( 18 ) Transfusi darah

155 65 39
                                    

Hembusan angin di negeri sakura ini membuat rambut hitam milik Alesha berterbangan, ia sudah sampai di Jepang beberapa menit lalu setelah pendaratan.

Beberapa jam kemudian, dia telah sampai di salah satu hotel di ibu kota Jepang, Tokyo. Iya, saat ini dia sedang di Jepang untuk membawa pulang jasad Edwin, itu jika di temukan. Kabarnya tim telah menemukan beberapa jasad yang berada di pesawat tersebut, wajahnya telah hancur.

Itu masih beberapa saja, belum dengan penumpang-penumpang lainnya di pesawat tersebut. Sudah di pastikan jika tubuh mereka hancur di bawah laut sana.

Kata-kata Edwin masih terngiang di pikirannya, bahkan terasa nyata saat ini.

"Pah, kalo Alesha libur, pengin deh Alesha ikut ke Jepang bareng Papah, kan seru."

"Iya, nanti kalo Alesha libur sekolah, Papah ajak jalan-jalan ke Jepang, ya?"

Itu semua bohong.

Dia memang berada di Jepang, Edwin juga ada di sana. Tapi, itu beda. Dia sudah tiada sekarang.

Alesha menghembuskan nafasnya berat, ia menaruh koper di samping kasur berwarna putih itu. Dia merebahkan tubuhnya di kasur empuk itu.

Mungkin, dia akan berada di sini untuk beberapa hari ke depan. Setidaknya menjadikannya jauh dari peneror itu, dan membuat pikirannya jauh lebih baik serta membuat Alesha perlahan bisa melepaskan kepergian Edwin.

***

Angkasa merebahkan tubuhnya lelah di atas sofa. Hari ini dia sangat lelah. Tadi di sekolah dia menyiapkan untuk pemilihan calon ketua dan wakil OSIS yang baru, tak terasa masa jabatannya akan purna.

Dia mengambil ponselnya lalu membuka galeri dan menatap foto Alesha yang sedang bersama Algara.

"Queen ya? Oh, jadi lo Queen," gumamnya sembari menatap foto Alesha.

Iya, lelaki yang mengikuti Alesha dan Algara waktu itu adalah Angkasa. Dia sudah bilang, jika Alesha tak mau mengatakan yang sebenarnya ia akan mencari tahu sendiri.

Sekarang sudah terbukti. Alesha, adalah Queen. Angkasa mendengar percakapan Algara dan Alesha saat Alesha bercerita tentang dirinya yang bertransmigrasi.

Awalnya memang tak percaya, namun setelah ditemukan hal-hal yang menunjukan perbedaan dalam diri Alesha Angkasa sadar, bahwa dia bukanlah Alesha.

Bahkan Angkasa sudah bisa menebak. Dia adalah mafia. Terlihat dari gayanya berpakaian serta tatapan mata tajamnya.

Dari sinilah Angkasa simpulkan bahwa kedua foto itu dan teror di rumah Alesha itu benar-benar mengincar Alesha, dia ingin membunuh Alesha.

"Leon, siapa dia?" gumamnya pelan. Mengingat dia pernah melihat Leon yang sedang berbincang dengan seseorang yang baru saja turun dari balkon kamar Alesha saat itu, entah siapa dia tapi Angkasa yakin dia adalah peneror itu. Tak lupa, dia menyebut-nyebut nama Leon.

Saat itu samar-samar Angkasa mendengar Leon berkata, jika Alesha saat ini adalah tunangannya. Gila, Angkasa benar-benar kaget saat itu. Benar, Alesha hanya menginginkannya untuk membongkar kejahatan Lia saja mungkin jika kejahatan Lia sudah terbongkar dirinya tersingkirkan.

Satu hal yang membuat Angkasa berfikir saat ini. Mengapa Alesha tak tahu jika Leon adalah salah satu di antara peneror itu? Mengapa malah dirinya bertunangan dengan Leon, aneh. Lelaki itu ingin sekali bertanya kepada Alesha, tapi gadis itu sedang berada di Jepang.

QUEEN'S LIFE [COMPLETED]Where stories live. Discover now