3

1.9K 271 18
                                    

Ferdinan Terlihat sedang meraut anak panahnya, dan bersiap siap lagi untuk pergi ke hutan. Jumlah buruan kemarin hanya cukup untuk makan malam dan itu sudah habis. Mengambil busur dan ranselnya dan mulai berjalan meninggalkan halaman rumah.

"Tunggu" Teriak Philia yang membuatnya terhenti dan berbalik ke arahnya

"Mau kemana kau?" Tanya gadis itu yang sedang berdiri di depan pintu.

"tentu saja berburu, apa kau tidak ingin makan?" ucap Ferdenan sembari menarik narik narik tali busurnya.

"Boleh aku ikut membantu?, tidak enak hanya merepotkan kalian" ucap Philia berjalan mendekati Ferdinan.

"haaaah, terserahlah asalkan jangan meropotkanku" ucap Ferdinan yang segera pergi berjalan ke arah hutan di ikuti Philia di belakangnya.

Philia melihat lihat kondisi hutan Wetonia yang tampak rimbun. Bahkan cahaya matahari pagi hanya masuk samar samar terhalang dedaunan yang lebat. Philia sedikit kesulitan bergerak karena sekarang dia memakai rok panjang yang menutupi bagian bawahnya sampai mata kaki. Itu adalah pakaian yang dia pinjam dari Visha yang entah bagaimana bisa muat untuknya. melangkah sambil melewati akar akar pohon yang besar, mengangkat roknya dengan tangan kirinya. Tangan kananya masihlah dalam masa pemulihan dan belum diperbolehkan untuk digerakan, sesekali tubuhnya hilang keseimbangan setelah meloncat melewati turunan yang dipenuhi bebatuan besar.

Namun Philia masihlah bisa untuk menahanya, menurutnya menyeimbangkan tubuhnya di udara jauh lebih sulit dibandingkan sekarang. Sebuah tangan menghalangi wajahnya membuat Philia berhenti seketika.

"Sheeeeet" Desis Ferdinan melihat seekor rusa yang lumayan besar sedang terdiam memakan rumput. Jaraknya hanya 20 kaki dari posisinya, bergerak mengendap ngendap mengurangi jaraknya. Tanpa basa basi segera melepaskan anak panahnya.

Itu meleset yang hanya menancap di batang pohon dan membuat mangsanya kabur.

"Sial kenapa selalu seperti ini" ucap Ferdinan yang kesal sambil membanting busurnya ke tanah.

"Kau terlalu cepat menembak" ucap Philia yang berada di belakangnya.

"Diam kau apa kau pikir bisa melakukanya" ucap Ferdinan memasang wajah tidak suka pada gadis itu, dia merasa seperti di olok olok.

Philia memasang wajah heran, apa dia salah mengucapkan kata atau memang pria di depanya sedikit menyebalkan. Philia membuang nafasnya, melihat ke arah tangan kananya yang belum bisa digerakan.

"Tentu saja tidak, kau tidak melihat kondisiku" ucap Philia mengoyang goyang pelan bahu kananya.

"Sudah, kalau begitu diam disana dan lihat hasilnya saja"

Ferdinan Mengejar Rusa yang kabur tidak jauh, Mengendap ngendap seperti pencuri sembari menarik busurnya.

"satttt" Teriaknya sambil melepaskan anak panahnya lagi.

Lagi lagi itu meleset membuatnya semakin kesal.

"Aku sudah katakan kau terlalu cepat menembak" ucap Philia yang berjalan mendekati Ferdinan.

"Aku sudah katakan diam"

Philia merebut busurnya dan berjalan mendekati Rusa yang kabur tidak jauh. Memberikan isyarat kepada Ferdinan untuk menghampirinya.

"Kesini cepat, kau tarik busurnya aku yang mengarahkanya"

Ferdinan terlihat ragu ragu tapi melihat busurnya telah direbut dan rusa itu tengah diam menjadi kesempatan untuknya. Ferdinan segera menghampiri Philia, mengeluarkan anak panahnya dan memberikanya kepada gadis itu.

"Hei apa kau pikir aku bisa melakukanya sendiri" ucap Philia kesal mengingat tangan kananya tidak bisa digerakan, Melemparkan kembali busurnya kepada Ferdinan.

Pria itu lantas segera menarik busurnya dan mengarahkanya ke arah rusa yang tengah diam memakan rumput. Tanpa basa basi Philia segera berada disampingnya, tangan lembutnya menggenggam erat punggung tanganya. Mengarahkan busur yang di pegangnya bersama sama.

Ferdinan menelan air lirunya berat, melihat kepala dengan rambut perak itu menempel di pundaknya.

"Lihat bidik dulu targetmu, sesuaikan jarak dan arah anginya, kemudian tunggu mangsamu benar benar di posisi lemahnya" ucap Philia yang suaranya berada tepat di samping telinga pria yang sedang berdiri salah tingkah.

"Lepaskan" teriak Philia mengagetkan Ferdinan dan tanpa sadar melepaskan anak panahnya.

Melesat cepat dan menancap tepat ke arah kepala mangsanya. Membuatnya tergeletak tidak berdaya.

"kita berhasil..!" ucap Ferdinan menatap tidak percaya menatap Philia yang berada tepat disampingnya sambil tersenyum.

Segera dia menjaga jarak darinya dan berlari ke arah Rusa yang sudah tidak berdaya. Mengakhiri nyawanya kemudian memasukanya ke dalam karung besar.

"Kurasa ini sudah cukup" ucap Ferdinan melihat langit yang masih pagi. Merasa tidak percaya dia bisa menyelesaikan berburunya secepat ini. Memanggul daging buruanya dan mulai berjalan pulang di ikuti Philia di belakangnya.

"Bagaimana kau bisa melakukanya?" tanya Ferdinan yang masih berjalan sembari memanggul buruanya.

"Menembak merupakan makanan sehari hari bagi diriku di kekaisaran"

"ohh, aku benar benar penasaran bagaimana kau bisa menjadi seperti itu sedangkan kau adalah seorang wanita"

"bukan apa apa, kau hanya perlu berlatih terus menerus"

"Yah kau benar" ucap Ferdinan merenungi kehidupanya yang lalu. Untuk mencapai suatu keahlian dia harus berlatih. Mengesampingkan rasa malasnya dan terus berusaha menjadi kuat seperti ayahnya.

Meletakan hasil buruanya di teras rumah dan mulai menggantungnya untuk mengulitinya. Ibunya benar benar kaget melihat hasil buruan yang tidak biasa. Jarang jarang anaknya membawa hasil yang besar.

Mereka segera memasaknya dan memakanya bersama sama.

"Bagaimana kau bisa memburu rusa besar itu?" tanya Visha menatap ke arah anaknya.

"itu karena Ph.."

"Itu karena bakatnya yang dia latih dan sekarang itu membuahkan hasil" potong Philia membuat Pria itu menatapnya heran.

"Benarkah itu" Visha terlihat senang dan menatap Anaknya bangga.

"Tapi itu bukan karena ulahmu bukan ?" tanya Visha menatap Philia merasa curiga.

"Tentu saja bukan, anda tidak melihat kondisiku, mustahil untuk menarik sebuah busur" ungkap Philia membuat Visha percaya.

"Baguslah, ku harap kau selalu seperti ini dan terus mencoba untuk beradaptasi di luar"

"Baik ibu" ucap Ferdina merasa senang melihat ibunya tersenyum ramah kepadanya. Sudah lama dia tidak melihatnya dan membuatnya ingin mencoba berubah ke arah yang lebih baik.

"Jangan lupa nanti sore kau pergi ke balai desa" ucap Visha memperingatkan.

Philia yang sedang mengunyah makananya menduga duga bahwa itu ada hubunganya dengan kekaisaran. Dia harus benar benar secepatnya kembali ke markas tapi melihat kondisinya sekarang. Ditambah jarak dari Wetonia ke Arlern yang tidak dekat membuatnya harus berfikir ulang untuk kesana. Dia hanya punya seragamnya yang dia sembunyikan serta sebilah belati. Akan berbahaya menembus perbatasan yang dijaga ketat oleh tentara Grasia.

***

Sebuah kapal pedagang berlabuh di pelabuhan Lamburg. Wilayah paling barat dari Kerajaan Grasia yang menjadi pusat perdagangan antar benua. Burung burung camar terlihat terbang di atasnya. Terik matahari bersinar tajam menyinari seluruh pelabuhan yang tidak ditumbuhi pepohonan.

Orang orang keluar dari kapal membawa koper besar mereka. Berjalan dengan sombong menatap ke arah para tentara Grasia yang terlihat memeriksa siapa saja yang mulai memasuki wilayah Grasia.

Klova bersama para pembunuh bayaran yang disewa orang orang Libya berjalan memasuki antrian panjang. Melihat beberapa Tentara yang tidak sopan memeriksa setiap barang bawaan yang dibawa para pendatang.

Tersenyum licik melihat ke arah mereka yang dia sembunyikan di bawah naungan topi hitamnya. Terutama kepada seorang tentara wanita yang tengah berjaga dengan tegas.

Menyeka bibirnya menggunakan lidahnya sambil merencanakan sesuatu yang akan memuaskan hasratnya.

NEMESIS Fire On The Western FrontWhere stories live. Discover now