45

571 29 0
                                    

Mansion
-------------

Setelah semua drama yang terjadi, kami semua kembali ke Mansion dengan The Squad yang akan menginap hari ini.

Saat ini kami semua berada di ruang tengah, bermain game, menonton TV, dan sekadar mengobrol.

Kecuali Rose dan Mina yang sedang tidur di kamar.

Aku sedang main game dengan Jungkook dan Seulgi sampai
Seseorang datang menghampiriku.

"Nini" panggilnya, tapi aku terlalu fokus pada gamenya

"Jennie" Lisa memanggilku lagi, tapi aku tetap tidak menjawab.

"Nini!" Lisa berkata lebih keras.

"Jennie Kim!" Lisa menyebutku kesal dan saat itulah aku kehilangan kesabaran

"APA-APAAN INI! UGH!"teriakku dengan nada frustasi membuat Lisa tersentak

"Yah Jennie Kim! Diam, kau berisik sekali dan membuat Lisa takut!" Nayeon kesal Irene mengangguk setuju.

"A-apa yang kulakukan?" Lisa berkata dengan nada serak dan aku melebarkan mataku.

"Tunggu tunggu tunggu, tidak ada sayang Itu bukan untukmu! Itu adalah permainan. Seulgi idiot ini membunuhku." Kataku lembut sambil menggendong Lisa.

Dia memelukku erat dan meletakkan wajahnya di dadaku. aku dan memberikan Stik gamenya pada taehyung agar memainkannya.

Aku berdiri berjalan ke sofa dan berbaring. Aku menggendong Lisa di pinggang dan menaruhnya di atasku. Dia meringkuk di leherku dan menutup matanya.

"Aku merasa sangat lajang sekarang." Ucap Dahyun dengan sedih dan Sana melebarkannya mata.

Kami semua terkikik padanya kecuali Sana.

"Kalau begitu, apa arti diriku bagimu?!" Ucap Sana kesal dan Dahyun terkekeh

"Segalanya bagiku. Kemarilah, sayang, aku hanya mengatakan itu karena kamu tidak memberiku perhatian!" Dahyun memutar matanya Sana mendatanginya.

"Peluk aku!" Dahyun sambil cemberut.

Sana hendak memeluko sampai seseorang lebih dulu memeluk Dahyun.

"Tidak, Sana, dia milikku! Ini anakku yang lain, jadi peluklah
orang lain!" Irene menggoda Sana. Sana membelalakkan matanya.

"Unnie! Dia milikku sekarang tolong lepaskan dia!" kata Sana
secara posesif dan aku menghela nafas.

Astaga, orang-orang ini tidak bisa melewatkan satu hari pun tanpa pertengkaran.

"Dahyunie, kemari, kamu mencintaiku kan!" Sana sambil cemberut dan Dahyun terkikik padanya.

"Tidak, aku tidak mencintaimu!"goda Dahyun Sana melebarkan matanya.

"Baik! Pergilah ke Irene! Aku akan mencari gadis lain dan meniduri mereka!" Sana berkata dengan marah dan Dahyun mengangkat salah satu alisnya.

Ya Tuhan, aku akan kehilangan akal sehatku karena keduanya!

"Baiklah kalau begitu, silahkan! Persetan dengan gadis lain,aku tidak peduli!" kata Dahyun marah dan mulai menangis.

"Yah! Kalian berdua berhenti bertengkar!" Seulgi dengan serius.

"Gadis-gadis, hentikan ini! Kalian berdua saling mencintai dan berhenti bicara omong kosong satu sama lain!" kata Jeongyeon tegas.

"Pergilah ke kamar kalian dan bicarakan dengan kepala dingin. Aku tidak ingin Dahyun menangis lagi Sana, jadi sebaiknya kamu segera memperbaikinya!" kata Irene tegas dan Sana menganggukkan kepalanya.

Dahyun terisak dan Sana hanya menyeka air matanya.
Dahyun menyembunyikan wajahnya ke leher Sana dan menangis disana. Sana menggendong Dahyun dan masuk ke kamar mereka.

Skipp
---------

Author POV:

Setelah Sana dan Dahyun sampai di kamar tamu, Sana mengunci pintu lalu membaringkan Dahyun di ranjang.

Sana merasa bersalah dan kesal tetapi dia tetap berdiri teguh dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Sana lalu berjalan mendekati Dahyun dan berdiri tepat di depan gadis yang menangis itu.

"Dahyun, ayo kita bicara sekarang dan tolong berhenti menangis." Sana dengan serius dan Dahyun terisak.

Dahyun menggosok matanya dan akhirnya menatap Sana. Sana memasang wajah datarnya membuat Dahyun ingin meledak
menangis lagi.

"Begini Dahyun, aku minta maaf sudah membuatmu menangis oke? Aku sangat menyesal tapi aku rasa tidak melanjutkan ini lagi.." Sana berkata dengan serius dan Dahyun melebarkan matanya.

"A-apa maksudmu kamu tidak bisa lagi? Sana kamu tidak bermaksud untuk-"

"Aku sungguh-sungguh, Dahyun. Kita selalu bertengkar dan saat ini sepertinya kamu tidak mencintaiku lagi. Aku tidak tahan, Dahyun! Kamu bilang bahwa kamu mencintaiku tapi kamu tidak menunjukkannya?!" kata Sana frustasi membuat kemarahan Dahyun mendidih.

"Aku tidak mencintaimu?! Omong kosong macam apa ini Sana?! Apa maksudmu aku tidak mencintaimu lagi? Aku benar-benar mencintaimu bahkan setiap saat tapi itu belum cukup bagimu?" kata Dahyun sambil marah terisak-isak.

"Dahyun-" Sana terpotong.

"Tidak!'Dahyun'! Ya, kita bertengkar setiap hari, tapi tidakkah kamu mengerti. Kita telah berhubungan selama 2 tahun Sana, dan sekarang kamu mengatakan ini! Kita selalu berdebat dan bertengkar satu sama lain, tapi itu tidak lepas dari amarah.
Itu karena cinta dan pasangan tidak sempurna. Tapi jika kamu begitu membenciku dan tidak melihat bahwa aku mencintaimu, maka inilah saatnya...." kata Dahyun sambil menangis dan Sana juga menangis.

"Tunggu, tidak! Tolong jangan katakan itu Dahyun! Aku tidak bermaksud, aku minta maaf sayang! Jangan katakan itu!" Sana memohon sambil terisak. Dahyun menggelengkan kepalanya.

Dahyun sudah menangis di dada Sana dan menampar dadanya. Dan melepaskan pelukannya.

"Kenapa kamu harus membuat ini jadi sangat sulit!" Dahyun marah

"Dahyun kumohon! Aku tidak bermaksud begitu! J-jangan tinggalkan aku.." Sana memohon putus asa sambil memeluk pinggangnya erat-erat.

Dahyun melepaskan lengan kekar dari pinggangnya dan melihat langsung ke mata Sana.

"Sana, kita harus putus." Dahyun sambil terisak dan Sana menggelengkan kepala dengan panik.

"Tidak! Tidak! Dahyun kumohon!" Mohon Sana

"Maaf Sana, tapi jika kamu percaya dengan kata-kata yang baru saja kamu ucapkan, maka kita perlu putus. Aku mencintaimu, tapi saat ini kita tidak berada dalam pemikiran yang sama" Dahyun menjelaskan sementara Sana terus menggelengkan kepalanya.

"Selamat tinggal Sana, sampai jumpa di rumah." Dahyun dengan sedih segera pergi

"Tidak, tunggu!" Ucap Sana dengan putus asa dan mengejarnya.

"Dahyun!" Panggil Sana

Sana berlari keluar dari ruang tamu dan mengejar Dahyun.
Dahyun berjalan cepat dan segera masuk ke dalam mobilnya. Dan menjalankan mobilnya pergi.

Sana jatuh berlutut.

"Tidak! Tidak, tidak, tidak.." Sana berkata dengan lemah dan menangis sambil berlutut

"Dahyun.." Sana menangis lemah.

My Baby Lili Where stories live. Discover now