah Saeon kembali berada. Semenjak tiga tahun belakangan setiap musim gugur, lelaki itu akan selalu menyempatkan waktu luang sepulang sekolahnya untuk mengunjungi jembatan di anak sungai bernama Tancheon.

Dengan membawa kameranya, Saeon menyalurkan hobi dan bakat fotografi-nya dengan mengambil beberapa gambar alam, tentu dengan bakat estetika yang dia miliki. Menarik napas dalam, meski dadanya terasa sedikit sesak, Saeon mengukir senyum kecil tatkala melihat hasil gambar di kameranya. Menenangkan, berharap rasa gundah dan ganjalan yang mendadak muncul di hatinya segera sirna.

Saeon mengangguk merasa bahwa kunjungannya selama satu jam berdiam di jembatan ini sudah cukup. Arlojinya sudah menunjuk pukul empat sore dan Saeon ingin pulang ke kamarnya yang damai.

Berbalik dan berjalan menuju sepedanya yang terparkir di tepi jembatan, Saeon mulai mengayuh pelan.

Siapa sangka, dalam usahanya hendak menuju rumah itu, dia dipertemukan dengan seseorang yang memberikan getaran aneh. Entah apakah deja vu? Pernah bertemu di suatu tempat? Tapi, sekon di saat Saeon stagnan dan menatap pada pemuda yang lebih muda satu tahun itu, tidak bisa berbohong. Saeon seperti yakin ini bukanlah pertemuan yang pertama meski sebenarnya mereka memang belum pernah bertemu.

"Sunbaenim!" ucap pemuda itu bersurai kecokelatan cerah itu, nampak buru-buru. Jay Chang—begitu yang Saeon tangkap dari pin nama di kemeja putih seragamnya.

Ya. Mereka satu sekolah. Warna karet sepatu sekolah mereka yang khas menjadi penanda bahwa Saeon kelas tiga, dan Jay di kelas dua.

"Si-siapa?"

"Namaku Jay! Kita tak pernah bertemu, sih. Tak ada waktu menjelaskan juga. Bisa tolong antarkan aku ke suatu tempat, Sunbae?"

"Tapi ... Tapi....,"

"Itu tidak jauh, kok! Aku bisa saja berlari tapi tak ada waktu lagi! Please just help me for once!"

"O-oke....,"

Sebelum Saeon menjawab oke pun Jay sudah menaiki belakang sepedanya, berdiri dan berpegangan di kedua pundak Saeon.

"I'm very sorry, tapi kalau tidak menumpang nanti bisa terlambat!" oceh lelaki yang menenteng tas gitar itu. Sementara Saeon berusaha yang dia bisa untuk mengayuh lebih cepat.

Astaga, memang dasar menyusahkan.

Anak itu main naik-naik saja, padahal dia saja bawa dua tas yang membuat bebannya jadi berkali lipat. Tas sekolahnya dan tas gitar akustik yang besar itu.

National Solo Vocal Competition—begitu yang Saeon tangkap ketika mereka sudah sampai di venue kecil tujuan Jay.

Jay langsung melompat tanpa aba-aba. Membuat sepeda itu oleng sesaat.

"Thank you, Sunbae! Thank you so much!" ujarnya main kabur begitu saja.

Saeon yang memang berkepribadian pendiam hanya termangu saja memandangi Jay, masih mencerna apa yang tengah dia alami.

Jay tiba-tiba mengerem larinya, dan berbalik sekejap. "Aku akan mencari Sunbae besok di sekolah dan balas budi! Tunggu saja ya! See you tomorrow!"

Saeon tanpa sadar mengulas senyum tipis. Rambutnya terkibas angin musim gugur menyegarkan dan dia masih diam di sana beberapa saat.

Rambut dan bola mata cokelat Jay begitu meninggalkan kesan yang kuat untuknya. Belum senyumnya yang sumringah sampai bisa mencerahkan harimu yang kacau. Aromanya yang manis juga beberapa Bahasa Inggris yang terlontar menunjukkan identitasnya sebagai seorang bule, semua terpatri begitu dalam di benak Saeon.

Tidak asing, bagai nostalgia,seperti menemukan barang lama.

Jay.

Apa kami pernah bertemu dan mengenal dekat sebelumnya?

Apa kami pernah bertemu dan mengenal dekat sebelumnya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Autumn BridgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang