Love Story 'dojae' ✓

Love Story : déjà vu

Sudah terhitung 2 bulan Doyoung menjadi kekasih Jaehyun. Dan selama itu pula, Doyoung berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan kekasih manisnya itu. Doyoung bahkan sudah cukup dekat dengan keluarga Jung, terutama kakak-kakak dari Jaehyun yang terkenal super protektif dalam menjaga adik bungsunya ini.

Hidup Doyoung sudah berubah hampir 180°. Mulai dari barang-barang mahal yang selalu Jaehyun berikan, ancaman dari ketiga calon kakak iparnya, dan perhatian keluarga Jung pada keluarganya. Orangtua Doyoung mulai dibantu dalam perekonomian dan ayahnya diangkat sebagai pegawai di perusahaan milik ayah Jaehyun. 

Doyoung jadi bingung. Dia harus bersyukur atau bagaimana. Secara ia sudah pastinya akan berakhir dengan Jaehyun--menikah-- padahal hubungan mereka selama ini hanya karena Doyoung dijebak oleh Jaehyun.

Ya... Doyoung akui Jaehyun itu cantik dan menggemaskan. Tingkahnya yang tidak mencerminkan seorang mahasiswa itu mampu membuat Doyoung terkekeh gemas, namun ia merasa, bahwa bukan cinta yang ia rasakan. Ia takut salah menafsirkan perasaan yang ada di dalam dadanya. Takutnya, selama ini ia hanya sekedar mengagumi dan menyukai Jaehyun sebatas teman dan tidak lebih. Yang pastinya akan melukai Jaehyun yang selama ini sudah tulus mencintainya dan memperlakukannya dengan baik.

Doyoung menghela napasnya lelah. Menjadi pacar Jaehyun tidak menguras tenaganya kok, hanya saja menguras habis mentalnya.

Apakah sebaiknya ia mengakhiri ini semua? Ia tidak mengerti perasaannya. Kurang paham tentang debaran yang selama ini hadir setiap ia menatap Jaehyun.

Ia sangat senang saat melihat Jaehyun tertawa, ia juga merasa sedih saat Jaehyun terluka atau menangis. Tetapi, bukankah itu merupakan sebuah rasa simpati saja? ia juga begitu jika Renjun terluka. Ya walaupun ia akan tertawa terlebih dahulu sebelum menolong sepupunya yang sering patah hati karena melihat kedekatan Jaemin dan Jeno.

Lagian, sudah tau pemuda manis Lee itu dekat dengan Na Jaemin lebih lama ketimbang Renjun yang baru saja jatuh cinta saat melihat Jeno sebagai maba. Bukannya menyerah, malah semakin gencar mengejar Jeno yang diketahui sebelumnya belum memiliki status apa-apa dengan Jaemin.

Eh, baru berjuang setengah jalan, kabar buruk menimpa Renjun. Ternyata, Jaemin dan Jeno sudah berpacaran sejak SMP.

Doyoung terkekeh geli kala mengingat wajah nelangsa Renjun yang saat itu tengah melihat postingan klarifikasi Jeno di instagram lelaki samoyed tersebut. Disaat itu, ia dengan bijak memberi Renjun wejangan tentang percintaan, bahwa cinta tak harus memiliki. Padahal Doyoung sendiri belum pernah berpacaran sebelumnya.

Dan sekarang, Doyoung sendiri malah terjebak dalam perasaan aneh.

"Hah.. besok harus ngobrol sama Jaehyun, ni gue"

•••••

Suara knalpot mobil dan motor mulai beradu di lahan parkir universitas. Doyoung dengan motor sportnya, kini sudah memarkirkan diri di tempat favoritnya. Ya seperti itulah salah satu perubahan yang Doyoung alami. Motor keluaran terbaru bewarna hitam itu merupakan pemberian sang ayah sebulan yang lalu. Sehingga motor matic lamanya, kini ter-upgrade menjadi motor sport mahal.

Awalnya sih, Doyoung mau menolak dan memilih dibelikan motor yang biasa saja. Tapi mengingat ia yang merupakan kekasih Jaehyun, membuatnya berpikir dua kali untuk menolak barang yang tergolong mewah itu. Lagipula, ia juga merasa tidak enak jika Jaehyun harus pulang bersamanya menggunakan motor matic yang sering mogok di tengah jalan.

Walaupun Jaehyun tidak mengeluh dan tidak kapok, tetap saja Doyoung merasa tidak enak.

Ia jadi takut jika dianggap memanfaatkan Jaehyun.

Doyoung menatap langit yang agak mendung pagi ini. Entah apa yang membuat alam semesta meredup kali ini. Dan, satu lagi. Sedari ia datang tadi, Jaehyun belum datang. Padahal biasanya Jaehyun sudah menyambutnya di parkiran dengan sekotak bekal yang bewarna soft setiap pagi. Tidak lupa kecupan manis yang dibubuhkan di pipinya sebagai ucapan selamat pagi.

Terbesit sedikit rasa khawatir yang mengusik hatinya. Bahkan ia juga belum beranjak dari parkiran, masih ingin menunggu Jaehyun. Mungkin, sembari berbicara empat mata?

Namun, waktu terus berjalan. Dan lima belas menit lagi kelasnya akan dimulai. Doyoung berdecak kesal, ia merasa khawatir dengan Jaehyun.

"kak doyoung!"

Doyoung membulatkan matanya lalu membalikkan tubuhnya ke belakang. Tubuh tingginya terhuyung sedikit ke belakang karena menerima pelukan maut dari Jaehyun.

"huft, jaehyun capek. maaf ya jae terlambat, soalnya ada urusan tadi, ehehe" ujar Jaehyun sembari tersenyum.

Tetapi, Doyoung mengerutkan dahinya saat melihat wajah Jaehyun. Bibirnya pucat dan pipinya yang juga hilang ronanya. Jaehyun tidak terlihat baik-baik saja.

"jaehyun? kamu sakit?" tanya Doyoung untuk memastikan sambil menangkup pipi tembam Jaehyun. Dan Jaehyun mengedipkan matanya cepat dan terkekeh canggung setelahnya.

"a-ah ahahaha sakit apa sih, kak? nggak kok" jawab Jaehyun dengan senyuman lebar yang terpatri.

Namun, tidak lama setelahnya Doyoung dikejutkan dengan darah yang mengalir di hidung mungil Jaehyun. Doyoung mendekatkan diri, lalu mengusap hidung Jaehyun perlahan.

"k-kak.."

Doyoung menatap Jaehyun dengan tatapan yang sulit diartikan. Pria tampan itu dengan segera menarik Jaehyun ke motornya, menaikkan Jaehyun dalam diam, lalu memakaikan helm-nya pada Jaehyun. Tanpa berbicara apapun, ia menarik gas motornya dan membawa Jaehyun keluar universitas.

Doyoung, merasa Déjà vu.

Apa yang ia lihat hari ini pada Jaehyun, terlihat sama persis dengan kejadian lima tahun yang lalu.

Dimana kakak kesayangannya datang, dengan wajah pucat dan hidung yang mengeluarkan darah. Menghampiri Doyoung sembari memberikan sebuah amplop cokelat yang tertulis untuk membayar kuliah Doyoung.

Dan, Doyoung merasa bodoh karena saat itu ia percaya jika kakak ya hanya kelelahan. Berakhir dengan perginya sang kakak seminggu setelah kejadian itu.

Jantung Doyoung berpacu dengan cepat. Dalam hati ia merapalkan doanya kepada Tuhan agar memberi Jaehyun kekuatan.

Tbc.

Jaehyun kenapa 🥺

see ya!