5.

188 30 17
                                    


Seokjin merasakan tubuhnya remuk dan begitu sakit ketika dia bergerak. Kamar yang asing menyambutnya dan dia terkesiap. Berusaha bangun, namun tidak bisa dan malah kembali terbaring ke ranjang. Pikirannya menggambarkan skenario terburuk tentang keadaannya saat ini. Ingatan terakhirnya adalah saat Jungkook selesai mengobati luka-lukanya dan akan memasak makanan untuknya. Lalu setelahnya seolah hanya gelap yang dapat diingatnya. Dia ketakutan merasai atmosfer di kamar itu, keadaan dengan lampu temaram dan udara agak dingin semakin membuatnya bergidik. Belum lagi samar-samar tercium feromon yang seketika mebuat kepalanya berdenyut. Dia benci pikirannya yang memunculkan satu sosok kala mencium feromon itu.

“Sialan!” umpatnya seraya menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari air. Tenggorokannya sedikit sakit ketika berucap demikian. Tak ada air dan dia mengumpat lagi dalam hati, tak mau membuang tenaga.

“Kamu butuh apa?” Seokjin menoleh pada sumber suara, orang yang mematung di ambang pintu kamar itu tersenyum kikuk kepadanya. Dengan mata memicing, Seokjin mengucapkan keinginannya untuk meneguk cairan bening yang amat diinginkannya. “Sebentar ya.” Seokjin tak mengharapkan ini, dia benar-benar tak ingin berada di tempat asing ini. Walaupun omeganya melolong senang sekalipun, sisi manusianya benar-benar ingin kabur dari bangunan yang beraroma gaharu itu. Walau tubuhnya perlahan merasa rileks, merasa segala rasa sakitnya lenyap, dia tetap ingin keluar dari ruangan itu. “Aku membawakan makan siang untukmu sekalian.”

Seokjin hanya menatap datar pada pria yang berseri-seri membawa nampan berisi 2 jenis makanan dan segelas air putih yang diidamkannya. Seokjin meraih gelasnya terlebih dahulu dan meneguk isinya hingga tandas. Dahaga yang sempat membuat tenggorokannya sakit kini menghilang. Pria itu, yang masih memegang nampan dengan kikuk duduk di kursi yang disediakan di sebelah ranjang. Meletakkan pada meja kecil, dia memandang Seokjin dengan senyum lesung pipinya. “Buka mulut kamu, ini makanan yang bisa mengembalikan tenagamu.” Sesendok bubur kentang tersodor di depan wajah Seokjin, dengan potongan daging menghiasi atasnya.

“Aku tidak lapar.” Membelakangi si pria, Seokjin kembali berbaring dan merapatkan selimutnya kembali. Berniat akan tidur saja walau denyutan nyeri menyerang tubuhnya beserta dengkingan sedih omeganya. Kemarahan dan kekecewaan yang bercokol di hatinya lebih dominan daripada rasa lapar yang harusnya memang dia rasakan mengingat sudah dua hari dia pingsan.

“Kumohon, makan beberapa suap saja untuk mengisi perutmu. Sudah dua hari kamu pingsan dan belum terisi makanan apapun. Kamu harus makan. Kalau nggak mau melihatku, aku akan meletakkan makanannya di meja, tapi pastikan kamu akan memakannya ya. Ada vitamin juga di kotak kecil dekat mangkok sup.” Seokjin tak menyahut. Setelahnya hanya ada suara langkah kaki dan derit pintu.

Hingga sore menjelang, Seokjin tak menyentuh makanannya sama sekali. Omega itu hanya tertidur dengan meringkuk. Namjoon yang kembali memeriksa Destined-Mate nya hanya bisa mengusap wajahnya lelah. Bingung harus bagaimana untuk berinteraksi dengan Seokjin dan menyuruhnya makan agar kondisinya tidak drop. Apakah yang dilakukan keluarganya ini membuat Seokjin menderita? Tapi bukankah dia akan tambah menderita jika mereka saling berjauhan dalam waktu yang lebih lama lagi?

Setelah mengganti makanan, Namjoon duduk di sofa yang berada di ruangan itu. Menunggui Seokjin yang tertidur dengan damai. Langit di luar sudah menggelap dan dia bisa mendengar para prajurit yang tengah berlatih di lapangan belakang rumah utama. Pendengarannya berangsur membaik dan radius yang dijangkau lebih jauh dari kemarin. Apakah kehadiran Seokjin membantu tubuhnya mendapat energi yang dia perlukan?

“Kenapa kau ada di sini? Aromamu membuatku pening, sialan!” Nada itu menusuk begitu tajam dan melukai perasaannya. Dadanya sempat berdenyut sesaat. “Pergilah dari hadapanku kalau kau masih tahu diri!”

“Aku harus memastikanmu makan.”

“Lebih baik aku mati daripada memakan makanan di tempat ini!”

Du hast das Ende der veröffentlichten Teile erreicht.

⏰ Letzte Aktualisierung: Sep 08, 2023 ⏰

Füge diese Geschichte zu deiner Bibliothek hinzu, um über neue Kapitel informiert zu werden!

Full Moon ||Namjin||Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt