17. MAAF

1.6K 149 4
                                    

SELAMAT MEMBACA! ❤️

-----------------------

Aku tidak tahu kapan semua ini akan berakhir. Entah yang berakhir adalah penderitaanku, atau mungkin malah hidupku.

Apapun itu bentuknya, sebelum hari itu tiba, setidaknya aku sudah mengusahakan segalanya.

Dipta menutup bukunya, lalu menatap ke arah Nana yang mulai berjalan mendekat kearahnya. Sudah hampir dua bulan lamanya, Dipta menutupi semuanya dari Cakra, Karisa, dan ketiga sahabatnya. Walaupun terkadang, Dipta merasa bersalah karena harus berperang dengan batinnya sendiri. Dipta juga sebenarnya lelah harus terus pura-pura baik-baik saja saat Cakra ada dirumah.

"Dip? Si Raka ada ngehubungi lo nggak, sih?" Tanya Nana yang baru saja datang.

"Ada. Nanti katanya nyusul langsung ke rumahnya si Jevan. Lah, si Jevannya sendiri mana? Tadi bilangnya sama lo?" Tanya Dipta karena Nana hanya datang sendirian.

"Maudy," Jawab Nana singkat.

"Maksud lo si Jevan beneran ngejar si Maudy?" Tanya Dipta tidak percaya. Nana hanya mengangguk.

"Wah, bukan maen sih, Na! Bisa-bisanya si Jevan sama si Raka ngincer cewek-cewek yang lo kenal,"

Nana dan Dipta pun tertawa.

"Lo kurusan ya, Dip?" Tanya Nana penuh selidik. Diantara ketiga sahabatnya, Nana memang yang lebih sering memperhatikan hal-hal kecil.

"Ck. Ngaco, lo!"

"Keliatan dari pipi lo, sih!" Ujar Nana. Lalu menyeruput kopi yang sudah dibelinya tadi.

"Cabut yuk, guys!"Jevan yang baru saja datang langsung mengajak mereka pergi.

"Gue nganterin Karisa balik dulu! Kelasnya bentar lagi bubar,"

"Si manusia bucin ini kalo udah ditingkat kronis emang udah susah sembuhnya, sih! Ya udah, gue duluan sama Nana!" Tukas Jevan.

"Nyusul ya, Dip!" Kata Nana sambil memukul pelan bahu Dipta.

"Amaaan!"

Nana dan Jevan pun langsung beranjak.

"Lo semua tahu, nggak? Gue takut banget kalo umur gue nggak panjang. Gue masih pengen bareng lo semua," Batin Dipta lirih.

-----------------------

Dipta mengantar Karisa pulang. Namun, Dipta mengajak Karisa untuk membeli batagor langganan Karisa terlebih dulu. Karisa sempat menolak. Namun, mendadak Dipta menjadi keras kepala. Saat itu, kebetulan hujan deras. Dipta dan Karisa memilih untuk menunggu hujan reda dulu didalam mobil karena Dipta tidak membawa payung.

"Sayang, kita mending pulang aja, yuk! Hujannya makin deres! Beli batagornya besok lagi aja!" Kata Karisa.

"Kalau besok, takutnya aku nggak sempet, Sa!"

Dipta lalu membuka jaketnya dan memakaikannya pada Karisa.

"Loh, ini kenapa tangan kamu memar-memar, Dip?" Tanya Karisa.

Dipta yang menyadarinya pun langsung menghela nafas berat.

"Semalem aku sama Cakra berantem sampe pukul-pukulan. Udah biasa sih. Bercandaan doang ini," Bohongnya. Padahal, Dipta tahu. Bisa saja ini disebabkan oleh penyakitnya.

"Ngeri juga ya, bercandaan kalian,"

Dipta pun hanya terkekeh. Menertawakan kebodohannya dan juga kebohongannya.

AKSARA ✔Where stories live. Discover now