15

29 6 4
                                    

"Meysa" panggil seseorang dari belakang.

Meysa menoleh pada orang yang memanggilnya tadi.

"Ada apa?"

"Pulang bareng gue yuk?!" Ajaknya.
Meysa mengerjap bingung. Kenapa cowo di hadapan nya ini tiba tiba ngajak pulang bareng pada nya.

"Boleh emang?". Ia takut ngerepotin nantinya. Ya walaupun searah rumah nya.

Fajar menyunggingkan senyum nya," ya boleh lah. Kan gue yang ngajak pulang bareng nya juga"

"Yaudah deh".

Tanpa mereka sadari, seseorang melihat interaksi keduanya dan memotret nya.

Di perjalanan, mereka diam tak bersuara. Hanya terdengar suara kendaraan yang berlalu lalang.
Tak terasa, mereka pun sampai pada tujuan.

"Makasih ya gue udah nebeng sama lo."

"Santai aja kali. Yaudah gue pulang dulu."

"Iyah hati hati".

Fajar pun mengendarai motornya kembali untuk pulang.

Dirasa fajar sudah tak terlihat, meysa melangkah masuk kedalam rumah nya. Dan di ambang pintu, meysa mendengar bunda nya sedang berbincang dengan seseorang yang ia pun tak mengenalinya.

"Semoga mereka setuju ya jeng" ucap wanita paruh baya itu yang dimaksud meysa tak mengenalinya.

"Iya semoga aja."

Meysa terdiam mendengarnya. mereka? Setuju? Siapa sih maksudnya? Hah gak mungkin kan kalau gue! pikirnya. Dengan langkah cepat ia menghampiri bunda nya itu.

"Bundaa..."

___
Fajar merebahkan tubuhnya menghilangkan rasa cape nya karena belajar dapat menguras tenaga nya. Tiba tiba pintu kamarnya pun terbuka menampilkan fajri-adiknya yang menghampiri fajar.

"Bang!" Panggilnya.

Fajar pun terbangun dan mengganti posisinya menjadi duduk.

"Kenapa dek?" Tanya fajar lembut. Karena fajri satu satu nya orang yang membuat ia kuat dengan keegoisan papah nya.

"Fajri mau jalan jalan bang."
Fajar menatapnya sedih. Semenjak mamah nya meninggalkan dirinya dan fajri, ia jarang sekali mengajak fajri untuk sekedar pergi ke taman dekat rumah nya.

"Yaudah, abang mau istirahat dulu bentar, udah gitu  kita jalan jalan. Oke?"

Fajri memeluknya senang.

"Makasih bang. Abang emang yang terbaik". Ucap fajri memeluk erat abang nya.

Mereka  merenggangkan pelukan nya dan fajar melihat mata adiknya itu yang sedikit mengeluarkan air mata.

"Fajri jangan nangis. Sebisa mungkin abang akan jadi abang yang terbaik buat fajri."

"Tapi fajri kangen mamah."

Fajar tersentak mendengarnya. Ia tak kuasa menahan air matanya yang sedari tadi ia tahan agar tidak menangis di depan adiknya.

"Kita doain semoga mamah di tempatkan yang  terbaik disisi nya. Kamu harus kuat, harus terus mendoakan mamah.  Abang yakin, mamah disana seneng ngeliat fajri seneng disini."

"Udah ya jangan nangis lagi. Janji sama abang kalau fajri gak akan nangis lagi" ia melayangkan jari kelingkingnya dihadapan fajri.

Fajri pun menaukatkan jari kelingkingnya pada kelingking fajar. "Fajri janji gak akan nangis lagi."

Fajar pun tersenyum melihat fajri yang mengelap kelopak matanya mengusap air mata.

"Fajri sayang abang" ucap fajri seraya memeluk kembali abang nya.
"Abang juga sayang sama fajri" membalas pelukan fajri
______

The Love Triangle Where stories live. Discover now