03. Gebetan

378 54 37
                                    

Separuh Nafasku - Dewa 19

Ayooo ramein komennya n votenyaa biar up tiap harii

Selamat membaca!
_________________

"Serius lo naksir sama cowo modelan gitu, Bi?" Gue mengangguk semangat denger pertanyaan dari Nanda--bestie gue.

Mata gue dari tadi gak lepas dari cowok yang lagi mainan gitar sambil nyanyi di pojok kantin. Tangannya lihai mainin senar gitar. Gitarnya yang digenjreng, tapi hati gue yang geter.

"Bi, lihat dia," tunjuk Nanda ke arah Naka, "Yakin lo suka dia?" Ini kenapa sih si Nanda terus nanya hal yang sama? Jelas-jelas gue suka Naka dari segi apapun, wong dia cowok tulen kok, bukan boti dan sejenisnya.

"Emang kenapa, Nan? Salah gitu kalo gue naksir cowok?"

"Nggak salah, tapi lo yakin naksir cowo friendly? liat aja noh dia banyak ceweknya, bahkan senyum ke semua cewek." Nanda menunjuk Naka yang lagi nyanyi bareng dua cewe, bestie gue bergidik ngeri seolah Naka itu jelmaan setan. Heran gue, dari dulu Nanda gak pernah setuju kalo gue naksir Naka.

Padahal mah hati kan gak tahu bakal jatuh ke siapa, hati gue udah terlanjur jatuh ke Naka, anak bisnis yang keren abis. Gue berharap kali ini gak nt.

"Ya elah, Nan, berarti Naka tuh ramah. Apa salahnya banyak senyum? Ibadah tau."

"Lo itu bego apa tolol, Bi?" Nanda mendengus, "Dia banyak ceweknya elah, mana ceweknya pada cantik-cantik."

"Trus menurut lo gue gak cantik gitu?" gue menatap nyalang Nanda, bisa-bisanya dia bilang gitu ke gue yang cantik paripurna ini.

Kata Ayah juga gue itu the most beautiful girl in the world.

"Gak gitu maksud gu-" gue langsung menepuk paha Nanda saat gebetan gue jalan ke arah gue.

Gue yang kepedean langsung rapihin baju yang kusut, rambut yang tadi gue ikat satu langsung dibuka biar rambut gue yang panjang itu tergerai.

Tangan gue sibuk ngerapihin rambut, eh si Nanda malah nyomot makanan gue sambil misuh-misuh.

"Gazbiyya."

Panggilan yang sangat amat merdu membuat gue kesemsem abis. Gue menyelipkan anak rambut ke belakang telinga, "Kenapa, Ka?" please, gue gak bisa nahan senyum.

"Gue bisa minta tolong?"

Waduh waduh waduh, alamat bisa jadian ini mah.

"Tapi gak di sini, banyak orang." Naka duduk di sebelah gue membuat gue bergeser ke arah Nanda yang lagi asik makan mie.

"GAZBI!" sentak Nanda yang udah ngejogrog di lantai.

"Lah lo ngapain di situ?"

"LO YANG DORONG GUE!" owh, gue gak sadar.

"Sorry." Nanda sinis ke gue dan Naka, dia pindah duduknya jadi di depan gue.

"Lo tadi mau ngomong apa?" tanya gue beralih menatap Naka di samping. Buset dia cakep amat!

"Ngobrolnya di tempat lain, di sini banyak orang."

"Boleh, mau di mana?"

"Di hati kamu?"

Upss, gue melayang, baru tau kalau Naka itu tipe cowok yang gombalannya kayak anak alay. Tapi gapapa, gue tetep suka.

"Bisa aja lo, serius nih mau di mana?" gue tertawa ngakak sambil nabok bahu Naka, kelewat salting gue.

One Step CloserDonde viven las historias. Descúbrelo ahora