Three

2K 178 7
                                    

HALOOO, maaf ya ngegantungin kalian dengan chapter sebelumnya. TAPII, sekarang aku udah up nii :D







Pagi yang indah ini membuat suasana hati Haesa membaik walaupun dirinya masih tidak terima dengan kejadian malam kemarin.

Terdengar suara keyboard yang sedari tadi memenuhi kamar Haesa.






Naya |"haesa sayangg, nanti agak siangan mau jalan jalan gaa??"

"sure babe" | Haesa





Begitulah isi pesan singkat antara dirinya dengan wanita kesayangannya itu.

Walaupun kemarin Xavier sempat bilang bahwa ia akan datang kerumah Haesa pagi ini namun Haesa menganggap itu hanyalah omong kosong belaka Xavier. Sebab itulah Haesa menerima ajakan wanitanya.

"bangke ngapa pake laper segala pagi gini, males bat mau ke dapur" gumamnya, perut milik Haesa itu terasa begitu lapar seperti ingin diisi secepatnya.

Dengan rasa malas yang melinyemuti, Haesa berjalan keluar kamar dan menuju ke dapur karna mau semalas apapun dia, dia akan sakit perut jika tidak pergi untuk memakan makanan saat itu juga.

"agh.." mencoba menahan suaranya saat tangan yang masih terasa sakit itu bergesekan dengan bagian dinding yang cukup runcing saat berjalan menuju ke dapur.

Setelah cukup lama mengotak-atik makanan, akhirnya Haesa dapat mengisi perutnya yang sudah terasa begitu lapar itu.

Baru saja ia dudukkan bokongnya di sofa yang bertempatkan di ruang tamu, ponselnya berdering. Seseorang sedang mencoba menelponnya.

Haesa mengambil ponselnya itu dan mengecek siapakah yang menelponnya, ternyata dia adalah..

Xavier

Dengan perasaan yang malas dan kesal, Haesa mengangkat telpon tersebut. Suara berat milik lawan bicaranya itu dapat ia dengar dari ponselnya.

"Saya sudah di depan, bukakan pintunya sayang" ucap lawan bicaranya melalui saluran komunikasi di ponselnya.

"NAJIS" ucap Haesa dengan reflek saat mendengar Xavier memanggilnya sayang.

sesaat Haesa menyadari bahwa Xavier mengatakan bahwa dirinya sudah berada di depan rumahnya. "EH ANJG? LU BENERAN KESINI" tanya Haesa dengan nada terkejutnya, dan langsung di iyakan oleh Xavier.

Haesa langsung mematikan telpon lalu berjalan menuju pintu rumahnya.
saat ia membuka corak coklat itu ia dapat melihat tubuh tinggi Xavier berada di hadapannya.

"lo tau darimana ru-" belum sempat Haesa menyelesaikan kalimatnya, Xavier sudah merebut tangan Haesa terlebih dahulu dan membawanya masuk ke dalam rumah.

"duduk" kata singkat itulah yang di keluarkan oleh bibir Xavier. Entah bagaimana tubuh Haesa langsung menuruti apa yang dikatakan oleh Xavier.

Begitu dirinya kembali duduk di sofa, Xavier beranjak ke sebuah meja dengan tiga laci yang berada dekat dapur. Bagaikan pemilik rumah, Xavier tampak begitu mengenal tata letak barang di rumah Haesa.

Xavier kembali ke hadapan Haesa dengan kotak p3k yang berada ditangannya.

"lo tau darimana ada kotak p3k disana?" tanya Haesa saat Xavier mulai mengobati tangannya yang terluka akibat perkelahian kemarin.

"i know everything about you" jawab Xavier dengan datar.

Mendengar kata yang dilontarkan Xavier, Haesa tak bisa mengungkiri seringai di wajahnya. Entah apa yang ada di dalam pikirannya itu yang membuatnya menyeringai tanpa sebab.

Haesa mengeluh saat lukanya itu di obati, ia tidak berbohong, itu terasa sakit.

"maaf, ini karna saya⎯" ujar Xavier tiba tiba  "⎯ tapi kalau saya tidak melukaimu seperti ini, saya tidak akan pernah bisa membuat dirimu menjadi milik saya" lanjut Xavier dengan seringai yang mengiringi kalimatnya.

Haesa tak bisa mengungkiri ekspresi wajahnya yang terlihat seperti sedang jijik itu. "kaga usah pake kata formal napa, berasa ngomong ama dosen gua jadinya"

Ucapan Haesa membuat Xavier tekekeh pelan.

Saat Xavier hendak merapikan kotak p3k tersebut, tiba tiba terdengar suara aneh yang berasa dari perut Haesa.

"kamu belum sarapan?" tanya Xavier saat mengetahui bahwa Haesa sedang merasa lapar.

"tadi mau sarapan tapi karna lo dateng jadinya ketunda, noh bubur gua belum gua makan sama sekali" jelasnya.

"bubur?" ucap Xavier dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah sebuah mangkok yang terletak di meja.

"ini bukannya bubur bayi?" tanya Xavier, karna memang kenyataannya bubur tersebut terlihat seperti bubur bayi, lebih tepatnya bubur Cerelac rasa pisang.

Haesa tersipu malu saat melihat Xavier yang menyadari bahwa bubur yang ia buat adalah bubur bayi "iya, ngapa emang? salah?!" bentak Haesa.

"nope, tapi bubur ini makan nanti saja ya" lontarnya yang membuat Haesa merasa kesal.

"terus lo mau gua ngegliat kaya ulet karna kelaperan hah?!" melihat reaksi Haesa, Xavier hanya bisa tertawa.

"tidak sayang, kita sarapan di luar saja" ucap Xavier sekaligus ajakannya.

"ga mau" tolak Haesa, walaupun pada kenyataannya dia ingin untuk sarapan di luar tetapi mana mungkin seorang Haesa menerima tawaran orang dengan begitu saja.

"i hate an rejection" tegas Xavier. Tangan Haesa langsung ditarik dengan cepat oleh Xavier, beruntung yang ia tarik bukanlah tangan Haesa yang terluka.


⎯⎯








-TBC

NOT A OMEGA || hyuckmarkOnde histórias criam vida. Descubra agora