14. Terima Kasih Sudah Berani

115 29 6
                                    

P.
Jangan siders atuh beb
Tinta bolelang, nanti akika merekah😡


****

Tepat tengah malam tadi berita dirilis.

Video pertengkaran antara Nolan, Habie dan Dion melawan orang-orang suruhan pejabat setempat itu langsung menjadi topik yang banyak diperbincangkan. Beragam komentar membanjiri kolom yang disediakan. Ada yang percaya dan membuat spekulasi-spekulasi yang mungkin terjadi, ada yang hanya menanggapi tidak menyangka, dan ada yang justru mengatai mereka pura-pura serta niat menjatuhkan pejabat yang dimaksud.

Entah seberapa besar pejabat itu memasang citra baik hingga ada komen tolol seperti itu. Oh, atau mungkin mereka pengikutnya?

Padahal perilisan video dan artikel itu dilengkapi data-data yang telah lama Dion dan kawan-kawannya kumpulkan.

Berita tentang keterlibatan ayah dari Fajar dan diperiksanya pria itu pagi tadi juga telah tersebar dengan baik.

Selama pelajaran berlangsung, guru mata pelajaran Kimia yang memang hobi bergosip layaknya kawan seperibu-ibuan dengan muridnya itu turut membahas berita yang sedang hangat. Tentu dengan menambahi bumbu-bumbu ceramah di dalam ceritanya.

"Semoga yang ngunggah selamat deh, ya."

"Gue nunggu sampe dibahas Mbak Nana sih."

"Selama ini citra baiknya main-main doang berarti? Gila sih."

"Namanya juga politik ah elah."

"Tau nggak? Katanya tuh selain pejabat, mereka juga nyeret pengusaha-pengusaha yang ikut andil nyuksesin!" Guru berambut lurus panjang itu menambahi. "Merembet banyak banget, anak-anak. Berarti emang kasusnya udah lama kalau udah ngegaet banyak pihak gini."

"Wahhh! Uang kita abis sama mereka dong Bu berarti?"

Keadaan kelas cukup ricuh. Masing-masing anak berdiskusi dengan orang di sekitarnya. Obrolan-obrolan itu bercampur menjadi satu, menimbulkan suara bising yang cukup kuat untuk membuat Ari yang kurang enak badan jadi makin pening. "Ri, Ri!" Suara dari bangku belakang membuat Ari menghentikan kegiatan mencatatnya dan menoleh.

"Lo yakin nggak mau ke UKS?"

Azura yang duduk di samping Ari ikut menoleh. "Lo sakit, Ri? Lah, iya pucet amat muka Lo." Pacar Azura, Vito yang duduk di bangku sebelah Nolan ikutan menoleh.

Ari berdecak. "Ini pembahasannya penting, kalau nggak ikut yang ada gue nggak paham nanti. Udah mau ujian gini."

"Lah, kan bisa minta tolong diajarin. Lagian sakit gini mana masuk itu materi ruwet. Bikin tambah pusing yang ada! Udah mau istirahat juga ini." Azura menceramahi.

"Iya. Si Nolan nih kan culun-culun gini pinter."

"Culun matamu! Lo adu otot sama Nolan juga ciut."

"Kok kamu belain Nolan sih, beb?!"

Azura memutar bola matanya malas kemudian membalikkan tubuhnya kembali ke depan dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi. "Bu! Ariana sakit," ucapnya sekonyong-konyong membuat Ari mendelik kaget.

"Lah iya, pantes diem aja kamu. Biasanya cerewet kalau udah ghibahin hal diluar pelajaran gini."

"Nggak Bu, ini masih kuat ikut pelajaran kok."

"Bohong, Bu! Dia mau pingsan tadi, badannya juga panas banget."

"Yaudah, ke UKS sana! Saya nggak suka ngajar orang sakit," telak wanita paruh baya itu.

The Shades [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang