Perihal Kedatangan dan Kepergian pada Rabu.

25 5 7
                                    

Senin menyeberangkan Hinan pada rabu, rabu yang sungguh berbeda dari rabu pekan lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senin menyeberangkan Hinan pada rabu, rabu yang sungguh berbeda dari rabu pekan lalu. Tadi, Hinan diberitahukan oleh salah satu teman yang bersekolah sama dengannya, dan kebetulan, mereka adalah tetangga.

Jadi, saat itu Hinan sudah bersiap seperti yang biasa ia lakukan. Namun, saat sedang berangkat sekolah yang tentunya dengan berjalan kaki, dengan tiba-tiba Hinan dicegat dan diberitahukan bahwa sekolah diliburkan.

Walau sedikit kecewa, Hinan mau 'tak mau harus mengganti pakaian yang dikenakannya. Mama juga tidak bertanya apa pun soal mengapa ia pulang lagi, dan itu adalah hal yang sangat dimaklumi Hinan.

Meskipun begitu, tetap ada hal baik yang bisa Hinan lakukan pada rabu ini. Anak itu telah merencenakan beberapa hal yang akan ia lakukan nanti. Seperti membantu Pakdhe berjualan atau menawarkan bantuan pada orang di pasar.

Tentu saja upahnya akan ia masukkan ke dalam sebuah kotak bekas sepatu yang sengaja ia simpan. Sebuah tabungan yang Hinan buat dan ia hias sendiri dengan beberapa kata-kata. Dan pastinya akan ia gunakan untuk membelikan Mama sebuah baju yang bagus.

Berbicara tentang tetangganya, Hinan rasa bahwa perempuan itu sangat di luar dari kata biasa. Anak itu bernama Arimbi, untuk nama lengkapnya, Hinan 'tak tahu menahu. Arimbi merupakan anak pindahan yang berasal dari kota.

Yang membuat Hinan terkejut adalah bagaimana sikap Arimbi padanya. Perempuan itu terlampau baik. Hinan paham jika Arimbi baik karena ia merupakan anak yang baru pindah pada selasa pagi itu.

Tapi entah mengapa, Arimbi tidak menjauhinya. Bahkan, perempuan dengan kuncir kuda itu duduk sebangku dengannya. Terkejut? Tentu saja Hinan rasakan. Bukan mengharapkan jika Arimbi akan berlaku buruk padanya, hanya saja... ini sangat aneh.

Aneh rasanya, ketika Hinan yang biasanya dijauhi, diganggu dan diabaikan oleh teman-temannya, kini merasakan hal yang sebaliknya dari orang yang bahkan belum ia kenali.

Tapi di sisi lain, Hinan merasa senang dan bersyukur pada Tuhan, karena telah memberikannya teman setelah sekian lamanya.

"Woi, kamu!" Hinan yang semula sedang berjalan santai, kini harus mengelus dadanya yang ia rasa-rasa ingin meledak. Dengan rasa penasaran, Hinan menolehkan kepalanya pada sumber suara, dan di sanalah dapat ia lihat seseorang yang tengah melambai padanya.

"Nama kamu siapa? Aku belum sempet kenalan sama kamu kemarin." itu adalah pertanyaan yang bahkan 'tak pernah Hinan kira akan dilontarkan padanya. Hinan menatap lawan bicaranya dengan mata gelisah.

Prok!

Hinan mengerjap. "Kamu kenapa sih? Belum makan, ya, makanya ngelamun terus?" ditanya begitu, Hinan hanya bisa menggeleng kaku. "E-enggak," sangkalnya, dengan diiringi gelengan cepat dari kepalanya.

"Ya udah, kalo gitu, nama kamu siapa?"

Hinan 'tak langsung menjawab, laki-laki itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Kamu beneran mau tau?" Arimbi menggangguk mantap, dapat Hinan lihat jika perempuan itu memang sangat ingin mengetahui namanya, terlihat dari caranya memandang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hinan BaskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang