2. Gerbang Neraka

941 99 27
                                    

Matahari semakin tinggi dan kerumunan penonton semakin padat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Matahari semakin tinggi dan kerumunan penonton semakin padat.

Paulus memutuskan untuk masuk ke dalam.

Baru pertama kalinya memasuki arena pertarungan, sulit bagi Nimia untuk tidak mengagumi apa yang dilihatnya.

Arena yang berbentuk oval itu sangat luas dan megah. Penuh dengan pilar-pilar dari marmer dan patung-patung besar yang mendekorasi segala sudut, Nimia tidak bisa berhenti menolehkan kepalanya ke segala arah.

Paulus mengatakan mungkin ada sekitar 50 ribu penonton yang berjubel menjadi satu di arena itu hari ini. Suara mereka terdengar bagaikan dengungan lebah di sekeliling Nimia.

"Kipasi aku, Nimia," Hersillia memerintah begitu ia duduk di atas bangku sambil melambai layaknya seorang ratu ke beberapa kenalan ayahnya.

Nimia mengeluarkan kipas yang dibawanya dari dalam tas dan mulai mengipasi Nona mudanya.

"Lebih keras," Hersillia kembali mendesis. "Aku tidak tahan dengan panasnya. Padahal sekarang musim gugur, mengapa masih panas sekali di dalam sini?"

Dengan patuh Nimia melambaikan kipas berbulu di tangannya maju dan mundur. Pertandingan biasanya berjalan seharian penuh, artinya masih ada enam jam tersisa bagi Nimia untuk mengipasi nona mudanya. Hari ini akan menjadi hari yang panjang bagi Nimia.

Ketika terompet berbunyi menandakan kedatangan Sang Raja, semua orang berdiri dari tempat duduknya. Bahkan kini Nimia ikut berjinjit untuk bisa melihat pria itu. Raja Maximus Flavius, raja kelima dari Dinasti Flavius. Tinggi, berambut gelap yang ikal, pipi merah, majestik dengan jubahnya yang berwarna merah dan mahkota dari daun laurel di kepala.

Di sebelah Sang Raja, berdiri Ratu Vesontio. Wanita paling sempurna yang pernah dilihat oleh Nimia. Aristokrat, berhidung mancung, dan menawan dari semua sisi. Bahkan gaun sutra berwarna hijau yang dikenakan wanita itu terlihat sempurna melambai tertiup angin.

"Ayah," Hersilla berkata sambil meraih lengan ayahnya. "Aku selalu dipuji terlihat cantik ketika memakai warna hijau. Kalung emerald seperti yang dikenakan oleh Sang Ratu pasti membuatku terlihat luar biasa cantiknya—"

Nimia tidak mendengarkan lagi apa yang dikatakan Hersilla. Apalagi ketika kini Sang Raja mulai mengumumkan dimulainya permainan.

Walau ini adalah pertama kalinya Nimia menonton secara langsung, bukan berarti Nimia sama sekali tidak paham apa yang terjadi. Budak lain sering bercerita kepadanya. Pertandingan antar binatang buas selalu menjadi acara pembukaan. Kali ini, seekor gajah melawan seekor badak menjadi sajian acara.

Badak menang dengan menusukkan culanya ke perut gajah, memburaikan usus dan organ tubuh lain binatang itu keluar. Hari itu menjadi hari dimana Nimia mendengar seperti apa jeritan seekor gajah.

Beruang dan banteng bertarung berikutnya. Disusul harimau melawan singa.

"Luar biasa!" Paulus melemparkan beberapa koin ke dalam arena ketika harimau dan singa saling menerkam satu sama lain begitu rantai mereka dilepaskan.

Songbird TAMATWhere stories live. Discover now