Chapter 4

17 2 0
                                    

"Bagaimana rasanya hari pertama MPLS?" Berlian dan Jungkook berada dalam mobil yang sama, sebenarnya tadi sang gadis menyuruh Jungkook pulang terlebih dahulu karena Berlian yang merupakan anggota osis harus berkumpul dengan osis lainnya untuk membicarakan sesuatu untuk rencana keesokan harinya. Tapi, Jungkook menolak, katanya tidak apa dia menunggu Berlian, memang lumayan lama sih, sekitar setengah jam. Tapi ya begitu, namanya juga Jungkook, ia tidak peduli seberapa lama Berlian sibuk, ia akan tetap menunggu.

"Menyenangkan, tapi rasanya lelah juga. Aku mengira jika MPLS hanya bermain dan mengenal masa sekolah. Namun ternyata, ada materi juga, ya."

Berlian terkekeh kemudian menepuk-nepuk kepala Jungkook dengan pelan. "Hari pertama dan kedua melelahkan, hari ketiga tidak ada materi, kok. Nanti hari ketiga akan lebih seru lagi, Kookie."

"Selain melelahkan, membosankan juga. Kaki ku sempat keram karena terlalu lama duduk di lantai."

"Dasar," Berlian menatap Jungkook kemudian tersenyum tipis. "Sudah mendapatkan teman? Berapa banyak teman yang kau dapat hari ini?"

Pria itu mengangguk pelan, sebenarnya banyak sekali siswa dan siswi yang ingin berteman dengannya, tapi dia tidak mengubris. Namun ada satu orang yang ia jadikan teman, orang itu yang ia ajak berteman. Park Jimin namanya, seorang pria lugu yang sepertinya sulit bersosialisasi bersama siapa pun. Dia menggunakan kacamata, wajahnya lugu dan terlihat polos.

Jungkook lebih suka berteman dengan seseorang yang seperti itu dibandingkan seseorang yang blak-blakan.

"Hanya satu orang, Park Jimin namanya." Berlian tampak berpikir, kemudian dia teringat dengan seseorang bernama Park Jimin tersebut. "Dia.. satu gugus denganmu, kan?"

"Iya. Noona kan, kakak pembimbing gugus ku."

Pantas saja tidak asing, ternyata merupakan adik gugusnya.

"Tapi kenapa kau hanya berteman dengan satu orang? Kau sekarang kan sedang populer di kalangan para gadis."

"Cukup satu teman saja, aku berharap Jimin menjadi teman kelasku. Dia terlihat seperti anak yang baik, jadinya aku ingin berteman dengannya." Berlian mengangguk paham, dia juga tidak bisa memaksa Jungkook untuk berteman dengan semua orang yang ingin berteman dengannya. Kan, bisa saja Jungkook tidak nyaman jika berteman dengan mereka. Dia lebih mementingkan kenyamanan Jungkook.

"Yang terpenting kau ada teman akrab, Kookie. Masa SMA dan SMP sangat berbeda. Masa SMA kau pasti akan lebih lelah, namun kau juga akan mengerti apa yang dinamakan pertemanan."

"Iya, aku mengerti, Noona."

"Kau lapar tidak?" Berlian bertanya sambil mengecek ponselnya. Di grup OSIS, ada beberapa yang harus dilakukan untuk keesokan harinya. Semua anggota OSIS akan lebih cepat datang dari adik-adik kelas ini. Mereka biasanya, jam 5 pagi sudah berada di sekolah untuk menyiapkan peralatan MPLS. Jika bukan anggota OSIS, siapa lagi yang akan menyiapkannya?

"Lapar," jawab Jungkook.

"Kita mampir makan dulu, aku juga lapar sekali. Kau ingin makan apa, Kookie?" tanya Berlian kemudian mematikan ponselnya.

Tanpa berpikir, dia menjawab, "terserah Noona saja, aku ikut. Semua yang Noona pilih, aku suka."

Perempuan itu terkekeh kemudian menggeleng-gelengkan kepala. "Aku yakin sekali jika kau menjawab seperti itu kepada perempuan lain, dia akan jatuh cinta padamu. Kau ini, tampak masih kecil di mataku, tapi sudah mempunyai sifat playboy."

Jungkook hanya diam, dia tidak mengerti. Dia menjawab Berlian sesuai dengan kata hatinya. Memang kok, yang dipilih oleh Berlian, ia selalu suka.

"Aku serius, Noona."

"Iya-iya, aku percaya," Berlian tampak berpikir, ingin makan apa, ya? Tidak terlintas satu pun di kepalanya. Hingga, hujan turun. Padahal sebelumnya tidak mendung. "Mau makan yang hangat saja? Toh, sedang hujan. Cukup menghilangkan rasa dingin di badan."

"Boleh saja," Jungkook itu ikut-ikut saja dengan Berlian. Dia menyukai apa pun yang perempuan tersebut suka.

"Ke tempat biasa saja ya," kata Berlian kepada supir. Ke tempat biasa yang dia maksud adalah restoran. Setelahnya mereka pun hanya diam-diam saja, tidak ada pembicaraan lagi.

"Noona," Jungkook memanggil. "Kau rencana kapan menikah?"

Berlian tampak terkejut dengan pertanyaan Jungkook, kemudian dia terkekeh, merasa lucu. "Aku saja belum kuliah, kau sudah menanyakan kapan aku berencana untuk menikah."

"Kan, hanya bertanya."

"Aku sendiri tidak tahu kapan ingin menikah. Terkadang aku sudah memikirkan kapan harusnya aku menikah. Tapi, tidak ada yang tahu di masa depan nanti. Apa di usia yang aku tentukan aku ingin menikah aku sudah siap menjalani kehidupan tersebut? Tidak tahu. Jika saja aku lebih cepat menikah, aku akan menjalani semuanya."

Jungkook mendengar Berlian dengan baik, dia selalu mendengar Noona nya tersebut. Dia selalu ingin ingat perkataan Berlian. Karena menurutnya, semua perkataan sang gadis adalah hal yang baik. "Apa ada seseorang yang Noona sukai?" tanya nya tanpa berpikir. Dia ingin tahu. Soalnya, selama hidup bersama Berlian, Jungkook tidak pernah melihat gadis itu bersama dengan seorang pria. Padahal kan, Berlian cantik, manis, baik pula. Siapa sih pria yang tidak suka dengannya?

"Haduh, kau ini. Kenapa bertanya begitu, sih?"

"Hanya ingin tahu saja, Noona." jawabnya seperti tidak merasa bersalah telah bertanya begitu. Berlian terdiam, tidak langsung menjawab. "Tidak perlu dijawab jika Noona merasa tidak nyaman. Maaf ya, Noona—"

"Tidak," Berlian menyandarkan tubuhnya di kursi mobil. "Kookie, apa kau pernah menyukai seseorang yang seharusnya tidak kau sukai?"

Apa maksudnya?

"Tidak pernah?" Menyukai Berlian bukan hal yang salah kan? Dia bisa saja menyukai siapapun kan?

"Aku menyukai seseorang, yang seharusnya tidak aku sukai." Siapa dia? Siapa pria yang membuat Berlian jatuh cinta? Jungkook ingin tahu. "Aku menyukainya sejak kelas 1 SMA, sudah lama aku mengenalnya, tapi tetap saja aku tidak bisa menyukainya. Dia adalah teman baikku, aku tidak bisa menyatakan perasaanku kepadanya. Lebih baik aku memendam perasaanku jika pertemanan kami rusak."

Jungkook hanya diam, dia patah hati sih sebenarnya. Tapi, mau diapa? Jungkook tidak bisa mengatakannya juga. Dia memiliki prinsip yang sama dengan Berlian. Takut jika mereka menjadi asing.

"Lalu, bagaimana dengan pria yang kau suka, Noona? Maksudku, apa dia masih bersamamu sampai saat ini?"

"Iya, aku masih menyukainya. Ah, Kookie. Bisa-bisanya aku menyukai seorang pria selama dua tahun, seharusnya aku menyerah saja karena aku tahu kami berdua tidak akan bisa bersama. Jika kami berpacaran, yang pasti kami gak akan bisa selalu bersama. Kalau putus, akan menyakitkan lagi."

"Noona, tidak salah jika kau ingin menyatakan perasaanmu." Sebenarnya Jungkook sama sekali tidak ingin mengatakannya, kenapa? Karena dia juga memikirkan perasaannya. Tapi, Jungkook juga tidak mengerti kenapa dia ingin mengatakan hal ini kepada Berlian. "Ikuti kata hati mu saja, jika memang Noona ingin bersamanya, katakan jika kau menyukainya. Jika dia menolak, kau harus semangat juga dan bilang padanya jika tidak apa-apa perasaan Noona ditolak asalkan tetap bisa berteman. Yang kau butuh hanya keberanian saja, Noona."

Jungkook ingat, dia pernah membaca quotes jika, tidak apa dia bersama dengan orang lain saat ini, jika memang dia ditakdirkan untukmu, maka kau mau melakukan apa pun, dia akan kembali bersamamu.







ditulis pada tanggal : 221023

A ManWhere stories live. Discover now