더밝은달 - The Moon Brighter than The Sun (2)

55 7 0
                                    

"Hidup Kekaisaran Ming!" sorak bala tentara sambil mengangkat senjatanya ke langit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hidup Kekaisaran Ming!" sorak bala tentara sambil mengangkat senjatanya ke langit.

Gemuruh sorak sorai menjalar dari medan perang ke sekitarnya. Pyeong terduduk lemas harus melihat tragedi tumpah darah – memenggal kepala orang. Di usia yang masih belia sepertinya sudah bisa mencabut nyawa secara sadis, selain menyabet orang dengan pedang. Panglima Zhang pun datang dan menundukkan kepalanya sambil mengarahkan pandangan ke Pyeong.

"Gongzhu" panggilnya.

Pyeong menoleh sekilas ke belakang atasnya. Kemudian, ia kembali ke tatapan semulanya – menatap jenazah Jenderal Ölshe Sükhbaatar yang sudah terbelah dua.

"Sesadis itukah aku?" lirih Pyeong, disusul air mata yang berkaca-kaca.

Jenderal Zhang menghela nafas kasar. Pyeong membalikkan badannya dan tersungkur di depan kaki Panglima Zhang.

"Shifu... aku tidak kuat..." isak Pyeong yang remuk redam hatinya.

Jenderal Zhang pun akhirnya mengangkat badan Pyeong agar berdiri tegak. Tangannya menggenggam lembut kepalan tangan Pyeong.

"Mama. Dengarkan aku"

Jenderal Zhang kali ini menggunakan Bahasa Korea. Pyeong menatap mata sang jenderal dengan tatapan sakitnya.

"Inilah resiko untuk berperang, mama." ucap Jenderal Zhang pertama.

"Seorang perwira akan saling bunuh-membunuh dengan lawannya, bahkan yang paling ekstrem seperti yang mama lakukan"

Pyeong tidak menggubrisnya. Ia tetap terduduk dan meratapi kematian jenderal malang itu yang sangat mengenaskan. Hidupnya semakin hancur sudah meratapi dua kematian. Kematian pertama yaitu ibunya sendiri, sekarang adalah orang yang ia bunuh sendiri.

Satu tahun yang lalu, Ratu Joseon atau ibunda Pyeong meninggal karena pendarahan akut semasa menstruasi terakhir. Dari semua anggota kerajaan yang ada di sana, Pyeong dan kakak tertuanya, Putri Shin merupakan anggota keluarga yang paling terpukul pasca kematian Ratu Kim. Putri Shin merupakan korban keterlibatan konflik selir raja pada masa awal jabatan Ratu Kim dengan Selir Muromachi, dan Putri Pyeong merupakan anak satu-satunya yang mendapat kasih sayang lebih dari ibunya. 

Putri Pyeong paling disayang ibunya karena hampir semua anggota kerajaan di Joseon tidak menyukainya. Di mulai dari perawakannya yang keras kepala dan datar ketimbang saudara-saudarinya yang lain, si bungsu ini diberi nama "Pyeong" karena berasal dari kata "Ping" yang artinya "datar". Ratu Kim digantikan oleh selir ayahnya yaitu Jin Ui-bin, dan saat ini sudah dikenal sebagai Ratu Jin. Perlakuan Ratu Jin ada perbedaan dengan mendiang ibunya, sehingga Pyeong merasa lebih tertekan ketimbang kakak perempuannya yang sudah menikah, sebab Pyeong belum menikah.

---

Di kemah para tentara Ming, semua orang sedang bergotong royong membereskan kemah, kecuali Putri Pyeong. Putri Pyeong memilih untuk diam meringkuk di dalam kereta kuda yang sudah disediakan pasukan nya, ditemani dengan Putra Mahkota Cheng.

"Apakah tidak lancang bagi Anda menemani hamba?" ragu Pyeong karena Cheng sedari tadi duduk di dalam kereta kudanya.

Cheng mengalihkan pandangannya ke sebelah kirinya. Kemudian ia kembali menoleh ke luar.

"Aku memang putra kaisar. Tetapi, aku tidak selancang yang engkau maksud." jawabnya datar.

"Sebelum kau kembali, aku ada sesuatu untukmu." katanya sambil membuka tasnya. 

Tangannya yang mulus mengambil sebuah kotak merah marun dan menunjukkannya kepada Pyeong. Kotak merah marun itu berisi sebuah cincin berbahan dasar batu manau. Batu manau tersebut diambil dari Tibet dan dibuat secara khusus untuk Pyeong. Cheng membuat batu manau itu sebagai tanda terima kasih untuknya.

"Hamba sangat mengapresiasinya. Seharusnya, hamba yang berterima kasih sudah mau bekerja sama dengan hamba." kata Pyeong dengan sopan.

"Aku paham. Tetapi, maksudku bukan itu." ucap Cheng dengan nada yang cukup lembut.

Pyeong takut kalau-kalau putra mahkota ini melakukan apa-apa terhadap dia. Namun, sebagai perempuan ia tidak bisa begitu saja melawan laki-laki. Ia pun menyerah dan membiarkan putra mahkota itu berbicara dengannya.

"Li Ping gongzhu. Sejak aku pertama kali bertemu denganmu, aku sudah jatuh cinta padamu. Setelah engkau kembali ke tanah airmu – sampai saat ini pula –  aku masih memikirkanmu, merindukan kedatanganmu. Aku tahu engkau adalah sosok yang dingin, tetapi aku yakin engkau sebenarnya murah hati. Engkau rela mengorbankan diri demi bangsa – terlebih lagi dua bangsa besar – meskipun usiamu masih belia."

"Aku tidak tahu apakah aku pantas mengungkapkan ini semua. Tatkala aku seorang pangeran – bahkan putra kaisar – dan engkau putri raja,  aku merasa kau dan aku adalah sepantaran. Aku tidak merasa adanya kesamaan antara engkau dengan wanita dan para gadis di penjuru dunia, bahkan permaisuri dan selirku sendiri. Aku sendiri tidak tahu apakah suatu hari nanti aku bisa membawamu ke dalam Zijincheng sebagai istri, tetapi aku harus mengungkapkan ini semua, berhubung engkau di sini, Li Ping. Engkau adalah cintaku yang pertama dan yang terakhir, dan engkau sangat berarti bagi lubuk hatiku yang terdalam..." 

Pertama kali. Ini adalah pertama kalinya Pyeong terenyuh dengan ungkapan seseorang – bahkan ungkapan cinta – . Pyeong tidak menyangka ada seseorang yang mau mencintainya. Selama hidupnya, Pyeong diluput rasa bersalah dengan sifatnya yang memang dikenal buruk. Kali ini, baru ada seseorang yang memandang sisi positif dirinya yang membuat ia sangat terkesan. Tanpa disadari, air mata bening membendung di kelopak matanya. Ia mengusap air matanya dengan anggun dan Cheng memasangkan cincin manau itu di jari telunjuknya.

"Ini adalah cincin manau dariku. Seandainya kita tidak ditakdirkan untuk bertemu aku lagi, ingatlah aku sebagai bagian dari hidupmu. Aku sadar aku telah melanggar kode etik putra mahkota, tetapi aku tidak bisa membendung itu semua demi engkau, Li Ping gongzhu" ucap Cheng terakhir selagi menyerahkan tempat cincin manau itu ke tangan Pyeong.

Cheng segera keluar dari kereta kuda tersebut. Sekeluarnya Cheng, Pyeong tetap di dalam dan menyembunyikan kotak merah marun tersebut, ditambah cincin manau itu ia lepas dan ia sembunyikan di kotak tersebut.


TBC

더밝은달 The Moon Brighter than The Sun - Kim SohyunWhere stories live. Discover now