24. Triples Time

5.9K 610 18
                                    

"Aman?" tanya laki-laki berambut putih. Dia melongok dari celah pintu, tampak seperti mata-mata.

"Sejauh ini aman," balas sang kakak, tepatnya salah satu kakaknya. Si manis bertampang ramah dengan rambut emasnya yang pucat.

"Benerin dulu ini topinya!" Sosok lain berambut hitam agak gondrong menarik kerah belakang sang adik, membenarkan topi yang dipakainya. Gerakannya terburu-buru.

"Udah bener, anjing! Ribet lo!"

"Jangan berisik, bego!" peringat sang sulung, ngegas.

"Kalo kita ketahuan, lo yang bakal gue salahin," sungut si rambut hitam, menyeringai.

"Gue diserang ceritanya?"

Ternistakan, salah satu oknum dari tiga anak bengal itu mencebikkan bibirnya.

"Diserang di apart kayaknya nyenengin," goda si rambut hitam.

"Gue nggak jadi ikut, deh."

"Nggak bisa gitu, dong! Lo mau dibawa dengan cara baik-baik apa culik?"

"Sstt, berisik banget, sih, lo berdua! Diem dulu sampe basement!" gerutu salah satu di antara ketiganya. Dia yang paling waras di sini.

"Ini tumben pengawal yang biasanya jaga nggak keliatan sama sekali," komentar si rambut putih.

Dia mulai melangkah berjinjit-jinjit di antara dua saudaranya. Berpakaian tertutup guna menyembunyikan diri, berjalan bak maling yang takut ketahuan.

"Pergantian pengawal, kosong selama lima menit."

"Hah? Gila! Lo mau gue lari-lari selama lima menit itu sampe basement?!"

"Emang kenapa?"

Dia--Akira--mengerang frustasi.

"Mikirlah, anjir! Ini tuh lantai lima belas!"

Dan dua kakaknya membawanya pergi lewat tangga. Alasan klasik. Lift dipakai para pengawal.

"Gue gendong, sini!" Akasia menawarkan.

"Gitu dong dari tadi!"

Acara kabur. Dimulai.

| 24. Triples Time |

Acara kabur. Sukses!

"Kalo besok lo berdua sekolah gue sendirian di apartemen ini?"

"Hm."

Akira tersenyum lebar. Ada banyak rencana yang akan dia lakukan selama dua kakak kembarnya pergi ke sekolah. Seperti kabur, mungkin? Sudah kabur, kabur lagi.

"Jangan berpikir untuk pergi," peringat Agathis, netranya menyorot tajam sang adik.

"Ah, nggak asik lo! Tau aja yang gue pikirin," Akira mendengus kesal.

Akasia tertawa geli. Dia bangkit dari sofa, mendekat ke arah tempat duduk Akira, dan menempatkan diri bersandar pada bahu Akira yang tak seberapa.

"Lo ngapain, sih?!" sinis Akira.

"Nyaman," gumam Akasia.

Be a Big BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang