Lagi?

188K 8K 438
                                    

Diana membuka matanya secara perlahan, lalu melotot saat menyadari posisinya yang berada dipelukan Vano. Astaga! apa yang telah mereka lakukan semalam?"

Diana merasa tidak nyaman pada bagian bawah tubuhnya, ini semua karena pria di depannya yang dengan tidak tau diri terus menggempur dirinya. Hampir saja ia pingsan tadi malam, tenaga pria itu seperti kuda yang tak kenal lelah. Mencoba melepaskan diri dari pelukan Vano, namun tidak bisa. Pelukan pria itu terlalu erat, bahkan kulit mereka menempel satu sama lain.

"Lepass!" ucap Diana sambil menepuk tangan Vano yang berada di pinggangnya.

Namun bukannya melepaskan, pria itu malah semakin mengeratkan pelukannya. Gila! ini memang gila. Ingin rasanya Diana menjambak rambut pria itu dengan brutal, tapi sayangnya ia tidak memiliki tenaga lagi.

"Lepas sialan!!" pekik Diana tepat di telinga Vano, sudah habis kesabarannya.

Vano melonggarkan pelukannya lalu membuka mata dan menatap Diana. "Hm, ada apa?"

Diana memutar kedua bola matanya. "Lepas, aku ingin mandi. Dan kejadian tadi malam anggap saja tidak pernah terjadi."

Vano terkekeh. "Bagaimana bisa melupakan apa yang telah kita lalui tadi malam, jika kau saja menjerit keras di bawahku."

Diana membuang pandangannya ke samping. "Itu semua diluar kendali!" 

~Flassback on~

Diana yang berada di bawah Vano tampak tidak bisa berbuat apa-apa, ia terlalu lemah untuk melawan pria itu.

"Fuck.. kau sangat nikmat!" erang Vano sambil terus bergerak mencari kenikmatan.

Tak lama suara telpon Diana berbunyi, namun tidak dapat menghentikan pergerakan pria itu. "Lepaskan! ada yang menelpon." lirih Diana, ia berharap Vano mau melepaskannya.

Vano menghentikan pergerakannya lalu mengambil ponsel milik Diana, di sana tertera nama Janson. Ia mengerutkan dahi lalu mengingat siapa itu Janson, namun setelah berpikir selama beberapa detik ia tidak mengenal siapa itu Janson.

"Siapa Janson?" tanya Vano sambil menatap Diana dingin.

Diana menegang. "Bukan siapa-siapa!"

Vano menatap curiga Diana, apakah wanita itu berselingkuh darinya? Tak lama setelah telpon itu berhenti berbunyi, Vano melihat pesan-pesan yang dikirim Janson kepada istrinya. Rahangnya seketika mengeras. "Kau berniat berselingkuh?!"

"Iya!! lagipula pernikahan kita segera berakhir." sahut Diana asal, namun ia mengatakan hal ini bukan tanpa sebab karena ia baru tahu beberapa waktu lalu jika Vano pernah berniat mengurus perceraian mereka. Namun entah apa yang membuat pria itu menundanya. Tapi bagus jika dipikir-pikir lagi karena diantara mereka berdua tidak ada yang menginginkan pernikahan ini.

"Aku tidak akan pernah menceraikanmu!"

"Maka aku yang akan menceraikanmu!!" tantang Diana sambil menatap Vano, sejujurnya ia sedikit takut namun harga dirinya sebagai wanita harus ia junjung tinggi.

Vano terkekeh. "Kau tidak akan bisa honey! lihatlah, sekarang saja kau berada di bawah kukunganku dengan pasrah."

"Brengsek!"

"Jangan mengumpat honey, simpan saja suaramu untuk sesuatu yang lain. Seperti ini mungkin." setelah mengucapkan itu Vano kembali memasukkan miliknya dan bergerak lebih kasar dari sebelumnya. Ia tidak akan membiarkan Diana menceraikannya, karena sampai kapan pun wanita itu akan menjadi miliknya.

"AKH!! pelan sialan!" pekik Diana sambil menjambak rambut Vano.

~Flassback off~

"Suaramu sangat seksi ketika mendesah." balas Vano sambil turun dari ranjang.

Transmigrasi DianaWhere stories live. Discover now