Bab 23

11.4K 602 45
                                    

Mata laki-laki itu tiba-tiba terbeliak di tengah malam. Mimpi buruk itu selalu menghantui di setiap tidur malamnya.

Teriakan-tangisan Haira di alam bawah sadarnya menjadi signal bahwa rasa bersalah itu terus menggerogoti relung hati laki-laki pemilik alis tebal itu.

Hamzah mengambil ponselnya untuk melihat suhu di kota ini. 15°, cukup dingin bagi Hamzah yang tertidur di ruang tamu tanpa memakai selimut.

Hamzah bergegas mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat tahajud. Usai melaksankan sholat, laki-laki itu selalu memohon doa yang sama di setiap sujudnya. Doa meminta dipertemukan kembali dengan Haira agar dirinya bisa meminta maaf dan menebus rasa bersalahnya. Selain itu dia juga berdoa agar orang tuanya luluh untuk membuka pintu maaf atas perbuatan keji yang ia lakukan kepada Haira.

Ba'da subuh sepulang dari masjid, laki-laki itu bersiap untuk jogging pagi mengelilingi komplek.  Dua kilometer jarak yang ia tempuh cukup membuat peluhnya membasahi kaos abu-abu yang ia kenakan.

Sebelum pulang Hamzah mendinginkan suhu tubuhnya terlebih dahulu di taman komplek. Tidak sengaja tatapan laki-laki itu terpaku pada anak kecil yang sedang bermain lompat tali sendirian di halaman rumah.

Anak perempuan dengan kuncir ekor kuda itu ternyata cukup pintar. Dia mengikatkan ujung tali itu di pohon yang tumbuh di halaman rumahnya serta ujung tali yang satunya diikat pada handle pintu rumah bergaya industrial itu.

Gadis cilik itu bernyanyi twinkle-twinkle little star sambil melompat menggunakan tali yang selesai ia ikat.

Senyum tipis terbit di bibir Hamzah kala melihat tingkah polah anak itu. Namun saat mata anak itu tidak sengaja menatap Hamzah, anak itu tiba-tiba bergeming. Gadis kecil itu terdiam sepuluh detik kemudian lari masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu.

Anak kecil itu mengintip Hamzah dari balik gorden berwarna putih. Hamzah malah tertawa lebar melihat tingkah laku anak itu yang cenderung absurd. Padahal Hamzah hanya berdiam diri tapi anak kecil itu malah bertingkah seolah dia sedang menghindari pelaku penculikan.

Hamzah melambaikan tangan ke arah anak itu lalu beranjak pergi meninggalkan taman. Saatnya dirinya mandi lalu berangkat bekerja.

****

Hamzah sedang mengerjakan proyek pariwisata baru di kota Batu. Proyek seluas 30 hektar itu akan mengabungkan permainan wahana air serta kebun binatang yang dilengkapi fasilitas hotel bintang lima.

Ditengah peninjauan proyek, Hamzah teringat dengan umi. Laki-laki itu mengambil gawainya dan mendial nomor Mutia-adiknya. Pada deringan ketiga panggilan itu diterima oleh Mutia.

📞:  "Assallammuallaikum muti"

📞:  "Waallaikumsalam bang"

📞: "Bagaimana kabarmu sama umi?"

📞: "Alhamdullillah sehat bang. Cuma akhir-akhir ini rematik umi sering kambuh. Kemarin Muti juga sudah bawa umi ke dokter tapi belum juga membaik"

📞: "Abang akan minta tolong teman abang untuk  datang ke rumah buat cek kondisi umi. Kalau memang umi butuh perawatan di rumah sakit biar temen abang yang mengurus semuanya. Kamu tolong jagain umi ti. Maaf abang selalu merepotkanmu"

📞: "Iya bang, Muti pasti jagain umi. Emm... apa abang sudah menemukan mbak Haira?"

📞: "Belum, tolong doakan abang Muti. Supaya abang bisa segera meminta maaf dan menebus dosa-dosa abang. Abang tutup ya, Assallammuallaikum"

Mahkota Yang Ternoda (Masih Lengkap-End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang